Tuesday, July 26, 2016

Bani Saud telah menyebabkan malapetaka di dunia Islam

Bani Saud telah menyebabkan malapetaka di dunia Islam. Kebijakan mereka telah mengakibatkan pembunuhan ratusan ribu orang tak bersalah dan mengungsinya jutaan orang lainnya. Dihapuskannya Kerajaan Bani Saud kini sudah menjadi suatu keharusan. Karena jika tidak, maka umat Islam akan terus membayar dengan harga yang sangat mahal.

Adalah sesuatu yang mengejutkan bahwa masih ada beberapa Muslim di dunia ini, yang berpikir
Kerajaan Arab Saudi adalah promotor Islam, ketika sudah jelas kenyataan yang menunjukkan bahwa Kerajaan itu merusaknya. Kampanye penghancuran ini dilakukan dengan menggunakan ajaran buatan mereka yaitu aliran Wahabi yang absurd. Mereka sudah berani sebut semua Muslim adalah kafir kecuali mereka kaum Wahabi, dan bahwa orang Yahudi atau Kristen itu bukan Ahlul Kitab tapi para elit Zionis dan imperialis yang berkuasa.

Memang benar sungguh licik mereka yang mensponsori Wahabisme ini selama lebih dari dua abad. Anak perusahaan kolonialisme dan imperialisme Saudi itu sekarang tidak puas hanya dengan mengkafirkan kaum Asyariyah (mayoritas Sunni), Sufi, Syi’ah, dan Ibadhi saja. Mereka menjadi lebih gila dengan mengangkat senjata untuk membunuh muslim lainnya, yang tentu saja di dunia Wahabi, berarti membunuh semua muslim selain wahabi.

Dalam sejarah, para pembuat fatwa kerajaan sejak dahulu selalu menyebut bahwa oposisi terhadap penguasa yang meskipun tidak adil, dzalim dan penindas harus dihindari. Alasan di balik “ijtihad”politik ini menyatakan bahwa oposisi terhadap tiran, ketika hasilnya tidak pasti maka akan mendukung para pemberontak, yang akan menyebabkan fitnah (hasutan), dan berkonsekuensi merusak secara sosial dan berpotensi memusnahkan. Jadi kita, (mayoritas) umat Islam, memiliki sejarah yang diabadikan dalam fiqh (hasil fatwa ulama bayaran kerajaan) yang tidak mengizinkan kita untuk mengangkat senjata melawan para raja dan tiran selama mereka dianggap masih shalat!

Dalam dunia sekarang ini, monarki Saudi adalah kerajaan yang mengklaim sebagai pemegang status kehormatan Islam. Kerajaan ini begitu menggebu-gebu memberitahu orang-orang (umat Islam) bahwa pihaknya menjunjung tinggi panji-panji Islam dan membela sejarah umat Islam. Tapi kemudian (Arab Saudi) dengan berkedok militerisme “Musim Semi Arab”, menyusup ke Bahrain, Suriah, Yaman, Irak dan Libya dengan tujuan jika tidak menghentikan perlawanan terhadap rezim sekutu mereka, maka berusaha menggulingkan penguasa yang bertentangan dengan mereka dan tuan-tuannya.

Lima tahun telah berlalu. Jumlah mereka yang tewas dalam peperangan Saudi-sentris ini mencapai ratusan ribu. Mereka yang telah mengungsi dan terlunta-lunta mencapai puluhan juta jiwa. Dan masih saja sebagian orang Islam bersenang-senang dengan anggapan bahwa Arab Saudi adalah benteng Islam!

Kemudian, mari kita telaah mentalitas lain dari sebagian orang yang mengatakan bahwa satu-satunya cara umat Islam bisa bertindak bersama adalah jika Iran dan (imperialis) Saudi seiring sejalan. Mereka mengatakan bahwa perang proxy antara Republik Islam Iran dan (Zionis) Saudi hanya melayani kepentingan Israel. Kami setuju bahwa perang yang selama ini terjadi di Timur Tengah menguntungkan Israel. Tapi apa yang kami tidak setuju adalah anggapan bahwa Arab Saudi melawan Israel.

Bagaimana itu bisa terjadi? Omong kosong apa ini? Israel menempati dua pulau di Arab Saudi. Dan penguasa Saudi tidak pernah, bahkan tidak sekalipun, berbicara soal membebaskan tanah mereka sendiri yang katanya “diduduki” Israel itu. Pulau-pulau yang “diduduki” oleh Israel pada tahun 1967 itu adalah pulau Tiran dan Sanafir. Dua pulau yang secara strategis terletak di Selat Tiran di mulut Teluk Aqabah. Pulau-pulau ini secara teknis dan secara hukum milik Arab Saudi dan mereka telah berada di bawah pendudukan Israel sejak perang Juni 1967 ketika mereka direbut dari Mesir, yang pernah menempatkan pasukan di sana.

