Sunday, July 31, 2016

Kerusuhan Tanjungbalai Tahun 1998

Indonesian Free Press -- Tanggal 27 Mei 2016 genap 18 tahun runtuhnya Mafia yang dibangun oleh Abie Besok, gembong penyeludup Kota Tanjungbalai. Dan pada 27 Mei 1998 itu pula merupakan dimulai gerakan reformasi di Indonesia, dan saat itu awal runtuhnya mafia yang dibangun oleh Dr. Suwardi Salim alias Abie Besok di Tanjungbalai khususnya, dan Sumatera Utara pada umumnya.
Siapa tak kenal dengan Abie Besok, gembong penyelundup kelas kakap di Sumut yang tinggal di Tanjungbalai di tahun 90-an ke bawah? Jaringan Abie Besok yang konon dekat dengan Megawati Soekarnoputri ketika menjabat Presiden Indonesia.

Sepak terjang Abie Besok dalam penyelundupan Illegal logging tidak saja menguasai Sumut, tapi juga merambah ke Aceh, Riau, Jambi. Hutan-hutan di provinsi habis dibabat oleh mafioso ini, dan kayunya diekspor secara ilegal ke Malaysia melalui pelabuhan rakyat di Tanjungbalai.


Uang yang dihasilkan dari perambahan hutan di 4 provinsi ini membuat Abie Besok mampu membangun kekuasaannya dengan menundukkan para petinggi ABRI maupun sipil di negeri ini. Jalinan lobinya dengan para petinggi ABRI dan sipil tidak hanya di level provinsi tapi telah menjangkau ke tingkat pusat di DKI Jakarta.

Dengan kekuasaan yang dimilikinya, Abie Besok membangun kekuatan mafia di Tanjungbalai. Abie mampu menundukkan Ketua Pemuda Pancasila Tanjungbalai, M Kosasih, untuk bergabung dengannya. Abie memiliki tukang tukang pukul yang dikoordinir oleh 3 serangkai, yakni Edi Balon, Anwar Tembak, dan Rasyid Ridho. Anwar Tembak dan Rasyid Ridho berhasil jadi Ketua Pemuda Pancasila Tanjungbalai menggantikan M Kosasih ketika perpecahan di antara gembong penyeludup. M Kosasih belakangan lebih dekat dengan kelompok Felix Wijaya atau Aweng. Felix Wijaya membangun kelompok dengan menghimpun orang profesional, yakni Zaharuddin, SE, Ketua PMI Sumut yang kini menjabat Direktur Kantor PDAM Tirta Kualo Tanjungbalai, Rolel Harahap, SE, Mantan Ketua DPD KNPI Sumatera Utara yang kini menjabat Wakil Walikota Tanjungbalai, Amran Rasyid (Alm) Ketua Pemuda Alwasliyah Tanjungbalai, Ucok Aseng, H Romaynoor, SE, sekarang menjabat Ketua DPRD Tanjungbalai, dan beberapa tokoh pemuda lain.

Gebrakan kelompok Aweng berbeda jauh dengan gerakan yang dilakukan kelompok Abie Besok yang penuh nuansa premanisme. Siapa saja menghalangi penyelundupan yang dilakukan Boss Abi Besok, mereka sikat. Tidak peduli dia ABRI maupun Sipil. Tak terhitung jumlah wartawan yang menjadi korban kekerasan oleh kelompok Abie Besok. Berbeda dengan gerakan yang dilakukan kelompok Aweng. Mereka tidak andalkan otot, tapi mengandalkan otak. Makanya Felix Wijaya sebelum reformasi telah mengalihkan usaha di luar Tanjungbalai.

Tindakan yang dilakukan oleh kelompok Abie Besok menyimpan dendam bagi masyarakat Tanjungbalai. Karena waktu Abie Besok berkuasa, tidak ada yang berani mengganggu kekuasaannya. Abie Besok merupakan pelindung tangguh bagi kalangan etnis Chinese di Tanjungbalai. Masyarakat cina di Tanjungbalai tersenggol sedikit saja, langsung yang menyenggol berhadapan dengan aparat keamanan, atau setidaknya dengan kelompok Abie Besok.

Tapi akhirnya ketika kerusuhan massa terjadi pada 27 Mei 1998, warga cina menjadi korban amuk massa di Tanjungbalai. Amuk massa 27 Mei 1998 di Tanjungbalai adalah rentetan dari peristiwa amuk massa awal reformasi di kota-kota besar Indonesia. Jakarta bergejolak, pembakaran, penjarahan toko-toko milik warga cina di kota-kota besar merambat sampai ke Tanjungbalai. Walaupun dalam peristiwa ini di Tanjungbalai tidak ada korban jiwa, tapi ratusan rumah milik warga cina dibakar dan dihancurkan massa.

Penjarahan terjadi di setiap toko toko milik warga cina. Awal peristiwa itu dimulai dari 3 anak penyemir sepatu yang mendapat kekerasan dari pemilik toko di Jalan Sisingamangaraja, di mana anak tersebut menyemir sepatu di depan toko perabotan. Oleh si pemilik toko, anak tersebut diusir dengan cara menendangnya. Akibat kejadian ini, ketiga anak tersebut mengadukan ke H Buyung, pemilik Pesantren Modern Al-Falah di Tanjungbalai.

H Buyung cucu Ulama besar Sumut, H Tuan Tahir Abdullah, adalah tokoh pemuda yang peduli terhadap tindakan kekerasan, maksiat dan kezaliman di Tanjungbalai. Mendapat laporan dari ketiga orangtua anak tersebut, spontan H Buyung membawa ketiga anak itu ke Kantor DPRD Kota Tanjungbalai, untuk melaporkan bahwa telah terjadi tindak kekerasan terhadap anak. DPRD Tanjungbalaipun menggelar sidang terbatas dengan maksud menengahi persoalan itu agar jangan menjadi persoalan SARA.

Pada sidang terbatas yang digelar DPRD Tanjungbalai, kehadiran massa ke gedung DPRD tidak dapat dibendung. Gejolak pun mulai terjadi, sasaran ditujukan ke M Kosasih, Ketua Pemuda Pancasila, yang juga anggota DPRD Kota Tanjungbalai dari Golkar. Kaca-kaca jendela gedung DPRD Tanjungbalai mulai dilempari oleh massa, situasi di gedung pun mulai tak menentu. Teriakan "Bunuh Kosasih!" makin membahana diucapkan warga yang mulai kalap. Mereka menuduh Kosasih anteknya warga keturunan cina. Dalam situasi tidak menentu, M Kosasih terpaksa diselamatkan oleh Kapten (Pelaut) Teguh Widodo yang kala itu menjabat Komandan Pos Angkatan Laut Tanjungbalai Asahan.

Situasi pun tak terkendali. Massa yang berada di gedung DPRD Tanjungbalai terbagi 2. Ada yang tetap tinggal di gedung, dan sebagian lagi mendatangi toko perabot yang pemiliknya telah melakukan kekerasan ke 3 anak penyemir sepatu itu. Toko-toko milik warga cina di Tanjungbalai mendapat pengawalan dari Pemuda Pancasila lengkap dengan pakaian lorengnya.

Abie Besok dikawal Edi Balon, Anwar Tembak, dan Rasyid Ridho, serta para tukang pukulnya melakukan patroli di jalanan Tanjungbalai dengan mobil Jeep Willys terbuka. Masing-masing memiliki senjata api di tangan. Tindakan patroli yang dilakukan Abie Besok dan tukang pukulnya bukan membuat massa menjadi takut, malah menimbulkan kemarahan bagi massa yang telah menyimpan dendam. Tanpa dikomando, massa melakukan pelemparan-pelemparan terhadap rumah rumah milik warga cina. Pemuda Pancasila yang melakukan pengawalan rumah-rumah dan toko-toko warga cina, terpaksa menyelamatkan diri dengan membuka seragamnya, malah mereka turut bergabung dengan massa melempari dan membakar rumah dan toko-toko milik warga cina.

Situasi Tanjungbalai pun tidak terkendali, petugas keamanan dari Polres Tanjungbalai Asahan tak mampu mengamankan situasi. Mereka akhirnya menjadi penonton terhadap amuk massa di Tanjungbalai. Kelompok mafia yang dibina Abie Besok pun mulai bubar, masing-masing menyelamatkan diri. Dan tidak terlihat lagi batang hidung mereka. Situasi mulai aman ketika 1 pasukan TNI dari Korem 022/PT Pematang Siantar melakukan pengamanan dengan memblokir seluruh jalan yang masuk ke Tanjungbalai. Namun sebelumnya pasukan ini seperti memberi kesempatan ke massa untuk melakukan penjarahan, asal tidak melakukan pembakaran.

Tanggal 28 Mei 1998, keadaan Tanjungbalai baru tenang kembali. Walaupun akses menuju kota masih ditutup. Pengawalan diambil alih oleh pihak Polres Tanjungbalai Asahan dengan menurunkan personil Mobile Brigade. Dan di 28 Mei 1998 ini pula ratusan massa yang masih melakukan penjarahan ditangkapi oleh pihak keamanan dan dimasukkan penjara. Tanjungbalai kembali aman seperti sediakala. Namun penyeludupan yang dilakukan kelompok Abie Besok tetap berjalan, walaupun tidak sevulgar sebelumnya. Dan tindakan kelompok mafia yang dibentuk Abie Besok ini dalam melakukan kekerasan mulai berkurang, karena warga Tanjungbalai semakin berani melakukan perlawanan.

Tahun 2000, barulah kelompok mafia pimpinan Abie Besok ini bubar total seiring adanya peraturan pemerintah yang melarang masuk barang-barang bekas dari luar negeri ke Indonesia, dan ditutupnya perjudian di seluruh bumi Nusantara. Kini Abie Besok hanya tinggal kenangan, Abie Besok pun jarang terlihat di muka umum. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kediamannya yang bernama gedung putih. Warga cina yang menjadi korban amuk massa 27 Mei 1998 tidak lagi mempercayai Abie, karena sebelum terjadi amuk massa, Abie melakukan pengutipan uang ke mereka untuk biaya pengamanan dengan menggunakan Pemuda Pancasila. Tapi hasilnya mereka menjadi korban. Rasa dendam dan duka yang dirasakan warga cina di Tanjungbalai masih terlihat dari sikap mereka. Banyak dari mereka yang tidak mau memperbaiki kerusakan di rumah dan toko akibat terjadinya amuk massa. Setiap melihat kerusakan itu, maka mereka akan teringat dengan peristiwa yang memilukan itu. Mari melawan lupa.(ca)


Keterangan: dicopas dari fanpage Facebook 'Tolak Jokowi'. Tulisan ini dimuat berkaitan dengan adanya kerusuhan berbau sara di Tanjungbalai, Sumut, pekan lalu.


Erdogan Angkat Bicara, Hubungan Turki-Amerika Makin Memburuk

Indonesian Free Press -- Kepala Staff Gabungan Amerika Jendral Joseph Dunford melakukan kunjungan dadakan ke Turki setelah hubungan Amerika dengan Turki semakin membahayakan setelah Presiden Erdogan secara terang-terangan menuduh Amerika terlibat dalam kudeta gagal dua pekan lalu.

Veterans Today melaporkan, Sabtu (30 Juli), Jendral Dunford, terbang ke Turki hari Minggu (31 Juli), menyusul tuduhan serius Erdogan pada hari Jumat (29 Juli). Pejabat-pejabat Turki menyebutkan bahwa Dunford akan bertemu para pejabat Turki secara langsung, setelah sebelumnya ia mengadakan pembicaraan lewat telepon dengan Kepala Staff Gabungan Turki Hulusi Akar, tulis media pro-pemerintah Turki Daily Sabah.

Pada hari Jumat Presiden Recep Tayyip Erdogan terang-terangan menuduh Komando Tertinggi Amerika 'berpihak pada para pelaku kudeta,” dan 'jendral bintang empat' Amerika mengetahuinya. Demikian ia menunjuk peran Kepala Staff Gabungan Amerika.

Lebih jauh, Erdogan menyebut Amerika terlibat langsung dalam kudeta tersebut.

"Rakyat Turki tahu siapa di balik kudeta ini.... mereka tahu siapa inteligen superior di belakang ini semua dan dengan pernyataan-pernyataan ini Anda membuka kedok Anda sendiri,” kata Erdogan.

