Sunday, October 14, 2012

ISRAEL MASIH PANIK DENGAN DRONE IRAN

Insiden penerobosan pesawat tanpa awak buatan Iran milik Hizbollah baru-baru ini masih menimbulkan kepanikan di kalangan internal Israel. Bandara Ben Gurion di kota Tel Aviv dan sebagian wilayah masih ditutup dari aktifitas penerbangan karena khawatir drone Hizbollah yang laih masih berkeliaran dan melakukan kegiatan mata-mata.

Media Israel "Yedioth Ahronoth" baru-baru ini melaporkan bahwa pesawat drone yang menerobos Israel tersebut selain sulit dideteksi radar, juga sulit untuk dijatuhkan setelah berhasil dideteksi. Diperlukan 2 pesawat tempur F-16 Israel untuk menjatuhkan drone tersebut setelah sebuah F-16 gagal menembaknya jatuh meski telah ditembak dengan rudal anti pesawat paling canggih Israel. Padahal rudal-rudal itulah yang digunakan Israel untuk menembak jatuh 2 drone Hizbollah yang berukuran lebih kecil dalam Perang Lebanon II tahun 2006 lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa Iran telah berhasil mengembangkan drone yang sangat canggih yang tidak saja sulit dideteksi, juga memiliki kemampuan manuver udara yang tinggi.

HIZBOLLAH: DRONE KAMI DAN MASIH BANYAK LAGI

Setelah berhari-hari Israel bungkam tentang identitas drone yang dijatuhkannya ---pasti karena malu bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil diterobos musuh bebuyutannya dengan mudah, akhirnya Hizbollah mengaku bahwa drone tersebut adalah miliknya. Hizbollah mengklaim telah memiliki lebih banyak lagi drone yang akan diterbangkan ke wilayah udara Israel.

"Para pejuang Lebanon telah mengirimkan sebuah pesawat tanpa awak canggihnya melintasi laut. Pesawat itu terbang ratusan kilometer di atas laut, kemudian menerobos wilayah musuh (Israel), memasuki wilayah selatan musuh dan melintasi beberapa lokasi strategis sebelum akhirnya dideteksi oleh angkatan udara Israel," kata pemimpin Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah kepada media Lebanon "Al Manar", Kamis malam (11/10).

Menurut Nasrallah pesawat drone tersebut adalah buatan Iran dan dirakit di Lebanon oleh ahli-ahli Hizbollah. Ia menyebut operasi penyusupan drone tersebut sebagai sebuah "operasi khusus" dengan kode "Hussein Ayoub" sebagai penghargaan terhadap seorang martir Hizbollah.

Menurut Nasrallah penembakan jatuh drone tersebut oleh musuh adalah sesuatu yang wajar yang tidak bisa dibandingkan dengan keberhasilan drone tersebut melintasi tempat-tempat strategis musuh yang dipenuhi sistem pertahanan udara canggih (selain itu harga sebuah rudal anti-pesawat masih jauh lebih mahal dibandingkan drone yang dijatuhkan).

"Mereka adalah orang-orang yang mencurahkan daya dan upayanya demi pertahanan mereka," tambah Nasrallah.

"Kami persilakan Israel mengukur sendiri potensi dari drone kami, terutama karena inilah pertama kalinya drone kami terbang di atas laut dan darat mereka dan kami mengetahui apa yang berada di sana. Hari ini kami membuka sebagian dari kemampuan kami, dan kami masih mempunyai daya kejut yang tidak berkurang," tambahnya.

Selanjutnya Nasrallah menyatakan bahwa Hizbollah memiliki hak untuk mengirimkan pesawat drone ke Israel setiap saat. "Misi ini bukan yang pertama maupun yang terakhir. Dan dengan drone ini kami bisa menjangkau seluruh lokasi musuh."

Manurut Nasrallah operasi pengiriman drone ke Israel tersebut merupakan bentuk "perhatian" Hizbollah yang tidak terpecah terhadap Israel, apapun yang terjadi di kawasan Timur Tengah maupun lokal Lebanon.



Ref:
"Enemy in State of Fear from Unmanned Aircraft"; almanar.com.lb; 11 Oktober 2012 
"Sayyed Nasrallah: Drone Is Ours, It Won’t Be the Last..."; Sara Taha Moughnieh; almanar.com.lb; 11 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment