Tuesday, July 31, 2012

Syria, Medan Kekalahan Besar Israel/Amerika Selanjutnya

Syria bakal menjadi ladang kekalahan besar Israel/Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah menyusul kekalahan mereka di Gaza (2009) dan Lebanon (2006). Demikian pernyataan seorang pejabat tinggi militer Iran.

Dalam wawancaranya dengan televisi Iran "Al Alam", Senin (30/7), Wakil Panglima AU Iran Brigjen Massoud Jazayeri mengatakan bahwa peperangan yang tengah terjadi di Syria merupakan proyek lanjutan dari Perang 22 Hari Gaza tahun 2008-2009 dan Perang 33 Hari Lebanon tahun 2006 dimana Israel/Amerika berupaya mendapatkan pijakan strategis yang lebih kukuh di kawasan Timur Tengah. Namun dalam 2 peperangan tersebut Israel/Amerika mengalami kekalahan telak. Dan Israel/Amerika bakal mengalami kekalahan yang lebih besar di Syria.

"Sebuah front besar yang dipimpin Amerika dan zionisme global, sekali lagi berusaha menjerumuskan kawasan ini sebagai medan perang demi meraih tujuan jangka panjang mereka," kata Jazayeri.


Dalam Perang 22 Hari Gaza akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 dunia menyaksikan HAMAS dan Jihad Islam yang didukung Iran, Hizbollah dan Syria berhasil memukul mundur pasukan Israel meski untuk itu harus ditebus dengan tewasnya 1.400 warga Palestina di Gaza, 300 di antaranya anak-anak.

Adapun dalam Perang 33 Hari di Lebanon tahun 2006, Hizbollah dan kelompok-kelompok perlawanan anti-Israel di Lebanon berhasil memukul mundur Israel dari Lebanon dengan menimbulkan korban besar di pihak militer Israel.

Dalam perspektif Syria saat ini, Jazayeri melihat sekutu-sekutu Israel yaitu Amerika bersama-sama Uni Eropa dan beberapa negara Arab menggalang kekuatan untuk menumbangkan pemerintahan Syria untuk digantikan dengan pemerintahan yang pro Israel/Amerika, namun pemerintah, rakyat dan tentara Syria sejauh ini "mampu mengendalikan keadaan".

"Ada kesungguhan pada pemerintah Syria untuk melancarkan serangan penuh terhadap musuh, karena tidak ada cara lain kecuali mengusir para teroris, musuh dan agresor dari bumi Syria," kata Jazayeri.

Ia menambahkan bahwa pemerintah Syria memiliki teman-teman tidak hanya di dalam kawasan, namun juga luar kawasan. Namun sejauh ini teman-teman Syria masih yakin bahwa pemerintah Syria bisa mengatasi keadaan sendiri.

"Sejauh ini belum ada urgensi bagi teman-teman dan sekutu Syria untuk masuk ke kancah pertempuran dengan kekuatan penuh, dan perkiraan kami hal itu belum akan terjadi dalam waktu dekat," tambahnya.

Ia juga membantah rumor tentang keberadaan tentara reguler Iran di Syria yang membantu pemerintah. Menurutnya dukungan Iran kepada pemerintah Syria sejauh ini masih dalam batas dukungan "spiritual" dan "ekonomi". Namun dukungan itu bisa berubah tergantung pada situasi di lapangan.

"Dukungan kami sangat tergantung pada kondisi di lapangan. Tanpa harus mengatakan, kami akan menjawab ancaman dengan ancaman pula," kata Jazayeri.

Mengenai paluang Iran terlibat langsung dalam konflik di Syria, Jazayeri mengatakan, "Kami sangat sensitif terhadap sekutu-sekutu kami dan gerakan perlawanan di kawasan ini, dan tidak akan membiarkan musuh untuk menang."



TENTARA SYRIA LAKUKAN PEMBERSIHAN DI ALEPPO

Setelah kekalahan telak di Damaskus dan Homs, kekuatan pemberontak kini terkonsentrasi di Aleppo, kota kuno sekaligus kota terpenting di Syria setelah Damaskus, yang menjadi penghubung urat nadi perdagangan Syria dengan Turki. Meski gagal merebut seluruh distrik di Aleppo setelah menarik diri dari Damaskus, pemberontak telah membangun kantong-kantong pertahanan di beberapa distrik di kota Aleppo. Kini pasukan Syria memusatkan perhatiannya pada kota ini.