Pada hari Kamis ribuan demonstran anti-Amerika mengepung pangkalan udara NATO di Incirlik yang menjadi salah satu pusat gerakan kudeta gagal. Mereka berteriak-teriak "matilah Amerika!" dan menuntut pengusiran pasukan Amerika dari Turki.

Sehari kemudian, atau hari yang sama Erdogan mengeluarkan pernyataan, seorang pejabat penyidikan Turki menuduh FBI dan CIA telah melatih dan mempersenjatai kelompok 'Gulenist Terror Organization (FETO). Hal ini memicu terjadinya kegaduhan di media-media sosial Turki dan sejumlah anggota parlemen menyerukan hukuman mati terhadap 'para pengkhianat Amerika’ dan penutupan pangkalan NATO di Incirlik.

Tuduhan bahwa Amerika terlibat dalam kudeta dengan melindungi musuh Erdogan dalam pengasingan, Fethullah Gulen, muncul pertama kali tanggal 16 Juli, atau hari yang sama kudeta yang gagal terjadi. Menteri Tenaga Kerja Turki, dalam wawancara dengan televisi Turki HaberTurk, mengatakan, "Amerika berada di belakang kudeta ini.”

Hal ini disusul kemudian oleh Perdana Menteri Binali Yildirim, yang secara tersirat mengancam Amerika dengan mengatakan bahwa Turki siap berperang melawan negara yang berpihak kepada Gulen. Sementara Gulen sendiri tinggal di Amerika.

Minggu ini media pro-pemerintah Yeni Safak menurunkan gambar pejabat NATO asal Amerika Jendral John F. Campbell di halaman depan dengan judul “Orang yang Berada di Balik Kudeta Gagal di Turki.”

Hanya beberapa jam kemudian terjadi kerusuhan yanga berujung kebakaran hebat di pangkalan udara Amerika di Izmir di barat Turki. Sejumlah pejabat Turki menyebut aksi itu adalah akibat dari “sabotase anti-Amerika,” tulis Veterans Today mengutip keterangan laporan media-media Turki.(ca)

Saturday, July 30, 2016

Komandan Suriah Selamat dari Pembunuhan Israel, Pemberontak Kolaps di Aleppo

Indonesian Free Press -- Seorang komandan senior angkatan bersenjata Suriah selamat tanpa terluka dari usaha pembunuhan yang dilakukan Israel di Dataran Golan. Kantor berita Iran FARS melaporkan, Jumat (29 Juli).

Menurut laporan tersebut, Majid Heymoud, komandan Batalion 1 Resimen Golan yang tengah mengunjungi kota al-Samdaniya bersama konvoinya ditembaki dengan dua rudal yang ditembakkan dari wilayah al-Harar dan Haraq yang berada di wilayah Golan yang diduduki Israel.

Setelah penembakan rudal itu gagal melukai Heymoud, para teroris Al-Nusra Front pun berusaha membunuhnya, namun juga mengalami kegagalan.

Dalam perkembangan yang berkaitan, pada hari Senin malam (25 Juli), Israel melancarkan serangan udara di sejumlah posisi Suriah di Dataran Golan. Israel mengklaim serangan itu dilancarkan sebagai balasan atas serangan mortir yang dilakukan Suriah.

MIliter Suriah menuduh serangan itu dilakukan dengan menggunakan drone-drone Israel, yang menyasar sasaran sipil. Sementara Israel menyebutkan tidak adanya korban dalam serangan mortir Suriah itu.

Israel menduduki Dataran Tinggi Golan dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Pada tahun 1973 Suriah berhasil merebut kembali wilayah tersebut dalam Perang Yom Kippur, namun Israel kembali mendudukinya setelah mendapat dukungan besar-besaran Amerika, sementara sekutu Suriah saat itu, Mesir, justru menghentikan serangannya ke Israel di Sinai.

Israel membangun sejumlah pemukiman ilegal di Golan dan menggunakan wilayah itu sebagai basis sejumlah serangan ke Suriah.


Pemberontak Kolaps di Aleppo

Sementara itu Veterans Today, Selasa (26 Juli), melaporkan kejatuhan pemberontak dalam pertempuran di Aleppo.

"Pada 25 Juli pasukan Suriah berhasil maju ke kawasan industri Layramoun di Aleppo City, membebaskan sejumlah bangunan di sana. Setelah membebaskan pabrik bata, pabri gulal dan pabrik-pabrik Sabbagh, pabrik Bana, pabrik Shabareq dan Marketna Mall, pasukana Suriah mencapai persimpangan Al Barrad. Pertempuran sengit terjadi di sana. Saat persimpangan Al Barrad direbut pasukan Suriah, kemampuan logistik pemberontak akan berkurang secara signifikan.

Kemudian pada tanggal 26 Juli, pasukan Suriah maju ke Mallah Farms, membebaskan Kompleks Castello dan terus maju menguasai wilayah di sepanjang Castello Highway yang strategis. Ini memungkinkan pasukan Suriah untuk meningkatkan momentum di sepanjang Castello Highway dari utara ke selatan, memutuskan jalur logistik pemberontak di Bani Zeid dan Youth Housing. Milisi Kurdi YPG akan menggunakan kesempatan ini untuk merebut Youth Housing dan membantu pasukan Suriah merebut Bani Zeid. Secara strategis, hal ini akana membuat pemberontak terkepung sepenuhnya di Aleppo," tulis Veterans Today.

Sementara itu dilaporkan pula keberhasilan serangan udara Rusia menggagalkan rencana serangan pemberontak terhadap pasukan pemerintah Suriah yang terkepung di Deir Azzor. Pada saat yang sama pesawat-pesawat tempur Suriah, yang baru saja mendapat tambahan pesawat-pesawat SU-24 baru dari Rusia, berhasil melakukan melancarkan udara di wilayah Palmyra dan Arak, menghancurkan kekuatan pemberontak secara signifikan di sana.(ca)

Friday, July 29, 2016

PM Inggris Ancam Serang Rusia dengan Nuklir

Situs berita Rusia mengabarkan bahwa PM Britania Raya atau Inggris, Theresa May, telah mengeluarkan ancaman kepada Rusia dengan senjata nuklir sekali lagi, saat ia berbicara pada sebuah konferensi pers setelah kunjungannya ke Bratislava.

Pravda.Ru melaporkan pada Jum’at (29/07) bahwa Wartawan dari saluran TV3 Slovakia menanyakan kepada Theresa May apakah dia benar-benar siap untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia.
Dalam kesempatan itu May mengklaim bahwa sebuah voting yang sangat signifikan pernah benar-benar digelar di Parlemen Inggris minggu lalu mengenai kelanjutan program nuklir Inggris katanya, “Selama perdebatan muncul pertanyaan apakah saya sudah siap untuk menggunakan senjata nuklir sebagai alat pencegah menakutkan. Jawaban saya adalah ‘Ya!’

Sebagaimana sebelumnya dilaporkan Pravda.Ru, Parlemen Inggris memutuskan untuk memperbaharui Trident penangkal nuklir dan siap untuk menghabiskan puluhan miliaran pound untuk itu. Hari ini tentara Inggris memiliki empat kapal selam nuklir, yang mampu membawa rudal dengan termonuklir dan hulu ledak nuklir.

Houthi : Tentara AS Tewas di Yaman

Mengutip bukti di lapangan, gerakan Houthi Ansarullah mengatakan seorang tentara AS telah tewas di Yaman.

Outlet berita milik gerakan ansarullah.com, pada hari Jumat dalam ‘Perang Media’ telah menerbitkan gambar yang membuktikan kehadiran Amerika di Yaman.

Gambar-gambar menunjukkan paspor Amerika dan akte kelahiran (lihat gambar di bawah ini) milik Tyler Nathaniel Caldwell dari Florida.

Tidak jelas dalam rangka apa prajurit AS tewas di Yaman.

Pada Mei, saluran televisi al-Masirah Yaman melaporkan bahwa Pasukan Khusus AS telah tiba di Yaman untuk berjuang bersama pasukan Emirat dalam operasi yang diduga melawan militan al-Qaeda di selatan negara itu.

Mengutip Tom Bawman, reporter Radio Pentagon, mengatakan bahwa pasukan telah tiba di Yaman pada tanggal 25 April.

Arab Saudi dan UEA pada tahun lalu memberikan dukungan keuangan dan militer untuk militan dalam menghadapi Houthi dan unit tentara Yaman yang telah mengambil alih keamanan negara setelah Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi mengundurkan diri sebagai presiden Yaman.

Penyebaran pasukan AS datang setahun setelah penarikan pasukannya dari Yaman.

Pada tanggal 21 Maret 2015, AS mengevakuasi pasukan yang tersisa di pangkalan militer al-Anad di Yaman selatan “karena situasi keamanan yang memburuk” sehari setelah al-Qaeda mengendalikan kota al-Houta.

Al-Qaeda telah menjadi lebih kuat di Yaman dengan mengambil keuntungan dari kekacauan yang diciptakan oleh perang Saudi, yang dimulai Maret 2015.

Riyadh meluncurkan perang untuk mengembalikan Hadi, sekutu setia Riyadh. Sekitar 10.000 orang telah tewas dalam agresi Saudi.

Sebelumnya pada bulan Juli, The Washington Post melaporkan bahwa AS telah memainkan perang dengan “tenang tapi mematikan” di Yaman melalui penjualan senjata yang terus berlangsung terhadap rezim Saudi, termasuk bom cluster.

Amerika dan Saudi Dalang Penembakan Su-24 Rusia di Turki

Amerika Serikat dan Arab Saudi dituduh terlibat dalam penembakan jatuh pesawat jet pengebom Su-24 Rusia oleh Turki di perbatasan Suriah-Turki tahun lalu. Tuduhan disampaikan oleh  Willy Wimmer, mantan Wakil Presiden Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) kepada Sputnik Deutschland.

Pada 24 November 2015, pesawat tempur F-16 Turki menembak jatuh pesawat Su-24 Rusia yang sedang melaksanakan operasi anti-teror di Suriah. Dua pilot Rusia melakukan terjun payung setelah berhasil keluar dari pesawat Su-24. Namun, salah satu dari mereka ditembak dan dibunuh militan Turkmen di Suriah.


Insiden ini menyebabkan sengketa diplomatik antara Turki dan Rusia. Penembakan itu disimpulkan sebagai keputusan sepihak oleh Turki. Namun, Willy Wimmer berpendapat bahwa sebenarnya NATO dan pasukan Saudi terlibat dalam insiden tersebut.

”Menurut informasi (yang datang ke) saya, pesawat Airborne Early Warning and Control System (AWACS) dari Amerika Serikat dan Arab Saudi terlibat,” kata Wimmer, yang dilansir semalam (29/7/2016).

Pesawat AWACS adalah pesawat peringatan dini, d mana radar canggih yang dibawanya bisa mendeteksi pesawat musuh dan pesawat kawan.

”Pesawat seperti (pesawat) bomber Su-24 Rusia tidak mudah untuk ditembak dari langit. Anda perlu membidik, dan Anda hanya bisa melakukannya dengan pesawat AWACS,” lanjut dia.

Menurut Wimmer, dua pesawat AWACS yang terlibat dalam insiden itu masing-masing lepas landas dari sebuah pangkalan AS di Siprus, dan sebuah pangkalan udara di Arab Saudi.

Wimmer menjelaskan bahwa menurut pedoman NATO, jika pesawat asing diyakini melanggar wilayah udara negara anggota NATO, maka kontak harus dibuat dengan pusat kontrol penerbangan yang tepat untuk menarik perhatian pilot pesawat asing yang membuat kesalahan.

Dalam kondisi damai, sebuah pesawat  militer diperbolehkan melakukan tindakan untuk memaksa sebuah pesawat nyasar melakukan pendaratan darurat.

”Apa yang terjadi di sana tidak sesuai dengan peraturan internasional dengan cara apapun. Mereka membuat pesawat Rusia jatuh karena mereka ingin,” ujar Wimmer.

Catalonia Ingin Merdeka dari Spanyol

Wilayah Catalonia atau Catalunya kembali menyuarakan keinginan untuk merdeka dari Spanyol. Keinginan untuk pisah dari Spanyol itu semakin kuat setelah parlemen Catalonia di Barcelona memberikan persetujuan.

