Friday, October 18, 2013

MALALA YANG SEBENARNYA?

Dengan membesar-besarkan Malala, media massa telah menyembunyikan peran pemerintah negara-negara barat dalam gejolak yang harus dihadapi rakyat Pakistan melawan Taliban serta menghadirkan pandangan yang simplistik tentang konflik-konflik internasional.

(Christina Maza; 'I am Malala' Review Reveals the Dark Truth About Malala Yousafzai's Rise to Stardom; policymic.com; 16 Oktober 2013)


Jangan pernah mudah percaya pada ketokohan orang-orang yang dibesarkan oleh media massa, karena biasanya semua itu adalah kebohongan, atau setidaknya dibuat-buat untuk kepentingan tertentu.

Contohnya sederhana saja. Kita tentu tidak boleh percaya begitu saja dengan ketokohan Aburizal Bakrie, Harry Tanoe, Surya Paloh, dan Dahlan Iskan hanya karena mereka dibesar-besarkan oleh TVOne, MNC, Metro TV, Jawa Pos dan Tempo. Atau ketokohan Chairul Tanjung yang dipuja-puji oleh Trans TV Group. Demikian juga dengan Malala, gadis yang disebut berasal dari Lembah Swat, Pakistan, yang dikenal sebagai seorang pejuang hak-hak wanita Pakistan.

Saya (blogger) sudah membaca berbagai cerita tentang kebohongan di balik tokoh-tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Nelson Mandela dan sebagainya. Tentu saja saya tidak percaya 100% persen dengan cerita-cerita itu. Namun dengan latar belakang saya sebagai "pencari kebenaran", setidaknya saya juga percaya bahwa tidak semua gambaran tentang tokoh-tokoh itu benar adanya.

Kita semua tentu tidak mengenal siapa Malala yang sebenarnya. Kita hanya mengetahui dari media massa setelah munculnya kabar tentang penembakan orang-orang Taliban Pakistan terhadap dirinya. Dan setelah itu ia menjadi selebriti dunia.

Parnahkan Anda berfikir, mengapa ia lebih memilih tinggal di Inggris daripada di Pakistan? Hidupnya pun kini lebih banyak dihabiskan dengan menghadiri pesta-pesta mewah dan upacara-upacara meriah (terakhir dikabarkan ia memenuhi undangan Presiden Barack Obama mengunjungi Gedung Putih setelah sebelumnya dikabarkan ia mengunjungi Istana Buckingham dan bertemu Ratu Elizabeth 2. Sebelum bertemu ratu Malala dikabarkan menghadiri seremonial yang diadakan untuk menghormati dirinya di Universitas Harvard Amerika, serta meresmikan perpustakaan terbesar di Eropa yang diberi nama sesuai namanya. Dan media-media massa terus-menerus mengelu-elukannya sebagai pejuang hak-hak wanita Pakistan.


Tunggu dulu. Ia juga dinominasikan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian.

Tidakkah Anda sempat berfikir sejenak bahwa Malala sengaja menghindari pergi ke Pakistan (setelah namanya terkenal), karena ia memang bukan wanita Pakistan?

Baru-baru ini media Pakistan DAWN menulis laporan mengejutkan tentang siapa sosok Malala yang sebenarnya dalam artikel berjudul “Malala: The real Story (with evidence).” Dalam tulisan itu disebutkan bahwa nama asli Malala adalah Jane Malala dan bukannya Malala Yousafzai sebagaimana ditulis media-media massa. Ia adalah gadis kelahiran Hongaria dari keluarga misionaris Kristen. Berdasarkan bukti DNA yang dimiliki oleh seorang dokter Pakistan bernama  Imtiaz Ali Khanzai, Jane bukanlah gadis dari Swat ataupun wanita Pashtoon. Hanya kebetulan ia berada di Lembah Swat (kemungkian tengah menjalani misi kekristenan) dan ditembak oleh Taliban pada bulan September 2012 pada saat ia berusia 15 tahun.

Aksi pengecut Taliban itu kontan saja menimbulkan simpati mendalam terhadap gadis malang itu. Dan karena diberitakan ke seluruh dunia, simpati pun menyebar ke seluruh dunia. Sebaliknya simpati negatif harus diterima rakyat Pakistan, dan tentu saja umat Islam. Dan Amerika pun merasa berhak untuk meningkatkan kampanye militernya membunuhi para ekstermis Islam di Pakistan dan Afghanistan meski korban yang jatuh kebanyakan adalah anak-anak yang tidak berdosa. Dan Malala, yang tinggal di Inggris, tidak pernah sekalipun menyatakan kecamannya pada kekejaman Amerika dan sekutu-sekutunya di Afghanistan dan Pakistan.




REF:
"Truth about Malala: Fraud unearthed!"; Nadeem Iftekhar; dawn.com; 11 Oktober 2013

No comments:

Post a Comment