Apa yang disebut perundingan perjanjian perdamaian Mesir-Israel tentang status Tiran dan Sanafir sangat halus karena adanya klaim Saudi, yang resmi didukung oleh Amerika Serikat, mengenai pulau-pulau itu. Perjanjian itu menetapkan bahwa Israel akan menarik diri dari pulau-pulau tersebut pada bulan April 1982, setelah itu mereka akan menjadi bagian dari wilayah yang diawasi oleh PBB atau pasukan internasional lainnya. Namun sampai hari ini, mana suara Saudi? Para bangsawan Saudi, yang terlalu sibuk menghabiskan waktu mereka untuk memuaskan hasrat duniawi di kabaret dan kasino, tidak mau diingatkan atau terganggu soal pulau-pulau itu, karena tidak mau prioritas sensual mereka diusik. Arab Saudi adalah base-kampnya Israel. Berapa lama waktu yang dibutuhkan umat Islam dunia untuk melihat fakta ini?

Selama beberapa generasi terakhir, pembicaraan dunia adalah tentang konflik Arab-Israel. Dalam konflik itu, Arab Saudi hanya bertindak sebagai penonton. Kekejaman rezim Zionis terhadap Palestina tidak menggerakkan Riyadh. Sekarang pembicaraan dunia diubah menjadi mengenai konflik Sunni-Syi’ah dan untuk ini, Arab Saudi melakukan yang terbaik, memuntahkan propaganda Takfiri, menghabiskan ratusan miliar dolar untuk membeli senjata perang (bonanza bagi perbankan industri militer kompleks, dimana keuntungan daripadanya disalurkan ke kas Zionis) dan membantai orang-orang tak berdosa, wanita, serta anak-anak dalam radius ribuan mil dari sekitar Makkah.

Para diplomat Saudi dan politisi menampilkan kurangnya kematangan dan kebodohan dalam memfatwakan fiqh-fiqh mereka dan menyalakan sumbu fitnah ke semua tempat.

Kini, setelah mengobarkan api sektarianisme di Suriah, Irak, dan Yaman yang membakar, Saudi mulai kepanasan sendiri. Mereka, (pemerintah Saudi) mengemis pada tuan-tuan mereka di belakang layar. Mereka ingin Tuan kolonialisme (Inggris) dan induk imperialisme (Amerika)nya datang untuk menyelamatkan mereka. Anda dapat melihat mereka berkeringat, memohon, dan hampir-hampir bersujud demi bantuan dari London dan Washington.

Dimana definisi tauhid mereka? Dan tentu saja politisi Anglo-Amerika berdarah dingin ini sudah menyiapkan jawabannya: yaitu “semuanya memiliki harga”. Dan para pejabat Saudi yang ketakutan itu akhirnya terpaksa menguras pundi-pundi mereka, menghabiskan cadangan mereka, dan mengalami kebangkrutan ekonomi hanya demi mempertahankan layanan tuannya.

Menyadari bahwa London dan Washington akan “membunuh” ekonomi mereka, kaum reaksioner Saudi mulai belanja untuk bertahan hidup di Tel Aviv. Tambatan terakhir Saudi yang jelas-jelas menjadi musuh nomor satu semua Muslim dan bangsa-bangsa yang tertindas di dunia: ZIONIS ISRAEL.

Tentu saja, ada cara keluar dari semua kekacauan yang dibuat Saudi ini. Yang pertama adalah umat Islam dunia harus mengaktifkan indra mereka, membuka mata mereka, menggunakan otak mereka dan mengadili klan korup Saudi ini: bahwa rezim di Saudi adalah tidak sah, fungsionarisnya adalah para penjahat, dan harus dibubarkan . Jika hal ini sudah menjadi konsensus kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia, maka dinasti Saudi harus bersiap untuk pemakamannya.

Cara lain untuk keluar dari hasutan palsu sektarianisme Saudi adalah rakyat Saudi berani bangkit menentang pemerintahnya, berani merangkul saudara kembar mereka di Palestina. Hal ini nantinya, akan memperjelas siapa kawan dan siapa lawan.

Secara militer, Iran adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mengembalikan rezim Saudi ke asal muasal mereka di Najd dan Dir’iyah. Namun Iran jelas tidak akan melakukan hal itu karena berisiko terhadap perang sektarian. Ummat Islam yang masih belum dewasa cara berpikirnya dan mudah diprovokasi pasti akan menjustisifikasi bahwa ini adalah perang Sunni-Syiah meski hakikatnya sama sekali bukan.

Jadi, tanggung jawab memurnikan Saudi dari para penguasa berkarat dan pemimpin penuh nafsu kini menjadi beban umat Islam non-Iran. Umat Islam seluruhnya harus menjalani pematangan politik agar dapat melihat semua perangkat politik penipuan dan siasat tipu daya Fiqih agama yang telah digunakan tuan-tuan Arab Saudi terhadap persatuan Muslim.

Berikut adalah masalah singkatnya: Islam Iran dapat menghabisi Najdi Badui tetapi tidak akan (karena akan jatuh ke dalam perangkap sektarian). Umat Islam lainnya juga tidak akan bisa menghentikan sepak terjang Saudi (karena ketidaktahuan mereka telah mendefinisikan Saudi sebagai Sunni). Diantara dua posisi ini, kita dapati kita bisa lihat terbangunlah sebuah taman bermain politik-militer, di mana kaum imperialis dan Zionis mengalami masa kejayaannya. Tentu saja, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri (13:11). - ArrahmahNews

Sumber: Crescent International Magazine

No comments:

Post a Comment