Saturday, October 6, 2012

UMAT ISLAM YANG DEGIL, DAHULU DAN SEKARANG

Al Qur'an banyak menceritakan tentang sifat-sifat "degil" kaum yahudi, yaitu sifat-sifat negatif yang membuat seseorang sulit untuk menerima kebenaran dan berujung pada malapetaka.

Dalam Surat Al Baqarah disebutkan bahwa ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengajak orang-orang yahudi menyembelih seekor sapi betina sebagai bentuk pertobatan mereka yang telah tergelincir oleh godaan iblis dengan membuat sesembahan berbentuk seekor sapi betina, orang-orang yahudi itu "tersinggung". "Tuhan mengolok-olok kita," kata mereka. Maka mereka pun protes dengan ke-degil-an mereka.

"Sapi betina seperti apakah yang dimaksudkan Tuhan wahai Musa?"

Maka Musa pun berdo'a kepada Tuhan untuk manyampaikan apa yang ditanyakan orang-orang yahudi kepadanya. Namun setelah Tuhan memberikan jawaban atas pertanyaan mereka, mereka mengajukan pertanyaan yang baru yang sebenarnya tidak terlalu penting yang ditanyakan hanya sekedar untuk "membalas olok-olok Tuhan". Hingga sampailah pada satu titik di mana orang-orang yahudi itu sadar bahwa mereka telah terjebak dalam masalah serius karena kedegilan mereka. Yaitu ketika, karena permintaan mereka sendiri, Tuhan mensyaratkan sapi betina yang dipotong harus berwarna kuning mulus, belum kawin dan tidak pernah digunakan untuk bekerja, tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda, beradan tidak gemuk dan tidak kurus dan berbagai persyaratan lainnya yang tidak mungkin lagi dipenuhi. Padahal awalnya Tuhan hanya memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina apa saja.

Akhirnya mereka pun bertobat, dan dengan perantaraan do'a Musa, Tuhan memperkenankan mereka mendapatkan sapi betina yang disyaratkan.

Namun ke-degil-an tidak hanya menghinggapi umat yahudi. Umat Islam pun banyak mengidap penyakit ini. Kitab hadits "Shahih" Bukhori-Muslim menunjukkan hal itu dalam kisahnya tentang wanita yang sholat di masjid.

Dikisahkan pada suatu saat setelah meninggalnya Rosulullah seorang sahabat wanita Rosul, Atiqah, selalu melaksanakan sholat fardhu di masjid mengikuti kebiasaan para wanita muslimah semasa Rosulullah masih hidup. Rosulullah memang membolehkan para wanita sholat di masjid dan melarang kaum pria muslim untuk melarang wanita sholat di masjid. Namun sebagian sahabat Rosul dihinggapi watak degil sehingga tidak menyukai wanita-wanita pergi ke masjid. Mereka memang masih mengidap penyakit jahiliah yang kurang menghargai para wanita.

Suami Atiqah adalah Umar bin Khattab, sahabat dan menantu Rosulullah yang kala itu menjadi khalifah umat Islam. Umar melarang Atiqah untuk sholat fardhu di masjid, menyelisihi perintah Rosul. Atiqah tentu saja menolak larangan tersebut dengan menyebut perintah Rosul tentang bolehnya wanita sholat di masjid. Tidak berani secara terbuka berselisih dengan Rosulullah, Umar pun bungkam dan tidak pernah lagi mengutarakan ketidak sukaannya pada para wanita yang sholat di masjid hingga beliau meninggal.

Setelah meninggalnya Umar, Atiqah diperistri oleh Zubeir bin Awwam, seorang sahabat utama Rosulullah lainnya yang juga tidak senang dengan wanita yang sholat di masjid. Sama dengan Umar, Zubeir juga tidak berkutik dengan dalih yang dikatakan Atiqah. Namun Zubeir cukup degil untuk menentang perintah Rosul dengan caranya. Ia menyamar sebagai seorang laki-laki asing yang mengganggu Atiqah saat berjalan menuju masjid. Demikian hebat gangguan itu hingga Atiqah trauma dan tidak lagi berani sholat di masjid.

Dan kedegilan itu rupanya menurun hingga sekarang. Sebagaimana diberitakan di berbagai media massa internasional, pemerintah Arab Saudi baru-baru ini mengusir sekitar 1.000 wanita Nigeria yang hendak menunaikan ibadah haji dengan alasan seperti dikatakan Umar dan Zubair kepada Atiqah.

