Saturday, November 16, 2013

TURKI DAN JORDANIA MULAI RASIONAL, SAUDI MAKIN TIDAK RASIONAL

Menyusul keputusan Amerika untuk menyelesaikan konflik Syria dengan perundingan melalui Perundingan Genewa II yang tanggalnya masih belum ditetapkan, telah terjadi perubahan politik yang sangat signifikan dalam konflik tersebut di mana semua kekuatan internasional yang terlibat dalam konflik tersebut menyambut positif rencana perundingan tersebut.

Turki, misalnya, yang terlibat sangat aktif dalam konflik tersebut kini telah menghentikan sebagian besar dukungannya kepada para pemberontak Syria yang pada akhirnya itu semua memberikan keuntungan besar bagi pemerintah Syria di medan perang dengan direbutnya sebagian besar wilayah yang tadinya di bawah kontrol pemberontak, terutama di sekitar Damaskus dan Aleppo. Demikian pula Jordania yang mulai meninggalkan kebijakan pro-pemberontakan Syria. Pada tgl 21 Oktober lalu misalnya, inteligen Yordania membantu militer Syria menyergap para komandan Free Syrian Army di kota Tafas hingga menewaskan Yasser Aboud dan 4 komandan Free Syrian Army lainnya.

Akibat "mundurnya" Amerika dari rencana intervensi maka di medan perang pun terjadi perpecahan di antara faksi-faksi pemberontak, utamanya antara faksi Free Syrian Army yang terdiri dari unsur-unsur kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok sekuler melawan faksi Al Qaida yang didukung Saudi, yaitu kelompok Al Nusra Front dan ISIS. Dalam perkembangannya kelompok Al Nusa Front memisahkan diri dari ISIS dan cenderung mengikuti rencana Amerika, sementara ISIS cenderung mengikuti Saudi.

Ada 2 negara "tidak rasional" yang justru menginginkan perundingan itu gagal dan tetap berkeingingan agar regim Bashar al Assad diturunkan dengan kekuatan senjata. Negara pertama tentu saja Israel, dan yang kedua adalah Saudi Wahabiah. Menurut sumber-sumber pemberontak Syria, pemerintah Saudi telah meminta kepada kelompok-kelompok pemberontak yang setia kepadanya untuk meningkatkan intensitas pertempuran demi menggagalkan rencana Perundingan Genewa II. Dalam perhitungan Saudi, jika pertempuran terus berkecamuk maka pada akhirnya Amerika akan melakukan intervensi.

Berbaliknya Amerika dalam konflik Syria sangat memukul Saudi. Tidak mengherankan ketika dalam kunjungannya ke Saudi baru-baru ini Menlu Amerika John Kerry harus menerima "keluh kesah" dan "rengekan" Saudi. Kepada Kerry para pejabat Saudi mengingatkan Amerika tentang "jasa-jasa" yang telah diberikan Saudi kepada Amerika. Misalnya saja peran Saudi dalam menggalang gerakan mujahidin di Afghanistan yang berhasil mengusir pasukan Uni Sovyet dari Afghanistan. Selain itu kesepakatan Saudi-Amerika untuk menggelontorkan minyak Saudi ke pasar dunia tahun 1985 telah memukul ekonomi Sovyet hingga akhirnya menumbangkannya. Itulah sebabnya Saudi merasa "sakit hati" karena Amerika telah melakukan pendekatan terhadap musuh (Iran) sembari mengabaikan "aspirasi" Saudi.

"Kami mendapat keluhan serupa di Israel," kata Kerry kepada para pejabat Saudi di sela-sela kunjungannye ke Saudi baru-baru ini.

Untuk menepis kekecewaan Saudi, Kerry pun menjelaskan bahwa Amerika akan menunda Perundingan Genewa II hingga dicapai kesepakatan di antara kelompok-kelompok pemberontak Syria untuk menghadiri perundingan dengan satu aspirasi. Namun tentang perundingan nuklir Iran Kerry menjelaskan bahwa Amerika tidak dalam posisi menentukan karena semuanya ditentukan oleh negara-negara anggota tetap DK PBB dan Jerman. Kerry juga meyakinkan Saudi bahwa perundingan dengan Iran akan menggagalkan ambisi Iran untuk mendapatkan senjata nuklir.

Sementara itu sumber-sumber di pemerintah maupun pemberontak Syria menyebutkan bahwa Syria telah mengancam Jordania akan membom ibukota Jordania, Amman, jika Jordania mengikuti rencana Saudi untuk meningkatkan kekuatan militer pemberontak di perbatasan Jordania-Syria. Ditambah ketidak sukaan Jordania dengan kehadiran kelompok-kelompok militan di negaranya yang mengancam keamanan internal, ancaman itulah yang menjadi sebab inteligen Yordania mengkhianati Saudi dengan melakukan kerjasama dengan inteligen Syria yang berbuntut pada serangan mematikan terhadap para pemimpin kelompok Free Syrian Army.



REF:
"Kerry to Saudis: We Heard the Same Position in “Israel”"; Nidal Hamadeh; ALMANAR.COM; 9 November 2013

No comments:

Post a Comment