Friday, October 14, 2016

Putin kepada Barat: Kompromi atau Tanggung Konsekuensinya

Putin kepada Barat: Kompromi atau Tanggung Konsekuensinya
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengirim pesan kuat kepada Barat, khususnya kepada Amerika Serikat (AS). Putin mengatakan, Rusia siap berdialog dengan AS, namun berdialog dalam artian kompromi. Putin menegaskan, AS harus berkompromi.

"Ada kebutuhan untuk berperilaku seperti mitra dan mengambil kepentingan masing-masing dalam tanggung jawabnya. Kami siap untuk itu," kata Putin dalam sebuah forum ekonomi seperti dikutip dari laman Daily Express, Kamis (12/10/2016).

Mengaku khawatir dengan memburuknya hubungan dengan AS, Putin mengatakan Washington telah membiayai oposisi radikal Ukraina dan membantu kudeta di sana. Moskow kemudian dipaksa untuk melindungi etnis Rusia yang tinggal di Ukraina.

Putin juga menyerang Prancis dengan menuduh mereka sengaja memancing Rusia untuk memveti resolusi PBB tentang Suriah dan mempertanyakan apakah Paris tengah menjajakan penawaran dari AS. Prancis telah mengusulkan resolusi di Dewan Keamanan PBB tanpa konsultasi dengan Moskow dan mengetahui bahwa Rusia akan menggunakan hak vetonya karena resolusi tersebut menyalahkan Damaskus atas semua kekerasan yang terjadi. Rusia pun dituding tidak tertarik untuk menghentikan kekerasan di Suriah.

"Seharusnya bukan mitra kami yang tersinggung oleh veto kami, tetapi kami yang seharusnya tersinggung. Kami harapkan kerjasama, kerja konstruktif dengan Prancis dan dengan anggota tetap Dewan Keamanan lainnya. Tapi apa yang terjadi?" tanya Putin.

"Saya tidak tahu apakah itu sesuai dengan kepentingan negara-negara Eropa atau tidak. Tapi apakah hanya untuk kepentingan ini pelayanan kebijakan luar negeri, atau mungkin bahkan kepentingan politik dalam negeri, dari sekutu mereka dalam hal ini AS? Saya tidak tahu. Apakah itu benar-benar peran negara yang serius bercita-cita untuk melakukan kebijakan independen dan disebuh negara besar. Saya tidak tahu," kata Putin.

Hubungan antara Barat dan Moskow telah memburuk sejak pendudukan Rusia di Ukraina bersama dengan ketegangan yang meningkat selama perang melawan ISIS di Suriah. - Sindo

No comments:

Post a Comment