Tuesday, October 15, 2013

MENGAPA NEGARA-NEGARA BANGKRUT? (2)

Akhirnya saya menjadi korban kegagalan pemerintah mensejahterakan rakyatnya dengan menyediakan layanan transportasi publik yang murah dan aman. Akibat hal itu maka saya setiap hari harus bergabung dengan puluhan juta rakyat Indonesia lainnya menjejali jalan-jalan raya dengan kendaraan bermotor dalam kondisi terburu-buru karena mengejar jam kerja maupun sekolah. Sebagian dari pengendara motor itu adalah para pelajar, yang secara fisik maupun mental belum layak mengendarai sendiri motornya.

Seorang pelajar pula yang telah menabrak motor saya usai saya mengantarkan sekolah anak-anak saya, hari Rabu lalu (9/10). Demikian keras tabrakan itu sehingga bak mesin motor saya jebol. Beruntung tabrakan itu tidak mengenai bagian tubuh saya sehingga saya tidak mengalami luka-luka serius, demikian pula sang pelajar yang mengendari motornya dengan kecepatan tinggi itu.

Saya yang emosi, ditambah suara-suara sekeliling saya yang meminta saya untuk melakukan tindakan keras terhadap sang pelajar, sempat melayangkan tamparan ke wajahnya. Meski hanya untuk memberinya pelajaran untuk tidak mengulanginya lagi perbuatan konyol-nya itu, namun saya menyesal telah melakukan penamparan itu. Ia dan sebagian besar pelajar dan penduduk Indonesia lain yang harus mempertaruhkan keselamatannya demi mengejar jam sekolah dan jam kerja, semestinya tidak perlu melakukan hal itu seandainya pemerintah bisa menyediakan layanan angkutan massal yang murah dan aman. Dan seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan itu karena demikianlah amanat undang-undang dasar kita.

Saya tidak mengetahui angka kecelakaan lalu-lintas pada jam-jam sibuk masuk kantor dan sekolah, namun bisa saya pastikan angkanya mencapai ratusan kecelakaan setiap harinya di seluruh Indonesia. Dan sebagian korban kecelakaan itu adalah anak-anak sekolah penerus eksistensi negara ini. Betapa menyedihkannya negeri ini.

Namun jangankan meningkatkan kesejateraan umum dengan menyediakan layanan transportasi massal yang murah dan aman, pemerintah justru lebih memperhatikan kesejahteraan industri otomotif asing dan segelintir kartel otomotif domestik. Terakhir dengan "kebijakan" program "mobil murah" yang memungkinkan industri otomotif asing dan kartel otomotif domestik menjual mobil lebih banyak dengan tingkat keuntungan yang melonjak tinggi. Akibatnya jalan-jalan raya dengan cepat dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan motor yang semuanya merek asing. Selain menimbulkan kemacetan dan kecelakaan, kendaraan-kendaraan bermotor itu merupakan penyumbang polusi udara dan polusi suara terbesar.

Dalam perspektif ekonomi nasional, mengembangkan mobil nasional yang bahan-bahan produksi serta tenaga kerjanya berasal dari dalam negeri, jauh lebih menguntungkan daripada mengandalkan investor asing yang bekerjasama dengan segelintir pelaku kartel domestik. Jika pada yang kedua, sebagian besar nilai tambah yang dihasilkan harus diserahkan kepada asing dan sebagian besar lainnya masuk ke kantong pribadi para pelaku kartel, maka pada yang pertama semuanya diterima oleh rakyat Indonesia yang secara otomatif meningkatkan kesejahteraan rakyat secara signifikan.

Sikap mental pemerintah yang lebih memperhatikan kepentingan asing dan kartel ekonomi domestik itulah yang mengakibatkan negara-negara mengalami kebangkrutan, seperti Amerika yang penerimaan tahunannya dari pajak mencapai triliunan dolar atau puluhan ribu triliun rupiah.


(bersambung)

No comments:

Post a Comment