Wali Kota San Pere de Torello, Jordi Fabrega, kepada Sputniknews, mengatakan bahwa sejak Inggris memilih Brexit (keluar dari Uni Eropa) dalam referendum beberapa waktu lalu, banyak warga Catalonia bertanya-tanya mengapa mereka tidak memilih merdeka juga.



Dari total 135 anggota parlemen Catalonia, 72 di antaranya pro-kemerdekaan Catalonia.

Dalam Pemilu bulan September 2015, pihak pro-kemerdekaan Catalonia memenang mutlak atas kursi parlemen untuk pertama kalinya. Dua bulan kemudian, parlemen mengajukan resolusi yang menyerukan Catalonia untuk memulai pisah dari Spanyol.

Keinginan untuk merdeka itu juga dimotivasi oleh hasil referendum tidak mengikat yang digelar oleh Pemerintah Catalonia pada bulan November 2014. Hasil referendum itu, 80 persen pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Spanyol.

Namun, Mahkamah Konstitusi Spanyol memutuskan bahwa referendum yang diikuti lebih dari 2 juta orang dari total sekitar 5,4 juta pemilih yang berhak memberikan suara itu sebagai keputusan ilegal.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy, juga telah berhasil mengajukan banding ke Mahkamah Konstitusi guna menantang rencana Catalonia untuk memisahkan diri.

Menurut sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pekan lalu oleh Catalan government's Center for Opinion Research, jumlah pendukung kemerdekaan Catalonia telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan sekarang sudah melebihi lawan.

Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan, 47,7 persen suara mendukung kemerdekaan Catalonia  dan 42,2 persen suara menentang. Pada bulan Maret lalu, jajak pendapat menunjukkan, 45,3 persen responden mendukung kemerdekaan Catalonia, dan 45,3 persen menentang.

“Brexit juga memainkan peran, banyak orang Catalonia bertanya pada diri sendiri mengapa beberapa negara diperbolehkan untuk memutuskan masalah dengan referendum, dan ada juga yang tidak. Mayoritas warga Catalonia ingin menentukan nasib wilayah dengan suara yang demokratis, dan bukan  keputusan sepihak,” kata Fabrega.

”Orang-orang ingin merdeka karena pemerintah Spanyol tidak mendengarkan, tidak bereaksi terhadap masalah mereka. Ada perasaan bahwa jalur komunikasi telah terputus. Masalah ekonomi semakin memburuk, utang nasional Spanyol baru-baru ini melebihi PDB, dan tidak ada yang sedang dilakukan untuk mencari jalan keluar dari situasi ini,” lanjut dia.

“Selain itu, korupsi semakin parah. Itu sebabnya mayoritas berpikir bahwa lebih baik untuk membangun sebuah negara baru yang merdeka, untuk memulai dari awal sebuah Catalonia yang memiliki potensi besar. Ini bisa menjadi negara yang jauh lebih baik dari Spanyol,” imbuh Fabrega , yang dilansir semalam (29/7/2016). - Sindo

AS Akan Kerahkan Satu Skuadron Bomber B-1 ke Guam

Pentagon Amerika Serikat (AS) berencana mengerhkan satu skuadron pesawat jet pengebom (bomber) jarak jauh B-1 ke Guam, pangkalan militer AS di Pasifik. Pengerahan pesawat bomber B-1 ke Guam ini akan menjadi yang pertama kali dalam satu dekade.

Guam berjarak sekitar 2.000 mil dari Laut China Selatan. Pesawat-pesawat pengebom jarak jauh itu akan diterbangkan dari Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth di South Dakota bulan depan. Sebanyak 300 penerbang akan turut mendampingi pengerahan pesawat pengebom tersebut.


”Unit B-1 membawa perspektif yang unik dan tahun pertempuran diulang, ini pengalaman operasional dari Komando Pusat untuk Pasifik,” bunyi pernyataan  Angkatan Udara AS, seperti dikutip Sputniknews, Jumat (29/7/2016).

”Mereka akan memberikan kemampuan serangan yang signifikan, cepat yang memungkinkan kesiapan dan komitmen untuk penanggulangan kami, menawarkan jaminan untuk sekutu kami, dan memperkuat keamanan regional dan stabilitas di kawasan Indo-Asia-Pasifik,” lanjut Angkatan Udara AS.

Satu skudaron pesawat B-1 itu nantinya akan menggantikan pesawat-pesawat pengebom B-52 yang saat ini ditempatkan di Guam.

Penyebaran pesawat itu berada di bawah rencana Pentagon untuk menggeser setidaknya 60 persen dari kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Laut ke Pasifik pada tahun 2020. Ini merupakan strategi yang berlaku sejak 2014.

”Kami mungkin tidak memiliki banyak kekuatan seperti yang kami inginkan, tetapi 60 persen dari kekuatan akan berada di wilayah Asia Pasifik,” kata Wakil Menteri Pertahanan AS, Bob Work. - Sindo

Jaksa Turki: CIA dan FBI Latih Komplotan Kudeta

Seorang jaksa Turki menuduh CIA dan FBI memberikan pelatihan bagi para pengikut ulama Turki Fethullah Gulen yang tinggal di Amerika Serikat (AS). Para pengikut Gulen itulah yang dituduh sebagai komplotan yang berupaya kudeta 15 Juli 2016 lalu.

Jaksa Penuntut Umum Edirne telah menyiapkan dakwaan untuk menjerat 43 terdakwa yang dituduh terlibat kudeta yang gagal.


”CIA dan FBI memberikan pelatihan di beberapa mata pelajaran untuk kader yang dibesarkan di pusat-pusat kebudayaan milik gerakan Gulen,” bunyi dokumen jaksa yang dilansir Hurriyet.


Dokumen dakwaan tersebut menyatakan bahwa para loyalis Gulen menerima pelatihan dari AS dan menyusup ke lembaga peradilan dan keamanan di Turki.

”Upaya ini (gagal kudeta) bertujuan untuk melemahkan negara dengan semua lembaga dengan menyingkirkan pemerintah sepenuhnya. Mereka di dalam gerakan Gulen bekerja di lembaga peradilan dan keamanan dan menerima pelatihan tersebut, mengambil tugas ini dan berpindah ke dalam tindakan,” lanjut dokumen jaksa seperti dikutip dari kantor berita Anadolu, Sabtu (30/7/2016).

Media pro-Presiden Tayyip Erdogan, Yeni Safak juga melaporkan bahwa beberapa dinas rahasia asing lain ikut terlibat dalam pelatihan terhadap komplotan kudeta.

Hubungan antara Washington dan Ankara renggang setelah upaya kudeta militer Turki yang berhasil digagalkan. Beberapa media Turki dan pejabat pemerintah, termasuk menteri mengklaim bahwa AS sejatinya terlibat upaya kudeta. Namun, AS berkali-kali menyangkal tuduhan itu. - Sindo

Erdogan Cabut Gugatan terhadap Semua Penghina Dirinya

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat pengumuman mengejutkan bahwa dia akan mencabut gugatan terhadap semua orang yang telah menghinanya. Erdogan menyebut keputusannya itu sebagai “one-off gesture”.

Pengumuman itu dibuat Erdogan saat pidato di Istana Kepresidenan di Ankara. ”Untuk satu kali saja, saya akan memaafkan dan mencabut semua kasus terhadap banyak (orang) yang tidak menghormati dan melontarkan penghinaan terhadap saya,” ujar Presiden Erdogan.


”Saya merasa bahwa jika kita tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan benar, maka akan memberikan orang (merasa) berhak untuk menahan kami dengan tenggorokan. Jadi saya merasa bahwa semua faksi masyarakat, dan terutama politisi akan berperilaku sesuai dengan kenyataan yang baru ini, situasi yang sensitif,” katanya, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (30/7/2016).

Presiden Turki ini sebelumnya telah mengajukan tuntutan pidana terhadap ratusan wartawan dan tokoh masyarakat karena diduga menghina presiden. Salah satu contohnya adalah aktor dan kolumnis Orhan Aydin, yang membuat hinaan dalam opini di koran Solhaber.

Pengumuman ini datang dua minggu setelah upaya kudeta militer yang berhasil digagalkan. Upaya kudeta ini mengakibatkan hampir 250 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka.

Pada hari Jumat, Erdogan juga menegaskan bahwa bagaimanapun cara Ankara untuk menghukum pemberontak adalah masalah internal dan bukan urusan negara-negara asing. - Sindo

Militer Turki Promosikan 99 Kolonel Jadi Jendral

militer-turki-promosikan-99-kolonel-jadi-jendral
Dewan militer Turki mempromosikan 99 kolonel menjadi jenderal atau laksamana dan menempatkan 48 jenderal pensiun dalam rotasi tahunan. Promosi ini dilakukan meskipun jajaran petinggi militer telah sedikit berubah pasca kudeta militer yang gagal bulan ini.

Selain mengangkat para kolonel menjadi Jenderal, pertemuan tahunan Dewan Agung Militer yang diketuai oleh Perdana Menteri Binali Yildirim dan sejumlah petinggi militer ini juga memecat hampir 1.700 personel militer atas peran mereka dalam kudeta 15 Juli.

"Presiden Tayyip Erdogan menyetujui keputusan penting dewan, meninggalkan kepala angkatan bersenjata Hulusi Akar dan tentara, komandan angkatan laut dan angkatan udara di pos mereka," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin secara terpisah seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (29/7/2016).

Sebuah pernyataan di situs angkatan bersenjata mengatakan bahwa disamping mempromosikan 99 kolonel, 16 jenderal dan laksamana juga dipromosikan serta 20 jenderal dan laksamana diperpanjang selama setahun. Pernyataan itu tidak menyinggung soal kudeta.

Erdogan, yang lolos dari penangkapan dan kematian pada malam kudeta, mengatakan bahwa militer membutuhkan darah segar. Hal itu termasuk dengan memecat sekitar 40 persen dari laksamana dan jenderal Turki. - Sindo

Turki Akan Tutup Pangkalan Udara Akinci

Pemerintah Turki akan menutup Pangkalan Udara Akinci di dekat Ibu Kota Ankara. Alasannya, Pangkalan Udara Arkinci jadi markas de-facto untuk komplotan militer yang berupaya melakukan kudeta.

Rencana penutupan itu disampaikan Perdana Menteri Turki Binali Yildirim pada hari Jumat (29/7/2016).


”Saya menyatakan kepada semua orang yang sekarang berdiri di alun-alun Kazan (kota sebelah barat laut dari Ankara). Pangkalan Akinci ini, yang jadi sarang para pengkhianat, akan ditutup dan kami akan mengubahnya menjadi tempat bagi para martir kami yang meninggal (menyelamatkan) demokrasi selama upaya kudeta,” kata Yildirim, seperti dikutip Sputniknews.

Semua unit yang menampung peralatan militer komplotan kudeta, kata Yildrim, juga akan ditutup.

Pada tanggal 15 Juli 2016, sebuah faksi di militer Turki berusaha untuk menggulingkan Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Pemerintah Turki menuduh Fethullah Gulen—mantan sekutu Erdogan yang berubah jadi musuh—yang tinggal di Amerika Serikat (AS) sebagai dalang upaya kudeta.
Setelah upaya kudeta digagalkan, Ankara meluncurkan pembersihan besar-besaran di korps militer, pemerintah, akademisi hingga media. Puluhan ribu orang ditahan dan dipecat karena dianggap terlibat dan mendukung upaya kudeta.

Bahkan, pembersihan besar-besaran itu juga ditargetkan di luar negeri termasuk di Indonesia. Di mana, sembilan sekolah yang dituduh terkait organisasi teroris Feto dan Fethullah Gulen diminta Pemerintah Turki agar ditutup.

Wednesday, July 27, 2016

Persiapan Tempur Rusia Merespons Provokasi NATO

Kementerian Pertahanan Rusia mempersiapkan kekuatan tempur canggih untuk merespons provokasi penumpukan militer NATO di Eropa Timur. Hal itu diungkap Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergey Shoigu.

Jenderal Shoigu bahkan membocorkan sejumlah kekuatan tempur Rusia yang telah dikerahkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk dalam perseteruannya dengan NATO.