Terlepas dari alasan hukum fikih yang mendasari pengusiran tersebut, pemerintah Saudi mestinya bisa melakukan tindakan yang lebih bijaksana tanpa harus mengusir para wanita itu, misalnya mengirimkan polisi-polisi wanita untuk mengamankan mereka sembari menjalankan ibadah haji.

Bisa dibayangkan betapa hancurnya perasaan para wanita itu. Setelah bertahun-tahun bersusah payah mengumpulkan harta kekayaan untuk membiayai ibadah haji, mereka diusir justru setelah tiba di tanah haram. Tidak berlebihan jika pemerintah Nigeria memprotes keras tindakan tersebut.

Para pejabat Nigeria yang bertanggungjawab atas urusan haji mengatakan, sebelum dideportasi ke Nigeria, para wanita tersebut telah menjalani penahanan selama berhari-hari dalam kondisi mengenaskan. Di bawah hukum Saudi para wanita diharuskan mendapatkan ijin dari kerabat laki-lakinya untuk bekerja, meninggalkan kampung halaman, bahkan untuk sekedar mendapat perawatan di tempat lain.

Namun dubes Nigeria untuk Arab Saudi, Abubakar Shehu Bunu, mengatakan bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemerintah Nigeria dan Saudi untuk mengijinkan para wanita mengikuti ibadah haji tanpa didampingi kerabat laki-lakinya selama mereka mendapatkan pengawalan aparat kemanan Arab Saudi.

Banyak dari wanita-wanita itu menangis setibanya di Nigeria. Sebagian sambil menggendong bayi di punggung mereka.

"Kami terlalu sedih. Saya telah menghabiskan semua tabungan saya ditambah bantuan saudara-saudara saya untuk bisa menunaikan haji, namun kami justru diperlakukan seperti orang kafir," kata Halima Muhammad yang menghabiskan 2 hari di penahanana sebelum diusir pulang.

"Saat tiba di airport, kami dikepung oleh polisi dan dibawa ke tempat penampungan yang tidak layak untuk dihuni. Tidak ada yang memberi kami makanan sedikitpun. Kami hanya mendapatkan minuman dan harus tidur di lantai tanpa alas," tambahnya.

Sebagian wanita lain mengatakan bahwa mereka diangkut dengan pesawat yang dimatikan lampunya dan tanpa melalui prosedur yang wajar di bandara.

Sebagian besar jemaan haji dari Afrika harus menabung bertahun-tahun untuk bisa mengumpulkan biaya haji yang mencapai 3.000 poundsterling. Beruntung banyak orang kaya yang setiap tahunnya mensponsori ibadah haji bagi orang-orang yang tidak mampu. Separoh lebih dari 160 juta penduduk Nigeria beragama Islam, menjadikan Nigeria sebagai negara Islam terbesar di Afrika. Namun berbeda dengan Saudi, para wanita muslim di Nigeria bebas bergerak ke manapun, bahkan di wilayah yang menerapkan hukum Islam seperti di Nigeria Utara.

Hubungan Nigeria dan Saudi memang telah mengalami ketegangan dalam tahun-tahun terakhir terkait masalah haji wanita ini. Tahun lalu Saudi juga telah mengusir ribuan warga Nigeria karena masalah keimigrasian. Kementrian dalam negeri Saudi menyebutkan setiap tahun mengusir lebih dari 700.000 warga asing yang melebihi batas waktu tinggal, 200.000 di antaranya adalah peziarah haji.

Lawan Kaita, pemuka agama Islam dari kota Katsina, Nigeria dan juga mantan gubernur mengatakan para tokoh agama di Katsina menyerukan kepada umat Islam di dunia untuk bereaksi keras atas tindakan pemerintah Saudi yang disebutnya sebagai "tamparan ke muka umat Islam di seluruh dunia".

"Saudi Arabia memiliki hak privilege untuk menjadi tuan rumah, namun tidak berhak melarang peziarah haji yang datang dari seluruh dunia," katanya.

Beberapa negara Islam lain juga mengalami masalah serupa meski tidak sebesar Nigeria. Kementrian luar negeri Mesir misalnya melaporkan terdapat 12 warga negaranya yang diusir setiap harinya selama pelaksanaan ibadah haji tahun lalu. Sementara pemerintahan Pantai Gading gagal memberangkatkan sebagian peziarah haji negerinya setelah melebihi kuota haji yang ditentukan Saudi.



Ref:
"Nigeria protests after Saudis deport female hajj pilgrims"; Monica Mark; guardian.co.uk; Kamis 27 September 2012

No comments:

Post a Comment