Monday, October 24, 2016

Pencalonan Agus untuk Selamatkan Ahok?

Indonesian Free Press -- Saya (blogger) sudah mencurigai hal ini sejak nama Agus Yudhoyono diumumkan menjadi calon gubernur DKI beberapa waktu lalu.

Kecurigaan saya dilandasi pada fakta bahwa Agus relatif sangat mudah muncul ke permukaan sebagai calon gubernur yang strategis. Tanpa banyak cincong, tiga partai pendukung Jokowi, yang secara teknis mustinya juga pendukung calon gubernur incumbent Ahok, yaitu PPP, PKB dan PAN, secara instan mendukung pencalonan Agus yang diajukan oleh pemimpin Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ditambah 'fakta' bahwa SBY adalah agen neoliberalisme, membuat saya langsung berfikir bahwa 'kepentingan penguasa global' atau New World Order (NWO) berada di balik itu semua.

Tujuannya adalah satu, yaitu menjegal calon gubernur yang diusung Prabowo Subianto, yaitu Anies Baswedan-Sandiaga Uno, sekaligus menggoalkan Ahok sebagai gubernur DKI. Selama ini terdapat dua kutub di antara calon pemilih, yaitu pendukung dan anti-Ahok. Jika kandidatnya hanya dua, maka seluruh pemilih anti-Ahok menjatuhkan pilihan pada lawan Ahok sehingga peluang Ahok sangat kecil untuk menang. Dengan adanya calon ketiga, maka suara anti-Ahok akan terbelah sehingga akan menguntungkan Ahok.

Ini adalah agenda NWO sebagai batu loncatan untuk mendudukkan seorang non-Muslim sebagai penguasa negeri ini. Dengan duduknya seorang non-Muslim sebagai pemimpin akan membuat Indonesia terus-menerus dilanda ketegangan sektarian yang akan melemahkan Indonesia sehingga tanpa daya terus menjadi 'sapi perahan' kepentingan asing. Tidak beda apakah itu Amerika ataupun Cina, karena keduanya juga agen-agen kepentingan NWO.(ca)

Berikut adalah copasan status akun Gossip Inteligen di Facebook.

--------

Harianindo, Jakarta – Skenario Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tetap menjadi DKI 1 untuk periode kedua, semakin terbuka lebar.

Manuver Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengorbankan puteranya Agus menjadi calon gubernur DKI 1 adalah jawabannya. Banyak pihak yang mengira, jika penunjukkan Agus sebagai Cagub DKI, adalah taktik jitu SBY. Benarkah seperti itu?

Dalam kacamata intelijen, taktik yang dilakukan SBY itu justru bermakna sebaliknya. SBY justru rela berkorban demi mewujudkan skenario Jokowi yang tetap menginginkan Ahok di DKI.

Pasca ‘tour de java’ yang dihancur-leburkan oleh Jokowi lewat geleng-geleng kepala di Hambalang, SBY akhirnya sadar bahwa tinggal menunggu waktu, peluru Jokowi akan ditembakkan kepadanya.

Dan ini sangat ditakuti oleh SBY. SBY sangat ketakutan jika citranya di masa tuanya menjadi hancur.

Selama 10 tahun pemerintahannya, SBY tidak lepas dari bau busuk korupsi.

Kasus Hambalang yang menyeret elit Demokrat adalah contohnya. Kasus Century yang tiada ujung adalah bukti tersembunyi.

Keterlibatan keluarga Cikeas dalam kasus Century, terutama Ibas, akan semakin benderang jika Jokowi memberi lampu hijau kepada KPK. Namun, Jokowi tidak melakukan hal itu. Mengapa? Ada konsensi politik untuk saling melindungi di antara mantan Presiden.

Selain itu, selama 10 tahun SBY memerintah, KPK tidak pernah mendapat lampu hijau dari SBY untuk memeriksa mantan Presiden Megawati terkait kasus mega triliun BLBI. Kendati Abraham Samad, ketua KPK paling fenomenal, ngotot untuk memeriksa Mega, namun SBY melakukan segala cara untuk menghalanginya.

Seperti itulah sejarahnya. Meski Mega-SBY saling dendam selama 10 tahun, namun SBY tetap bersih kukuh agar KPK jangan sampai memeriksa Mega. Alasannya ia mantan Presiden. SBY sadar, bahwa akan tiba saatnya, ia juga menjadi mantan Presiden.***

No comments:

Post a Comment