”Untuk beberapa tahun terakhir, situasi politik-militer di wilayah strategis barat daya telah meningkat. Hal ini terutama berkaitan dengan penumpukan militer NATO di Eropa Timur, situasi di Ukraina dan kegiatan kelompok teror internasional, termasuk yang di Kaukasus Utara,” kata Shoigu.

”Jadi, kita harus mengambil langkah-langkah yang memadai,” lanjut Shouigu, seperti dikutip dari Pravda.ru, Kamis (28/7/2016).

Menurutnya, ada perubahan signifikan dalam pelatihan militer Rusia, di mana lebih dari 200 latihan telah dilakukan di Distrik Militer Selatan sejak 2013.

Dia melanjutkan, untuk saat ini empat divisi, sembilan brigade dan 22 resimen telah terbentuk. Selain itu, dua brigade rudal dilengkapi dengan rudal Iskander-M, telah diciptakan.

Menteri Pertahanan Rusia ini juga mencatat bahwa jumlah layanan militer dari kelompok lelaki meningkat dua kali lipat pada tahun ini.

”Sebuah kelompok pasukan mandiri telah dikerahkan di Crimea. Lebih dari 4 ribu sampel senjata baru dan peralatan militer telah dikirim ke Departemen Militer Selatan. Pasukan kompleks rudal dan kapal selam canggih juga telah dikerahkan,” imbuh Shoigu. - Sindo

Tuesday, July 26, 2016

Turki-Amerika Makin Panas, Pangkalan Amerika Terbakar

turki-amerika-makin-panas-pangkalan-amerika-terbakar
Hubungan Amerika dengan Turki semakin panas saja paska pecahnya kudeta gagal yang oleh Turki disebut didukung Amerika. Sebuah pangkalan militer Amerika di Turki terbakar tidak lama setelah media pendukung Presiden Erdogan menunjuk hidung seorang jendral Amerika terlibat dalam kudeta.

Veterans Today melaporkan, Senin (25 Juli), media pendukung Presiden Erdogan, Yeni Safak, pada hari Minggu (24 Juli) menyebutkan nama disertai foto
Jendral John F. Campbell sebagai perancang kudeta bersama pelarian politik Turki di Amerika, Fethullah Gullen. Jendral Campbell adalah Asisten Keamanan Panglima NATO.

Beberapa jam setelah munculnya laporan itu, pangkalan militer Amerika-NATO di Izmir terbakar hebat selama berjam-jam, meski sejumlah besar pemadam kebakaran, termasuk helikopter, dikerahkan. Veterans Today menyebut kebakaran itu sebagai 'kemungkinan sabotase' oleh kelompok-kelompok angi-Amerika di Turki.

Sebelumnya pada minggu lalu, Rabu (20 Juli), tiga personil militer Amerika dikeroyok sekelompok orang, demikian media-media lokal menyebutkan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua negara tengah dalam situasi yang sangat serius.

Polisi tengah menyidiki rangkaian peristiwa ini, sementara media-media setempat juga menyebutkan adanya kaitan peristiwa ini dengan sentimen anti-Amerika paska kudeta gagal.

Pangkalan militer Amerika yang terbakar diketahui tidak menyimpan sebagian dari 90 senjata nuklir taktis Amerika di Turki. Semua senjata nuklir itu diketahui disimpan di pangkalan udara Incirlik di selatan Turki. Aparat keamanan Turki sempat mengepung dan menggeledah pangkalan terakhir ini setelah diketahui komandan pangkalan ini terlibat dalam kudeta dan sejumlah pesawat tempur dan helikopter yang terlibat dalam kudeta tinggal landas dari pangkalan ini.

Turki 'Tawan' Personil Militer Amerika

Polisi Turki 'menawan' sekitar 1.500 personil militer Amerika beserta keluarganya di pangkalan udara NATO di Incirlik di selatan Turki. Bersama mereka terdapat puluhan bom nuklir taktis.

Seperti dilaporkan media berpengaruh Israel, DEBKAfile, 20 Juli lalu, setidaknya selama empat hari sejak terjadinya kudeta militer yang gagal tanggal 16 Juli, para personil militer Amerika itu berada dalam 'tawanan' Turki, tanpa aliran listrik dari luar. Akibatnya secara efektif tidak ada operasi
militer terhadap ISIS di Suriah dan Irak yang dilancarkan dari pangkalan ini.

Menurut laporan tersebut, kasus penawanan ini menjadi salah satu pembicaraan serius melalui telepon antara Presiden Barack Obama dengan Presiden Turki Thayyep Erdogan paska kudeta gagal tersebut. Erdogan menuntut Obama untuk mengekstradisi Fethullah Gullen, pelarian Turki yang tinggal di Amerika dan musuh utama Erdogan, yang dituduh sebagai dalang kudeta. Namun Obama menolak.

Penawahan personil militer Amerika itu, sebut DEBKAfile, dijadikan Erdogan untuk menggertak Amerika.

Namun, meski menjadi kasus yang sangat serius, hal ini luput dari perhatian pers Amerika, termasuk para politisi yang selama ini bersikap keras kepada pemerintah seperti Donald Trump. Kasus ini hanya menjadi laporan singkat media Rusia yang menulis judul: "Para penyidik Turki menggeledah pangkalan udara Incirlik dimana bom-bom nuklir Amerika berada.”

Penggeledahan itu, sebut DEBKAfile, dilakukan oleh para penyidik Kejaksaan Agung dengan kawalan ratusan personil polisi. Tidak disebutkan kapan penggeledahan itu dilakukan dan apakah penawanan tersebut masih berlangsung.

"Pangkalan itu berada di bawah kepungan sejumlah besar polisi, terputus aliran listrik selama beberapa hari kecuali beberapa generator lokal yang akan segera kehabisan bahan bakar. Tekanan ini tampaknya menjadi methode Erdogan untuk memaksa Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, yang dituduh telah memimpin percobaan kudeta gagal dari tempat pengasingannya di Pennsylvania, Amerika," tulis laporan itu.

Komandan pangkalan tersebut, Brigjen Bekir Ercan, telah ditangkap sebagai salah satu pemimpin kudeta yang telah mengirim sejumlah pesawat dan helikopter tempur untuk mendukung kudeta. Ia merupakan salah satu dari sekitar 6.000 personil militer yang ditangkap karena keterlibatan dalam kudeta.

Puluhan ribu orang telah ditangkap karena keterlibatan dalam kudeta, termasuk 9.000 polisi, 3.000 jaksa serta sejumlah dosen, guru dan wartawan senior.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menuduh Amerika terlibat dalama kudeta, minimal secara pasif, karena mengetahui pengerahan peralatan militer dari pangkalan tersebut untuk melakukan kudeta dan tidak melaporkannya kepada pemerintah Turki. Menteri Perburuhan Süleyman Soylu, bahkan secara terang-terangan mengatakan: “Amerika di belakang kudeta ini,” demikian seperti ditulisnya di akun Twitter miliknya.

Presiden Obama sendiri telah membantah desas-desus dirinya mengetahui rencana kudeta tersebut, meski hal itu sangat patut dipertanyakan mengingat kemampuan peralatan inteligen Amerika-NATO di Incirlik memungkinkan Amerika meretas semua saluran komunikasi di Turki.

Menurut laporan media Iran seperti dikutip Gilad Atzmon di blognya, Minggu (24 Juli), inteligen Rusia mengetahui rencana kudeta dan mengingatkan Erdogan beberapa saat sebelum tentara komando pemberontak menyerbu hotel peristirahatan Erdogan di Marmaris. Hal inilah yang telah menyelamatkan Erdogan dari kudeta.  - Cahyono Ady Blog

Serangan Balasan Yaman Tewaskan Komandan AD Saudi

Komandan Unit Lapis Baja Korps 84 Angkatan Darat Arab Saudi dan beberapa perwira militer negara ini tewas setelah militer dan pasukan relawan Yaman meledakkan sebuah tank pasukan Saudi di Najran.

Serangan tersebut merupakan balasan terhadap pelanggaran berulang Arab Saudi terhadap kesepakatan gencatan senjata dan berbagai kejahatan pasukan agresor.

Menurut jaringan televisi al-Masirah, serangan militer Yaman terhadap sebuah tank militer Arab Saudi di distrik Rajla telah menewaskan seorang Komandan Unit Lapis Baja Korps 84 AD dan beberapa perwira militer negara Arab ini.

Di sisi lain, jet-jet tempur dan pasukan bayaran Arab Saudi telah beberapa kali melanggar gencatan senjata di banyak provinsi Yaman.

Sebuah sumber militer Yaman menyebutkan, pesawat-pesawat tempur rezim Al Saud terbang di atas Provinsi Saada, Marib, al-Jawf dan Sanaa.

Penyeberangan Haradh pada Senin (25/7/2016) juga menjadi sasaran serangan roket dan artileri pasukan bayaran Arab Saudi.

Agresi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman yang memperoleh lampu hijau dari Amerika Serikat dimulai sejak tanggal 26 Maret 2015.

Invasi militer tersebut telah merenggut nyawa sedikitnya 8.000 orang dan melukai belasan ribu lainnya.

Serangan itu juga telah memporak-porandakan infrastruktur penting Yaman termasuk rumah sakit, sekolah, bandara, pabrik, pelabuhan dan fasilitas publik lainnya.

Rusia Tegaskan Berdirinya Negara Palestina Merdeka

rusia-tegaskan-berdirinya-negara-palestina-merdeka
Presiden Rusia menegaskan urgensi pembentukan negara Palestina merdeka dengan ibukota Baitul Maqdis.

IRNA (25/7) melaporkan, Presiden Rusia, Senin (25/7) dalam pesannya di pertemuan petinggi negara-negara anggota Liga Arab di Mauritania mengatakan, Moskow mendukung dimulainya perundingan Timur Tengah dengan hasil pembentukan negara merdeka Palestina dengan ibukota Baitul Maqdis.

Vladimir Putin, Presiden Rusia menambahkan, situasi Palestina saat ini tidak bisa diterima dan Moskow menginginkan terciptanya peluang untuk memulai proses perundingan segera guna menyelesaikan krisis.

Moskow, katanya, bertekad melakukan upaya-upaya bilateral dan multilateral untuk menyelesaikan masalah ini.

Putin menjelaskan, sejak beberapa tahun lalu, dunia menyaksikan melemahanya pemerintahan-pemerintahan sebagian negara di Timur Tengah, meningkatnya masalah ekonomi dan sosial disertai meluasnya ekstremisme.

Presiden Rusia juga menegaskan kesiapan Moskow untuk memperkuat kerja sama dengan Liga Arab khususnya dalam bidang perang melawan terorisme internasional di kawasan.

Pertemuan tahunan yang digelar dua hari oleh Liga Arab di Mauritania, akan berlangsung hingga hari Selasa (26/7). - Parstoday

Turki: Jika Gulen Tidak Diekstradisi, Hubungan AS-Turki Memburuk

turki-jika-gulen-tidak-diekstradisi-hubungan-as-turki-memburuk
Menteri Luar Negeri Turki memperingatkan Amerika Serikat jika tetap menolak mengekstradisi Fethullah Gulen, Pemimpin gerakan Hizmet.

Kantor berita Reuters (25/7) melaporkan, Mevlut Cavusoglu, Menlu Turki, Senin (25/7) menegaskan, penolakan Amerika untuk mengekstradisi Fethullah Gulen yang dituduh terlibat dalam kudeta gagal di negara itu, akan menyebabkan hubungan bilateral dua negara memburuk.

Cavusoglu menambahkan, sejumlah duta besar Turki akan dipecat karena dituding terlibat dalam aksi kudeta 15 Juli lalu.

Pemerintah Ankara menganggap Gulen, yang saat ini mengasingkan diri di Amerika Serikat, sebagai pelaku utama kudeta di Turki.

Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Turki berulang kali meminta ekstradisi Gulen dari Amerika, namun Washington menekankan perlunya pengkajian aturan ekstradisi.

Gedung Putih mengumumkan, saat ini belum diambil keputusan terkait diterima atau tidaknya permintaan Turki tersebut. - Parstoday

NU: Saudi Hancurkan Situs Nabi dan Bangun Berhala Modern

Nahdlatul Ulama (NU) mengkritik pemerintah Arab Saudi lalai menjamin keselamatan jemaah haji menyusul musibah crane jatuh di Mekkah dan tragedi di Mina. Lagi pula, insiden di Mina sudah lima kali terjadi dan Saudi seolah tak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya.

Helmi Faisal ZainiNU menuding pemerintah Saudi tak sungguh-sungguh meningkatkan pelayanan haji,
tetapi lebih sibuk menghancurkan atau menggusur situs-situs sejarah yang berhubungan dengan Nabi Muhammad. Kerajaan Saudi malahan sibuk membangun proyek-proyek besar yang justru tampak sebagai berhala baru di zaman modern.

“Mereka membangun berhala baru seperti jam raksasa Big Ben dan tower, mengganggu kekhusyukan jemaah ber-thowaf (satu rukun haji mengelilingi Ka’bah). Padahal dalam manasik, thowaf adalah totalitas khusyuk dan taqorrub (mendekat) kepada Allah,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU, Helmy Faishal Zaini, melalui keterangan tertulis kepada yang dilansir VIVA.co.id pada Sabtu, 26 September 2015.

Menurut Helmy, kerajaan Saudi membangun Mekkah dan Madinah hanya memanjakan bisnis, dan tidak membangun kota dengan peradaban tinggi. Artefak, situs sejarah, dan tempat bersejarah Nabi dihilangkan dengan alasan dianggap musyrik alias menyekutukan Tuhan. Justru menara-menara yang dibangun tidak menunjukkan hormat kepada Ka’bah sebagai Baitullah.

Dia memprotes kebijakan Saudi yang kontradiktif sebagai donatur pengembang ajaran Wahabi tapi mereka memuja dan bersekutu dengan Barat. “Sementara cinta yang teramat cinta kepada Barat, menjadi sekutu Amerika, mendukung satu kelompok untuk berperang angkat senjata, apalah artinya ini.”

Keluarga kerajaan Saudi selama ini menganut paham Islam Wahabi sejak keluarga al-Saud berkuasa pada abad ke-19. Penguasa Saudi sejak lama menolak melestarikan peninggalan-peninggalan Nabi di Masjidil Haram karena beralasan bisa menimbulkan syirik terhadap Allah.

Helmy mengajak umat Islam memanjatkan doa dan bersimpati kepada korban dan keluarga korban. “Semoga para pencinta Rasulullah akan datang melakukan koreksi total dan menjaga serta merawat sejarah, peradaban luhur Mekkah dan Madinah,” katanya.

Dikutip dari laman resmi NU, Nu.or.id, yang melansir laporan Gulf Institute, sebanyak 95 persen bangunan yang berumur seribu tahun di Mekkah dan Madinah telah dihancurkan dalam 20 tahun terakhir.

Di Masjidil Haram Makkah, tempat paling suci bagi umat Islam, sekarang dibayangi Jabal Omar, sebuah kompleks pengembangan apartemen pencakar langit, hotel dan sebuah menara jam yang sangat besar.

Untuk membangunnya, pemerintah Saudi menghancurkan benteng Ajyad yang berdiri sejak era Ottoman dan bukit yang ada di sekitarnya. Bangunan bersejarah lain yang hilang meliputi tempat kelahiran Rasulullah, yang sekarang menjadi perpustakaan, dan rumah Khadijah, istri pertama Nabi, yang sekarang menjadi toilet publik sebagaimana dilaporkan The Independent.

Sampai sekarang, pembangunan di Madinah masih sedikit lebih terkendali dibandingkan di Mekkah, meski sejumlah situs awal Islam telah hilang. Dari tujuh masjid yang dibangun untuk memperingati perang Khondaq atau perang parit, satu peristiwa yang cukup menentukan dalam sejarah perkembangan Islam, kini hanya tersisa dua.

Sepuluh tahun lalu, sebuah masjid cucu Rasulullah dihancurkan dengan dinamit. Gambar penghancuran masjid yang diambil secara rahasia menunjukkan para polisi agama merayakan keruntuhan tempat bersejarah itu. - Viva

Sekjen NU: Racikan Wahabisme dan Kepitalisme Merubah Wajah Suci Makkah


mekah hari ini
Tulisan ini yang telah dimuat di koran JawaPos. KOTA yang indah adalah kota yang mampu mendamaikan keluhuran budaya dengan modernitas yang menyelimutinya. Kemodernan tidak terletak pada bangunan fisik dengan meletakkan supremasi menara jangkung dan gedung pencakar langit sebagai penanda utama. Namun, lebih terletak pada cara berpikir penduduknya.

Sekjen NU Helmy Faishal


Cara berpikir yang keliru dalam menerjemahkan modernitas, tampaknya, hari ini telah menjangkiti hampir seluruh umat manusia. Termasuk di dalamnya pemerintah Arab Saudi.

Di dalam benak orang-orang yang gagal menerjemahkan modernitas dengan baik itu, kemodernan hanya bisa diukur dengan kemajuan fisik semata. Di pihak lain, mereka sama sekali tidak mempertahankan nilainilai luhur, artefak sejarah, dan juga khazanah kebudayaan yang turut andil mengiringi tumbuh kembangnya sebuah sejarah kota maupun negara.

Transformasi Wahabisme


Dua tragedi yang menimpa jamaah haji di Arab Saudi adalah bukti nyata kegagalan memahami makna modernitas itu. Jatuhnya crane dan juga meninggalnya ribuan orang di Mina yang disebabkan oleh desakan dengan jamaah haji lainnya membuat kita patut mempertanyakan kapabilitas Arab Saudi menjamu tamu-tamu Allah.

Makkah berubah menjadi kota yang aduhai megah, namun rapuh. Megah jika dilihat dari ukuran fisik semata, tapi rapuh dari tata kelola serta filosofi pembangunannya. Pemerintah Arab Saudi hanya mampu membangun di Makkah, mereka sama sekali tidak mampu ’’membangun Makkah’’.

Dua terma yang saya maksud, membangun di Makkah dan membangun Makkah, sesungguhnya jika direnungkan memiliki dua arti yang sangat jauh berbeda. Membangun di Makkah berarti menjadikan Kota Makkah sebagai objek pembangunan semata tanpa memedulikan segala hal yang melatarbelakangi pembangunannya, baik sejarah, nilai-nilai budaya, dan juga estetika ruhaniyyah lainnya.

Sementara itu, membangun Makkah berarti membangun seluruh aspek yang menjadi dasar utama tegaknya Kota Makkah. Yakni, sebagai sumbu dan pusar peradaban umat Islam dunia.

Dengan membangun Makkah, pemerintah Arab Saudi berarti melakukan pembangunan yang berorientasi merawat sejarah dan artefak kebudayaan peninggalan para pendahulu. Tempat-tempat bersejarah dirawat dengan baik, bukan malah sebaliknya, digusur dan dihancurkan.

Saudi Jadikan Makkah Ladang Bisnis


Sementara itu, jika pola pikir yang digunakan adalah membangun di Makkah, hasilnya yang terjadi sebagaimana yang kita alami dan saksikan hari ini. Makkah berubah wajah dan menjelma menjadi ’’Las Vegas’’ kedua.

Tampaknya benar apa yang pernah diungkapkan Khaled Abu El-Fadl dalam bukunya, Conference of the Book. Ia dengan sangat meyakinkan pernah mengatakan bahwa ’’Wahabisme dan salafisme menjadikan Islam di abad modern ini tampak menjemukan dan suram.’’

Wahabisme adalah pangkal segala persoalan yang sekarang sedang dialami Arab Saudi. Cara berpikir yang cenderung ingin menghapuskan sejarah masa silam dengan cara memberangus seluruh peninggalan sejarah dan menggantikannya dengan bangunan megah dan jangkung mencakar udara menjadi trademark mereka. Kita sedih dan menitikkan air mata tatkala berkali-kali mereka mencoba menggusur dan memberangus makam Nabi Muhammad SAW, junjungan kita, di Madinah.

Artefak sejarah dan petilasan yang menjadi saksi bisu perjuangan Islam di awal-awal masa penyebaran dibumihanguskan dan diganti dengan menara Abraj Al-Bait yang luar biasa raksasa ukurannya. Ini adalah bukti nyata bahwa nalar wahabisme dan salafisme membuat Islam semakin mengerikan.

Kapitalisme Ibadah


Hari ini, dalam hemat saya, etos yang dibangun pemerintah Arab Saudi adalah etos bisnis, bukan etos melayani. Etos bisnis adalah etos yang menjadikan pihak lain sebagai komoditas untuk kepentingan tertentu, terutama mendongkrak devisa negara. Kedatangan jamaah haji berarti kedatangan pundi-pundi riyal bagi mereka.

Padahal, yang mestinya ditanamkan dan dilakukan pemerintah Arab Saudi adalah etos melayani. Para jamaah haji adalah tamu-tamu Allah yang dipilih oleh-Nya.

Tidak sembarangan orang bisa berangkat haji. Sebab, di samping kemampuan finansial, ia harus memiliki kemampuan fisik. Satu lagi yang terpenting dan kita yakini, ia harus dipanggil oleh Allah, si Tuan Rumah pemilik Ka’bah. Tanpa tiga syarat tersebut, niscaya berangkat haji akan berakhir pada cita-cita semata.

Banyak kita saksikan orang yang sesungguhnya memiliki kemampuan finansial yang mencukupi, sehat jasmani dan rohani, namun entah sebab apa ia tidak bisa melaksanakan haji. Kebudayaan kita menyebut orang demikian itu sebagai orang yang ’’belum dipanggil’’ menjadi tamu Allah.

Dengan kondisi yang demikian itu, perlakuan yang harus dilakukan pemerintah Arab Saudi haruslah bersifat melayani, bukan malah sebaliknya, mengeksploitasi. Etos melayani dan etos mengeksplotasi adalah dua kutub yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa dipertemukan. Yang satu sifatnya menolong dan yang lain sifatnya komersial.

Atas nalar yang demikian itulah, tampaknya Makkah sekarang menjelma sebagai raksasa baru di kawasan Barat Daya (Timur Tengah dalam bahasa orang Eropa). Makkah hari ini adalah kota yang dibangun di atas kemegahan dengan cara yang angkuh, merobohkan sejarah, mengusir penduduk, menggusur pedagang, serta sederet kejahatan kemanusiaan dan kebudayaan lainnya.

Padahal, dulu, sebagaimana catatan sejarah, Gubernur ’Amr bin ’Ash Ra di Mesir tidak berani menggusur rumah seorang Yahudi dalam rangka perluasan Masjid ’Amr bin ’Ash. Khalifah Umar bin Khattab Ra melarang penggusuran itu.

Lalu pertanyaannya, kemanakah akhlak mulia seperti ini? Tampaknya racikan wahabisme dan kapitalisme sudah menjadikan Kota Makkah menjelma seperti sekarang ini. (ARN/MM/Jawapos)

Oleh : A. Helmy Faishal Zaini (Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU))

Bani Saud telah menyebabkan malapetaka di dunia Islam

Bani Saud telah menyebabkan malapetaka di dunia Islam. Kebijakan mereka telah mengakibatkan pembunuhan ratusan ribu orang tak bersalah dan mengungsinya jutaan orang lainnya. Dihapuskannya Kerajaan Bani Saud kini sudah menjadi suatu keharusan. Karena jika tidak, maka umat Islam akan terus membayar dengan harga yang sangat mahal.

Adalah sesuatu yang mengejutkan bahwa masih ada beberapa Muslim di dunia ini, yang berpikir
Kerajaan Arab Saudi adalah promotor Islam, ketika sudah jelas kenyataan yang menunjukkan bahwa Kerajaan itu merusaknya. Kampanye penghancuran ini dilakukan dengan menggunakan ajaran buatan mereka yaitu aliran Wahabi yang absurd. Mereka sudah berani sebut semua Muslim adalah kafir kecuali mereka kaum Wahabi, dan bahwa orang Yahudi atau Kristen itu bukan Ahlul Kitab tapi para elit Zionis dan imperialis yang berkuasa.

Memang benar sungguh licik mereka yang mensponsori Wahabisme ini selama lebih dari dua abad. Anak perusahaan kolonialisme dan imperialisme Saudi itu sekarang tidak puas hanya dengan mengkafirkan kaum Asyariyah (mayoritas Sunni), Sufi, Syi’ah, dan Ibadhi saja. Mereka menjadi lebih gila dengan mengangkat senjata untuk membunuh muslim lainnya, yang tentu saja di dunia Wahabi, berarti membunuh semua muslim selain wahabi.

Dalam sejarah, para pembuat fatwa kerajaan sejak dahulu selalu menyebut bahwa oposisi terhadap penguasa yang meskipun tidak adil, dzalim dan penindas harus dihindari. Alasan di balik “ijtihad”politik ini menyatakan bahwa oposisi terhadap tiran, ketika hasilnya tidak pasti maka akan mendukung para pemberontak, yang akan menyebabkan fitnah (hasutan), dan berkonsekuensi merusak secara sosial dan berpotensi memusnahkan. Jadi kita, (mayoritas) umat Islam, memiliki sejarah yang diabadikan dalam fiqh (hasil fatwa ulama bayaran kerajaan) yang tidak mengizinkan kita untuk mengangkat senjata melawan para raja dan tiran selama mereka dianggap masih shalat!

Dalam dunia sekarang ini, monarki Saudi adalah kerajaan yang mengklaim sebagai pemegang status kehormatan Islam. Kerajaan ini begitu menggebu-gebu memberitahu orang-orang (umat Islam) bahwa pihaknya menjunjung tinggi panji-panji Islam dan membela sejarah umat Islam. Tapi kemudian (Arab Saudi) dengan berkedok militerisme “Musim Semi Arab”, menyusup ke Bahrain, Suriah, Yaman, Irak dan Libya dengan tujuan jika tidak menghentikan perlawanan terhadap rezim sekutu mereka, maka berusaha menggulingkan penguasa yang bertentangan dengan mereka dan tuan-tuannya.

Lima tahun telah berlalu. Jumlah mereka yang tewas dalam peperangan Saudi-sentris ini mencapai ratusan ribu. Mereka yang telah mengungsi dan terlunta-lunta mencapai puluhan juta jiwa. Dan masih saja sebagian orang Islam bersenang-senang dengan anggapan bahwa Arab Saudi adalah benteng Islam!

Kemudian, mari kita telaah mentalitas lain dari sebagian orang yang mengatakan bahwa satu-satunya cara umat Islam bisa bertindak bersama adalah jika Iran dan (imperialis) Saudi seiring sejalan. Mereka mengatakan bahwa perang proxy antara Republik Islam Iran dan (Zionis) Saudi hanya melayani kepentingan Israel. Kami setuju bahwa perang yang selama ini terjadi di Timur Tengah menguntungkan Israel. Tapi apa yang kami tidak setuju adalah anggapan bahwa Arab Saudi melawan Israel.

Bagaimana itu bisa terjadi? Omong kosong apa ini? Israel menempati dua pulau di Arab Saudi. Dan penguasa Saudi tidak pernah, bahkan tidak sekalipun, berbicara soal membebaskan tanah mereka sendiri yang katanya “diduduki” Israel itu. Pulau-pulau yang “diduduki” oleh Israel pada tahun 1967 itu adalah pulau Tiran dan Sanafir. Dua pulau yang secara strategis terletak di Selat Tiran di mulut Teluk Aqabah. Pulau-pulau ini secara teknis dan secara hukum milik Arab Saudi dan mereka telah berada di bawah pendudukan Israel sejak perang Juni 1967 ketika mereka direbut dari Mesir, yang pernah menempatkan pasukan di sana.

Apa yang disebut perundingan perjanjian perdamaian Mesir-Israel tentang status Tiran dan Sanafir sangat halus karena adanya klaim Saudi, yang resmi didukung oleh Amerika Serikat, mengenai pulau-pulau itu. Perjanjian itu menetapkan bahwa Israel akan menarik diri dari pulau-pulau tersebut pada bulan April 1982, setelah itu mereka akan menjadi bagian dari wilayah yang diawasi oleh PBB atau pasukan internasional lainnya. Namun sampai hari ini, mana suara Saudi? Para bangsawan Saudi, yang terlalu sibuk menghabiskan waktu mereka untuk memuaskan hasrat duniawi di kabaret dan kasino, tidak mau diingatkan atau terganggu soal pulau-pulau itu, karena tidak mau prioritas sensual mereka diusik. Arab Saudi adalah base-kampnya Israel. Berapa lama waktu yang dibutuhkan umat Islam dunia untuk melihat fakta ini?

Selama beberapa generasi terakhir, pembicaraan dunia adalah tentang konflik Arab-Israel. Dalam konflik itu, Arab Saudi hanya bertindak sebagai penonton. Kekejaman rezim Zionis terhadap Palestina tidak menggerakkan Riyadh. Sekarang pembicaraan dunia diubah menjadi mengenai konflik Sunni-Syi’ah dan untuk ini, Arab Saudi melakukan yang terbaik, memuntahkan propaganda Takfiri, menghabiskan ratusan miliar dolar untuk membeli senjata perang (bonanza bagi perbankan industri militer kompleks, dimana keuntungan daripadanya disalurkan ke kas Zionis) dan membantai orang-orang tak berdosa, wanita, serta anak-anak dalam radius ribuan mil dari sekitar Makkah.

Para diplomat Saudi dan politisi menampilkan kurangnya kematangan dan kebodohan dalam memfatwakan fiqh-fiqh mereka dan menyalakan sumbu fitnah ke semua tempat.

Kini, setelah mengobarkan api sektarianisme di Suriah, Irak, dan Yaman yang membakar, Saudi mulai kepanasan sendiri. Mereka, (pemerintah Saudi) mengemis pada tuan-tuan mereka di belakang layar. Mereka ingin Tuan kolonialisme (Inggris) dan induk imperialisme (Amerika)nya datang untuk menyelamatkan mereka. Anda dapat melihat mereka berkeringat, memohon, dan hampir-hampir bersujud demi bantuan dari London dan Washington.

Dimana definisi tauhid mereka? Dan tentu saja politisi Anglo-Amerika berdarah dingin ini sudah menyiapkan jawabannya: yaitu “semuanya memiliki harga”. Dan para pejabat Saudi yang ketakutan itu akhirnya terpaksa menguras pundi-pundi mereka, menghabiskan cadangan mereka, dan mengalami kebangkrutan ekonomi hanya demi mempertahankan layanan tuannya.

Menyadari bahwa London dan Washington akan “membunuh” ekonomi mereka, kaum reaksioner Saudi mulai belanja untuk bertahan hidup di Tel Aviv. Tambatan terakhir Saudi yang jelas-jelas menjadi musuh nomor satu semua Muslim dan bangsa-bangsa yang tertindas di dunia: ZIONIS ISRAEL.

Tentu saja, ada cara keluar dari semua kekacauan yang dibuat Saudi ini. Yang pertama adalah umat Islam dunia harus mengaktifkan indra mereka, membuka mata mereka, menggunakan otak mereka dan mengadili klan korup Saudi ini: bahwa rezim di Saudi adalah tidak sah, fungsionarisnya adalah para penjahat, dan harus dibubarkan . Jika hal ini sudah menjadi konsensus kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia, maka dinasti Saudi harus bersiap untuk pemakamannya.

Cara lain untuk keluar dari hasutan palsu sektarianisme Saudi adalah rakyat Saudi berani bangkit menentang pemerintahnya, berani merangkul saudara kembar mereka di Palestina. Hal ini nantinya, akan memperjelas siapa kawan dan siapa lawan.

Secara militer, Iran adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mengembalikan rezim Saudi ke asal muasal mereka di Najd dan Dir’iyah. Namun Iran jelas tidak akan melakukan hal itu karena berisiko terhadap perang sektarian. Ummat Islam yang masih belum dewasa cara berpikirnya dan mudah diprovokasi pasti akan menjustisifikasi bahwa ini adalah perang Sunni-Syiah meski hakikatnya sama sekali bukan.

Jadi, tanggung jawab memurnikan Saudi dari para penguasa berkarat dan pemimpin penuh nafsu kini menjadi beban umat Islam non-Iran. Umat Islam seluruhnya harus menjalani pematangan politik agar dapat melihat semua perangkat politik penipuan dan siasat tipu daya Fiqih agama yang telah digunakan tuan-tuan Arab Saudi terhadap persatuan Muslim.

Berikut adalah masalah singkatnya: Islam Iran dapat menghabisi Najdi Badui tetapi tidak akan (karena akan jatuh ke dalam perangkap sektarian). Umat Islam lainnya juga tidak akan bisa menghentikan sepak terjang Saudi (karena ketidaktahuan mereka telah mendefinisikan Saudi sebagai Sunni). Diantara dua posisi ini, kita dapati kita bisa lihat terbangunlah sebuah taman bermain politik-militer, di mana kaum imperialis dan Zionis mengalami masa kejayaannya. Tentu saja, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri (13:11). - ArrahmahNews

Sumber: Crescent International Magazine

Sekolah Anakmu Disusupi Pemikiran Takfiri Wahabi

Sudah menjadi kewajiban emak-emak untuk mendampingi anaknya belajar, sesibuk apapun dia. Saya percaya, dengan ikut terlibat dalam pelajaran anaknya, orang tua bisa memantau sejauh mana kemajuan dayapikir si anak.

Tapi kalau anak bertanya yang sulit-sulit, nah, disini lah kemampuan kita sebagai orang tua diuji. Misalkan si Sulung saya yang baru duduk di SMP, tiba-tiba nanya.

“Mamah, emang bener kalau teroris mati masuk surga?”


Hadeeh,Bon, gak ada pertanyaan lain apa. Mamah sih bisa saja jawab saklek ‘tidak’, tapi kalau kedenger sama simpatisan si teroris, bisa-bisa rumah kita ditimpukin mereka. Dianggapnya rumah kita ini halal untuk ditimpukin. Tau sendiri, gualaknya bukan maen mereka.

Orang-orang seperti itu mengangap hanya diri mereka sajalah yang masuk surga, sedangkan yang lainnya masuk neraka. Jadi mereka merasa berhak melakukan apapun terhadap orang yang bersebrangan, dengan dalih menegakan amar ma’ruf nahi munkar.

Teman saya pernah berseloroh, kalau surga diisi orang seperti mereka, saya minta pindah aja deh. Mana betah tinggal berdekatan dengan orang yang bentar-bentar mentung fake fentungan dan ngebom sana-sini. Saya hanya tertawa mendengarnya, “Lha, kamu juga, kok yakin bakal masuk surga?”

“Mamah nih, ditanya apa teroris masuk surga, bukannya dijawab malah cengar-cengir sendiri?” si Sulung kembali bertanya.

“Nah, menurut gurumu gimana?”

“Menurut guru agama sih mereka itu kan sedang berjihad melawan taghut, ya, masuk surga, Mah.”

Waduh, gawat ini! ternyata di sekolah anakku sudah disusupi pemikiran radikal. Akhirnya dengan segenap apa yang saya ketahui, saya berusaha menjelaskan dengan kehati-hatian bahwa apa yang dijelaskan gurunya itu salah. Tak ada ajaran dalam agama yang mengajarkan umatnya untuk menyakiti sesama, apalagi membunuh. Tak ada ajaran agama yang menyuruh umatnya melakukan bunuh diri. Islam itu agama toleransi, damai dan penuh kasih. Bukankah Nabi kita hidup berdampingan dengan orang-orang musyrik Mekkah selama 13 tahun dan hidup berdampingan dengan musyrikin Madinah dan Yahudi selama 10 tahun?

“Tapi, Mah, itu kan kata Mamah. Kata pak guru, banyak orang-orang yang seperti Mamah ini. Orang-orang telah terhasut oleh media sehingga gak mau berjihad lagi…”

Kali ini, terpaksa saya harus menggunakan otoritas saya sebagai orangtuanya. “Nak, dengar kata Mamah. Gurumu salah, titik! Gurumu itu teroris, kamu harus nurut apa kata Mamah. Kamu anak Mamah kan?”

“Lho kok Mamah nanya? Masa Mamah lupa sama anak sendiri.”

Nah, pemirsah… sampai dengan tulisan ini dibuat, saya masih belum bisa meyakinkan anak saya untuk memahami apa itu jihad, apa itu teroris. Setiap kali saya memaksa anak saya untuk meyakini bahwa apa yang mereka perbuat itu salah, saya merasa seperti pimpinan teroris itu ketika mendoktrin ‘pengantinnya’ untuk melakukan bom bunuh diri.