Menurut pernyataan resmi pemerintah Syria Senin kemarin (30/7), tentara Syria telah berhasil membersihkan sebagian besar distrik di Aleppo dari pasukan pemberontak. Pada hari Minggu (29/7) pasukan Syria berhasil membersihkan kawasan Salahuddin dan Hamdaniya yang terletak di barat laut Aleppo. Saat ini pertempuran masih terjadi di selatan distrik Sokari dan pusat kawasan Bab al-Hadid.

Tentara Syria memulai operasi pembersihan pada hari Sabtu (28/7) di daerah pinggiran barat daya Aleppo. Pada hari Minggu tentara menggagalkan penyusupan besar-besaran pemberontak dari perbatasan Turki.

Menghadapi senjata-senjata berat tentara Syria serta tanpa dukungan rakyat Syria, para pemberontak hampir tidak mempunyai harapan untuk selamat dari pembersihan. Menlu Syria Walid al-Muallem dalam konperensi pers bersama dengan Menlu Iran Ali Akbar Salehi di Tehran, Minggu (29/7) mengatakan, "Kami yakin seluruh kekuatan pemberontak kini telah terkumpul di Aleppo dan mereka pasti akan dikalahkan."



MENHAN AMERIKA PANIK

Kekalahan demi kekalahan serta kondisi kritis yang kini dialami pemberontak di Syria membuat menhan Amerika Leon Panetta, panik. Pada hari Minggu (29/7) Panetta membuat pernyataan keras yang menggambarkan kepanikan.

"Jika mereka terus melakukan serangan brutal terhadap rakyatnya sendiri di Aleppo, menurut saya hanya akan membuat Assad berakhir di peti mati," kata Panetta kepada para wartawan.

"Apa yang telah dan sedang dilakukan Assad terhadap rakyatnya membuat jelas bahwa pemerintahannya akan segera berakhir. Ia telah kehilangan semua legitimasinya," tambahnya.



KAPAL-KAPAL PERANG CINA MENUJU SYRIA?

Sementara itu pada hari Minggu kemarin kalangan inteligen dan analis internasional dikejutkan dengan berita tentang kedatangan 4 kapal perang Cina melintasi Terusan Suez ke arah Laut Mediterania. Meski belum ada konfirmasi resmi, para analis yakin kapal-kapal tersebut bergerak menuju Syria untuk bergabung dengan angkatan laut Rusia yang sudah berada di sana, sebagai peringatan kepada barat untuk tidak melakukan intervensi terhadap Syria.

Laporan tersebut juga menambah kuat desas-desus yang sempat beredar bulan lalu mengenai latihan militer besar-besaran yang akan digelar bersama oleh Rusia, Cina, Syria dan Iran, meski tidak ada pernyataan resmi dari negara-negara tersebut.

Kedatangan kapal-kapal tersebut terjadi saat pertempuran di Syria memasuki tahap penentuan dimana para pemberontak kini terjepit di Aleppo setelah mengalami kehancuran dalam pertempuran di Damaskus, Homs dan kota-kota lainnya.

Cina dan Rusia yang keduanya adalah sekutu Syria telah 3 kali menveto Resolusi PBB yang bisa menjadi jalan bagi dilakukannya intervensi militer barat atas Syria. Cina, sebagaimana Rusia menolak dengan tegas setiap upaya penggulingan pemerintahan Syria secara inkonstitusional dan menyerukan dunia internasional untuk tidak melibatkan diri dalam urusan domestik Syria.



Ref:
"Syria, imminent site of third US heavy defeat in region: Iran Cmdr"; Press TV; 30 Juli 2012

"Syrian army clears two Aleppo districts of armed gangs"; almanar.com.lb; 30 Juli 2012

"US rages at Syria forces success against rebels in Aleppo"; Press TV; 30 Juli 2012

"Chinese Warship Crosses Suez, Possibly Bound for Syria"; antiwar.com; 29 Juli 2012

No comments:

Post a Comment