Kisah ini bukan sebuah ilusi, ini adalah fakta. Anda dan saya merasakan kehadiran pemikiran takfiri wahabi yang menyelinap masuk ke buku-buku pelajaran di sekolah dari TK hingga perguruan tinggi. Mereka juga aktif mengirim para pendakwa ke masjid-masjid, sekolah-sekolah, instansi-instansi pemerintah, bahkan lembaga pemasyarakatan untuk mencuci otak, sehingga mereka yang telah terkontaminasi oleh wahabisme akan dengan mudah mengklaim sebagai pembawa kebenaran dan pemurni agama serta menilai selain mereka sebagai yang sesat, musyrik, kafir dan wajib dimusuhi,bahkan dibunuh.

Cukuplah Wahabisme menjadi ideologi warga Saudi, karena ‘kita’ bukan warga Saudi, tapi Islam Nusantara. - ArrahmahNews

Ciptakan Negara Israel, Palestina Akan Tuntut Inggris

Pemerintah Otoritas Palestina (PA) akan menuntut Inggris karena bertanggung jawab atas semua kejahatan perang yang dilakukan Israel sejak tahun 1948. Alasannya, Inggris berperan dalam mencipatakan negara Israel di wilayah Palestina melalui Deklarasi Balfour 1917.

Deklarasi itu berisi mandate untuk memindah orang-orang Arab dari tanah mereka di Palestina sebagai jalan untuk mendirikan negara Israel.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki.

Deklarasi Balfour 1917 ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour. Mandat awalnya ditujukan untuk membatasi gerakan Zionis. Namun, kemudian berubah menjadi kolonisasi terhadap wilayah Palestina yang diduduki oleh Kesultanan Ottoman.

Riyad al-Maliki, telah mengatakan kepada Liga Arab bahwa Inggris akan dimintai pertanggungjawaban atas perannya dalam apa yang dirasakan Palestina sebagai bencana besar.

“Keputusan itu, memberikan kepada orang yang tidak termasuk dan yang bukan milik mereka,” kata Maliki kepada Liga Arab, seperti dikutip Russia Today, semalam (26/7/2016).

Belum jelas bagaimana dan di mana Otoritas Palestina akan menuntut Inggris. Sementara itu, Pemerintah Inggris belum menanggapi rencana tuntutan Palestina.

Langkah ini merupakan upaya terbaru oleh mantan koloni atau bangsa untuk mencari reparasi setelah mengaku telah dirugikan. - Sindo

Kapal Selam Nuklir Rusia Bisa Bikin NATO Kewalahan

Sebuah laporan baru dari Pusat Studi Strategis dan Internasional menilai bahwa NATO tidak akan berdaya dalam menghadapi ancaman salah satu kapal selam nuklir tercanggih Rusia, K-560 Severodvinsk Yasen-class. Laporan ini menyebut kesiapan NATO untuk perang anti-kapal selam (ASW) memburuk.


Kapl selam K-560 adalah salah satu kapal selam paling maju Rusia. Dilengkapi dengan pengurangan kebisingan yang canggih dan peralatan perang elektronik, kapal selam ini juga dipersenjatai dengan rudal jarak jauh, rudal jelajah anti-kapal dan rudal torpedo. Kapal K-560 juga bisa melesat hingga 35 knot.

”Organisasi, hubungan, intelijen, dan kemampuan yang pernah mendukung jaringan kuat ASW (NATO) di Atlantik Utara dan Laut Baltik tidak ada lagi,” bunyi laporan itu.

”Dua hal telah terjadi,” imbuh sejarawan angkatan laut, Norman Polmer, kepada Defense News. ”Pertama, kapal selam (Rusia) lebih tenang, dan kedua, kami telah membongkar sebagian besar kemampuan ASW kami,” lanjut dia, yang dikutip Rabu (27/7/2016).

Laporan ini merekomendasikan bahwa semua negara NATO harus berkontribusi meningkatkan kemampuan anti-kapal selam, khususnya Inggris, yang kemampuan Angkatan Laut-nya telah mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

”Angkatan Laut Inggris mungkin pada titik surut terendah,” lanjut laporan ini mengacu pada patroli kapal induk terakhir Inggris pada 2014.

Sementara Amerika Serikat yang memiliki armada terbesar dalam aliansi telah ditempatkan di di Pasifik, karena fokus pada krisis Laut China Selatan. Sedangkan kemampuan ASW AS di Eropa tidak maksimal.

Sedangkan Prancis yang memiliki armada terkuat di Eropa, tapi banyak fokus di Mediterania, dan kurang fokus di Atlantik Utara atau Baltik.

”Intinya adalah ya, ASW NATO menurun,” kata Jerry Hendrix, seorang pensiunan kapten Angkatan Laut AS kepada Defense News. ”Kami berada di tempat yang buruk sebagai aliansi yang berkaitan dengan kebangkitan ‘bawah laut’ Rusia.” - Sindo

Jet Tempur F-35 AS Akan Menang Perang Lawan China

Sebuah laporan terbaru merinci bagaimana jet tempur generasi kelima Amerika Serikat (AS), F-35, akan menang perang melawan China di masa depan. Laporan ini berasal dari Mitchell Institute for Aerospace Studies yang ditulis oleh Mayor Jenderal Jeff Harrigian dan Kolonel Max Marosko dari AS.

Laporan ini dimulai dengan gambaran luas dari kemampuan jet tempur siluman generasi kelima AS
dan peran mereka dalam pertempuran udara di masa depan, dan diakhiri dengan hipotetis perang tahun 2026 melawan musuh yang tidak disebutkan namanya, setelah meningkatnya ketegangan di wilayah kunci di luar negeri.

Meski nama musuh AS tak disebut, namun lokasi yang ditunjuk dalam skenario itu adalah di Pasifik Barat, di mana saingan utama AS di wilayah itu adalah China yang memiliki radar dan rudal canggih yang jadi tantangan utama struktur kekuatan Angkatan Udara AS.

Laporan itu, seperti dikutip Business Insider, Rabu (27/7/2016), menggambarkan skenario yang berlangsung sepuluh tahun ke depan, di mana jet tempur F-35 dan F-22 bekerja mulus untuk membantu pesawat AS lainnya melalui datalink.

Dalam pembukaan skenario konflik, para pejabat Angkatan Udara menyatakan bahwa AS akan mengirim jet tempur F-35 dan F-22-nya ke berbagai pangkalan di Pasifik. Langkah itu dengan memanfaatkan jaringan AS yang luas dari pangkalan dan sekutunya dengan beberapa pesawat tempur yang berharga.

Langkah tersebut diklaim bisa menyangkal kemampuan China untuk mendaratkan ”pukulan KO” terhadap kekuatan AS.  Alasannya, jet-jet tempur AS tetap ditempatkan di pangkalan yang lebih besar, dengan menyajikan target yang lebih menarik.

Pesawat jet tempur siluman generasi kelima AS pada saat ini mampu menemukan lapangan udara sendiri, tanpa bantuan dari pengendali lalu lintas udara. Kecanggihan ini memungkinkan kekuatan AS akan lebih menyebar untuk menyajikan wilayah yang sebelumnya kurang ditargetkan.

Selain itu, cara AS memenangkan perang adalah mengandalkan sekutu regional seperti Australia, yang juga memiliki jet tempur F-35. Dengan jet tempur canggih itu, sekutu Washington bisa dengan cepat dapat mengisi bahan bakar pesawat tempur AS dalam keadaan darurat.

Para pejabat AS dalam laporan itu menyatakan, dengan kekuatan tambal sulam di Pasifik untuk unit F-35 dan F-22, China tentu akan berusaha untuk memanfaatkan kemampuan perang elektronik mereka yang mengesankan.

Namun, para pejabat AS itu berpendapat bahwa jet tempur generasi kelima tetap akan menghadapi cuaca buruk, termasuk badai. Meski demikian, pesawat generasi kelima AS dengan jaringan multi-sensor spektral yang maksimal tetap mampu mendeteksi pesawat musuh yang jadi sasaran.

Sementara itu, pesawat tempur AS lain seperti F-16, F-18 dan F-15 dalam situasi tempur seperti itu, mampu memberikan lapisan pertahanan yang lebih dekat ke daratan posisi AS. Ketika China mengandalkan kemampuan rudal tangguh yang usianya lebih tua, pesawat-pesawat jet tempur andalan AS, seperti F-35, F-22, B-2, dan B-21 akan melakukan pekerjaan mereka.

Jet tempur generasi kelima AS diklaim bisa memancing China untuk menghabiskan suplai rudal balistiknya.

Pentagon belum mengkonfirmasi laporan analisa militernya itu. China juga belum merespons. - Sindo

Wilayah Udaranya Diterobos Jet Rusia, Bulgaria Tak Berani Protes

Pemerintah Bulgaria tidak berani mengkritik Rusia secara keras perihal tuduhan bahwa pesawat jet militer dan pesawat komersial Moskow melanggar wilayah udaranya. Bulgaria menyatakan tidak mencari konfrontasi dengan siapa pun.

Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Bulgaria, Nikolay Nenchev, mengatakan bahwa telah terjadi kenaikan pelanggaran terhadap wilayah udara oleh
pesawat jet militer dan pesawat komersial Rusia pada bulan lalu. Dia menyebut pelanggaran itu “provokasi terhadap Bulgaria dan angkatan udaranya”.

Namun, pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan Bulgaria tibat-tiba melunak dengan menyatakan bahwa pesawat Rusia tidak terlibat dalam pelanggaran terhadap wilayah udaranya. Namun, Bulgarian tetap menyalahkan Rusia karena tidak mengamati norma-norma internasional dalam penerbangan.

Padahal, data Nenchev sebelumnya menyebut pesawat jet militer Rusia melanggar wilayah udara negaranya empat kali dalam satu bulan terakhir. Sedangkan pesawat penumpang Rusia melanggar enam kali.

Rusia telah membantah tuduhan itu dengan mengklaim pesawat mereka terbang di atas Laut Hitam yang merupakan wilayah internasional dan telah mengikuti aturan internasional.

Kementerian Pertahanan Bulgaria, seperti dikutip Reuters, Rabu (27/7/2016) mengatakan bahwa Bulgaria tidak mencari konfrontasi dengan siapa pun, apalagi dengan Rusia.

”Mereka (Rusia) tidak menghidupkan transponder (pesawat)-nya untuk menyatakan rencana penerbangan mereka. Ada juga kasus penerbangan dari pesawat yang tanpa membedakan tanda-tanda,” bunyi pernyataan kementerian itu.

Bulgaria, bekas negara komunis yang telah menjadi anggota NATO. Negara itu hampir seluruhnya bergantung pada pasokan energi Rusia.

”Kami mengungkapkan keprihatinan perihal menjaga sikap saling menghormati dan saling percaya di antara negara-negara Laut Hitam dalam realisasi penerbangan di wilayah udara internasional di atas wilayah perairan Laut Hitam,” lanjut kementerian itu. - Sindo

Turki-Amerika Makin Panas, Pangkalan Amerika Terbakar

Indonesian Free Press -- Hubungan Amerika dengan Turki semakin panas saja paska pecahnya kudeta gagal yang oleh Turki disebut didukung Amerika. Sebuah pangkalan militer Amerika di Turki terbakar tidak lama setelah media pendukung Presiden Erdogan menunjuk hidung seorang jendral Amerika terlibat dalam kudeta.

Veterans Today melaporkan, Senin (25 Juli), media pendukung Presiden Erdogan, Yeni Safak, pada hari Minggu (24 Juli) menyebutkan nama disertai foto Jendral John F. Campbell sebagai perancang kudeta bersama pelarian politik Turki di Amerika, Fethullah Gullen. Jendral Campbell adalah Asisten Keamanan Panglima NATO.

Beberapa jam setelah munculnya laporan itu, pangkalan militer Amerika-NATO di Izmir terbakar hebat selama berjam-jam, meski sejumlah besar pemadam kebakaran, termasuk helikopter, dikerahkan. Veterans Today menyebut kebakaran itu sebagai 'kemungkinan sabotase' oleh kelompok-kelompok angi-Amerika di Turki.


Sebelumnya pada minggu lalu, Rabu (20 Juli), tiga personil militer Amerika dikeroyok sekelompok orang, demikian media-media lokal menyebutkan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua negara tengah dalam situasi yang sangat serius.

Polisi tengah menyidiki rangkaian peristiwa ini, sementara media-media setempat juga menyebutkan adanya kaitan peristiwa ini dengan sentimen anti-Amerika paska kudeta gagal.

Pangkalan militer Amerika yang terbakar diketahui tidak menyimpan sebagian dari 90 senjata nuklir taktis Amerika di Turki. Semua senjata nuklir itu diketahui disimpan di pangkalan udara Incirlik di selatan Turki. Aparat keamanan Turki sempat mengepung dan menggeledah pangkalan terakhir ini setelah diketahui komandan pangkalan ini terlibat dalam kudeta dan sejumlah pesawat tempur dan helikopter yang terlibat dalam kudeta tinggal landas dari pangkalan ini.(ca)

Monday, July 25, 2016

Turki 'Tawan' Personil Militer Amerika, Rusia Selamatkan Erdogan

Indonesian Free Press -- Polisi Turki 'menawan' sekitar 1.500 personil militer Amerika beserta keluarganya di pangkalan udara NATO di Incirlik di selatan Turki. Bersama mereka terdapat puluhan bom nuklir taktis.

Seperti dilaporkan media berpengaruh Israel, DEBKAfile, 20 Juli lalu, setidaknya selama empat hari sejak terjadinya kudeta militer yang gagal tanggal 16 Juli, para personil militer Amerika itu berada dalam 'tawanan' Turki, tanpa aliran listrik dari luar. Akibatnya secara efektif tidak ada operasi militer terhadap ISIS di Suriah dan Irak yang dilancarkan dari pangkalan ini.

Menurut laporan tersebut, kasus penawanan ini menjadi salah satu pembicaraan serius melalui telepon antara Presiden Barack Obama dengan Presiden Turki Thayyep Erdogan paska kudeta gagal tersebut. Erdogan menuntut Obama untuk mengekstradisi Fethullah Gullen, pelarian Turki yang tinggal di Amerika dan musuh utama Erdogan, yang dituduh sebagai dalang kudeta. Namun Obama menolak.

Penawahan personil militer Amerika itu, sebut DEBKAfile, dijadikan Erdogan untuk menggertak Amerika.

Namun, meski menjadi kasus yang sangat serius, hal ini luput dari perhatian pers Amerika, termasuk para politisi yang selama ini bersikap keras kepada pemerintah seperti Donald Trump. Kasus ini hanya menjadi laporan singkat media Rusia yang menulis judul: "Para penyidik Turki menggeledah pangkalan udara Incirlik dimana bom-bom nuklir Amerika berada.”

Penggeledahan itu, sebut DEBKAfile, dilakukan oleh para penyidik Kejaksaan Agung dengan kawalan ratusan personil polisi. Tidak disebutkan kapan penggeledahan itu dilakukan dan apakah penawanan tersebut masih berlangsung.

"Pangkalan itu berada di bawah kepungan sejumlah besar polisi, terputus aliran listrik selama beberapa hari kecuali beberapa generator lokal yang akan segera kehabisan bahan bakar. Tekanan ini tampaknya menjadi methode Erdogan untuk memaksa Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, yang dituduh telah memimpin percobaan kudeta gagal dari tempat pengasingannya di Pennsylvania, Amerika," tulis laporan itu.

Komandan pangkalan tersebut, Brigjen Bekir Ercan, telah ditangkap sebagai salah satu pemimpin kudeta yang telah mengirim sejumlah pesawat dan helikopter tempur untuk mendukung kudeta. Ia merupakan salah satu dari sekitar 6.000 personil militer yang ditangkap karena keterlibatan dalam kudeta.

Puluhan ribu orang telah ditangkap karena keterlibatan dalam kudeta, termasuk 9.000 polisi, 3.000 jaksa serta sejumlah dosen, guru dan wartawan senior.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menuduh Amerika terlibat dalama kudeta, minimal secara pasif, karena mengetahui pengerahan peralatan militer dari pangkalan tersebut untuk melakukan kudeta dan tidak melaporkannya kepada pemerintah Turki. Menteri Perburuhan Süleyman Soylu, bahkan secara terang-terangan mengatakan: “Amerika di belakang kudeta ini,” demikian seperti ditulisnya di akun Twitter miliknya.

Presiden Obama sendiri telah membantah desas-desus dirinya mengetahui rencana kudeta tersebut, meski hal itu sangat patut dipertanyakan mengingat kemampuan peralatan inteligen Amerika-NATO di Incirlik memungkinkan Amerika meretas semua saluran komunikasi di Turki.

Menurut laporan media Iran seperti dikutip Gilad Atzmon di blognya, Minggu (24 Juli), inteligen Rusia mengetahui rencana kudeta dan mengingatkan Erdogan beberapa saat sebelum tentara komando pemberontak menyerbu hotel peristirahatan Erdogan di Marmaris. Hal inilah yang telah menyelamatkan Erdogan dari kudeta.(ca)

Saturday, July 23, 2016

Akhirnya, Saudi Hanya Menjadi Kambing Hitam

Indonesian Free Press -- Pelajaran berharga kembali diberikan kepada negara-negara sekutu Amerika, yaitu bahwa pada saatnya tiba setan akan mengorbankan pengikutnya sendiri.

Turki yang setia mengikuti skenario Amerika untuk menghancur-leburkan Suriah, baru saja mengalaminya. Kudeta militer oleh militer binaan CIA-NATO nyaris menumbangkan regim Thayyep Erdogan setelah yang bersangkutan menunjukkan niat untuk berdamai dengan Suriah. Saddam Hussein, yang pada tahun 1980 menyerang Iran atas desakan Amerika dan Saudi Arabia, telah digantung oleh tentara Amerika, dan masih banyak lagi pemimpin-pemimpin dunia sekutu Amerika yang hidupnya berakhir dengan tragis.

Kini, kisah yang sama mulai menerpa regim Saudi Arabia dengan dibukanya 28 lembar dokumen laporan penyelidikan serangan WTC tahun 2001 yang selama ini dirahasiakan karena alasan keamanan negara. Dalam laporan itu Saudi Arabia, yang dipimpin mantan kepala inteligen dan Duta Besar di Amerika, Pangeran Bandar bin Sultan, disebutkan telah mendanai para teroris pelaku serangan WTC.

Menyalahkan Saudi sebagai penyandang dana tidak menuntaskan misteri Serangan WTC. Ada pihak-pihak lain yang terlibat, termasuk pemerintahan Benjamin Netanyahu, yang pada saat terjadi serangan secara misterius ternyata tengah berada di New York, dan pemerintahan George 'Dubya' Bush Jr, yang paling tidak berperan aktif melindungi pihak-pihak yang bertanggugjawab atas serangan tersebut.

James Jesus Angleton, mantan kepala kontra-inteligen CIA selama 30 tahun pernah mengatakan kepada Paul Craig Roberts bahwa inteligen biasa membuat 'cerita di dalam cerita' setiap ceritanya dilengkapi dengan bukti bukti dan konstruksi cerita yang nampak logis, demi menyembunyikan suatu kebenaran. Hal ini bisa berguna untuk beberapa keperluan, seperti mendiskreditkan seseorang atau lembaga yang dianggap menjadi penghalang. Atau untuk menjadi pengalih perhatian dari masalah yang sebenarnya. Menyalahkan Saudi Arabia adalah termasuk dalam hal ini. ("Is the Saudi 9/11 Story Part Of The Deception?"; Paul Craig Roberts.org; 22 Juli 2016)

Cerita resmi Amerika tentang Tragedi Serangan WTC, yang juga diikuti oleh seluruh media massa 'kambing congek' dan juga penulis cerita film 'Bulan Terbelah di Amerika' yang kebetulann putri tokoh gerakan Reformasi 1998 yang dibiayai zionis George Soros, meninggalkan banyak kejanggalan yang keterlaluan.

Gedung 47 lantai WTC 7 yang juga turut runtuh dalam peristiwa itu sama sekali tidak disebut dalam laporan penyelidikan resmi. Padahal gedung itu runtuh dengan cara yang tidak bisa dipercaya, yaitu runtuh tegak lurus dalam hitungan detik, meski tidak terkena serangan sama sekali. Lebih dari 100 petugas pemadam kebakaran, polisi dan teknisi gedung memberikan kesaksian bahwa mereka mendengar suara-suara ledakan bom sebelum Menara Kembar WTC runtuh. Petugas teknis William Rodriguez, yang bekerja di Menara Utara WTC mengatakan terjadi beberapa ledakan di lantai dasar tepat sebelum pesawat jet menabrak gedung. Hal ini pun diperkuat dengan kesaksian sejumlah saksi ahli yang menyebutkan adanya sisa-sisa bahan peledak di reruntuhan gedung, sebelum ribuan ton besi-besi konstruksi tiba-tiba saja diangkut ke Cina sebagai besi tua, sebelum penyelidikan yang tepat benar-benar dilakukan.

Kemudian, sejumlah besar pilot profesional, baik sipil maupun militer, mempertanyakan kemampuan pilot pembajak melakukan manuver terbang rendah menabrak Gedung Departemen Pertahanan Pentagon yang dianggap tidak masuk akal. Selain itu setidaknya 2.500 insinyur dari berbagai bidang terkait telah menyerukan agar diadakan penyelidikan independen untuk mengkaji kebenaran runtuhnya Menara Kembar WTC oleh tabrakan pesawat terbang sementara gedung itu telah dinyatakan tahan terhadap gempa bumi dan tabrakan pesawat jet.

Lebih dari itu semua adalah kejanggalan tentang tidak berfungsinya alat-alat inteligen dan pertahanan Amerika yang canggih untuk mencegah serangan itu terjadi.

Tuduhan bahwa Saudi Arabia menjadi penyandang dana Serangan WTC, kalau benar dan Insya Allah benar, masih tidak bisa menjelaskan mengapa terjadi Serangan WTC, karena tentu saja Saudi Arabia tidak bisa melakukannya. Betapapun, hal ini mengindikasikan bahwa Amerika tengah berusaha 'cuci tangan' dan menjadikan Saudi Arabia hanya sebagai kambing hitam.

"Pengungkapan 28 halaman dokumen rahasia tersebut telah menjadi puncak dari berbagai perkembangan yang menunjukkan Saudi Arabia telah kehilangan reputasinya sebagai sekutu terpercaya Amerika," kata telah Kevin L. Schwartz di situs Counterpunch.org, sebagaimana dikutip Reuters, Minggu (17 Juli).

Pakar politik asal Amerika itu kemudian menunjukkan beberapa perkembangan sebelumnya tentang memburuknya hubungan kedua negara sekaligus memburuknya reputasi Saudi Arabia di dunia internasional. Pertama tentu saja adalah ditandatanganinya perjanjian program nuklir Iran oleh Amerika, beredarnya informasi-informasi sensitif tentang Saudi, beredarnya kesaksin pengadilan tentang kesaksian Zacharias Moussaoui tentang keterlibatan Saudi dalam Serangan WTC, Perang Yaman yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan hukuman mati terhadap 47 orang termasuk ulama Shiah terkemuka.

Schwartz menyebutkan bahwa pada bulan April lalu Komisi Luar Negeri Senat Amerika mencoba melarang penjualan senjata ke Saudi Arabia setelah bergolaknya Perang Yaman.

"Dalam hal-hal lain hubungan dengan Saudi Arabia juga mengalami tekanan yang sama," tulis Schwartz.

Tahun lalu pemerintah Swedia menolak memperbaharui kontrak senjata yang ditandaatangani tahun 2005, sementara Inggris membatalkan kontrak senilai £5,9 juta untuk membantu pelatihan penanganan tahanan. Hal yang sama dilakukan Belgia dan Belanda, sebut Schwartz.

Lebih jauh pada Februari 2016 lalu Parlemen Eropa mengeluarkan keputusan bagi pelarangan penjualan sentara kepada Saudi Arabia terkait krisis Yaman yang telah mengarah pada 'situasi bencana kemanusiaan'.

Dalam artikel yang ditulisnya di Council on Foreign Relations, F. Gregory Gause III, guru besar politik University of Vermont, menyebutkan bahwa hubungan Amerika-Saudi berada pada kondisi 'ketegangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama beberapa tahun terakhir' yang memaksa Presiden Obama untuk mempertanyakan status Saudi sebagai sekutu terpercaya.(ca)