Tuesday, February 22, 2011

Revolusi Bahrain dan Yaman yang Mengancam Amerika-Israel


Husni Mubarak setidaknya bersikap lebih "jantan" dibanding penguasa Bahrain, negeri yang mayoritas penduduknya bermazhab Shiah namun dipimpin oleh keluarga kerajaan bermazhab Sunni. Mubarak mengirimkan pendukungnya yang berpakaian sipil untuk berhadapan muka dengan para penentangnya. Sebaliknya, penguasa Bahrain mengirimkan polisi bersenjata lengkap untuk menyerang para demonstran yang sedang tidur.

Tanpa peringatan, ratusan polisi bersenjata berat menyerbu Lapangan Mutiara, Manama, Kamis (17/2), seraya menembakkan senjata laras panjang, gas air mata, hingga granat ke tengah-tengah demonstran anti-pemerintah yang sebagian besar darinya tengah terlelap tidur. Setidaknya 5 orang langsung tewas di tempat karena serbuan itu dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Bahrain adalah negara boneka lain Amerika di Timur Tengah. Di negeri inilah bahkan terdapat pangkalan Armada V AL Amerika. Sangat sulit mempercayai tindakan keras aparat keamanan itu tanpa persetujuan Amerika yang khawatir negara sekutu paling strategis ini "jatuh" ke tangah musuhnya, Iran, mengingat mayoritas penduduknya bermazhab Shiah sebagaimana Iran. Apalagi tindakan pengecut aparat keamanan kepada demonstran sangatlah typikal "zionist style".

Duta besar Amerika di Bahrain adalah J. Adam Ereli, seorang yang memiliki kewarganegaraan ganda Amerika-Israel. Ayahnya adalah seorang teroris zionis anggota kelompok Haganah. Mengikuti naluri kepengecutannya, ia melarikan diri ke Amerika saat demonstrasi menentang regim kerajaan Bahrain meletus bulan Januari lalu menyusul aksi demonstrasi di Tunisia dan Mesir. Ereli tentu tahu, dengan struktur sosial-politik-ekonomi yang tidak adil, Bahrain sangat mudah disulut kerusuhan sosial. Dan yang sangat ditakuti Ereli dan orang-orang Israel serta para zionis di seluruh dunia adalah saat pemerintahan demokratis terbentuk di Bahrain, kepentingan Amerika dan Israel turut terancam.

Tentang Ereli ini Christopher Bollyn, seorang jurnalis independen anti-zionisme, pernah menulis artikel berjudul "The Israeli Who Runs the Obama White House" tahun 2008. Dalam tulisan itu disebutkan:

"Ereli mengawasi kebijakan politik Amerika di Irak dan Teluk Persia. Mengapa rakyat Amerika membiarkan orang-orang Israel seperti Ereli membajak kebijakan politik luar negeri Amerika. Mengapa kewarganegaraan ganda Ereli tidak dipandang sebagai ancaman bagi keamanan nasional Amerika? Mengapa media-media massa mengabaikan banyaknya orang-orang berkewarganegaraan ganda Amerika-Israel menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan Amerika. Ayah Ereli, Ereli Kaplan (nama aslinya Eleizher Kaplan, diubah menjadi Ereli untuk menyembunyikan keyahudiannya di muka publik) adalah anggota kelompok teroris zionis, Hagana. Putra seorang terosis ini telah mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika di Timur Tengah selama dua dekade. Seperti orang-orang Israel lainnya yang telah saya buka kedoknya: Rahm Emanuel, Michael Chertoff, dan Daniel Samuel Senor, mereka adalah agen-agen inteligen Israel yang dikirim ke Amerika pada tahun 1950-an. Mereka adalah agen-agen zionis yang dibina untuk mengendalikan pemerintahan Amerika. Ini adalah sebuah infiltrasi yang sangat serius yang tidak boleh dibiarkan oleh rakyat Amerika. Kita tidak bisa membiarkan agen-agen asing mengendalikan negeri ini untuk menjadikannya hancur."

Sementara itu duta besar Amerika di Yaman, negara Arab lainnya yang menjadi sekutu Amerika-Israel, adalah Gerald Feierstein, juga yahudi Israel pemegang kewarganegaraan ganda. Yaman adalah negara di mana kini Amerika dan Israel menjalankan operasi inteligen "false flag" dengan menjadikan Al Qaida (hampir semuanya adalah anggota perkumpulan orang-orang na'if jemaah wahabi-salafiyun) sebagai operatornya dengan tujuan akhir mengamankan jalur minyak Teluk Aden. Al Qaide bekerja secara tandem dengan para perompak laut Somalia untuk kepentingan Amerika-Israel.

Feierstein pernah bekerja sebagai pejabat penting kementrian luar negeri Amerika sebagai Principal Deputy Assistant Coordinator dan Deputy Assistant Coordinator for Programs di Kantor Koodinator untuk Counterterrorism antara tahun 2006-2008. Ia juga pernah menjabat sebagai Desk Officer Kementrian Luar Negeri untuk wilayah Nepal, Pakistan, dan Mesir; Deputy Director Kantor Urusan Semenanjung Arab; Direktur Kantor Urusan Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh; dan Directur Kantor Urusan Regional Biro Timur Dekat.

Namun jika Ereli, Feierstein, Rahm Emmanuel dan kawan-kawan harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meraih posisi yang diincar, Martyn Indyx lain halnya. Yahudi zionis asal Inggris ini hanya membutuhkan waktu sehari untuk menjadi warga negara Amerika dan langsung diangkat oleh Presiden Bill Clinton menjadi pejabat di departemen pertahanan. Tidak lama kemudian ia bahkan diangkat menjadi seorang duta besar.

"Inglourious Basterds" yang Sebenarnya


Sudah pernah melihat film Hollywood "Inglourious Basterds" yang dibintangi Bratt Pitt? Dalam film tersebut diperlihatkan salah seorang tokoh utama, seorang yahudi yang diperankan Eli Roth (aktor yahudi homoseksual, jelas terlihat dari bentuk mulutnya yang lebar bak karet), yang memukuli orang-orang Jerman yang kalah perang, dengan tongkat baseball.

Adalah mengherankan bahwa film yang sangat mengkampenyekan kekerasan itu lolos di peredaran. Namun bukan hal itu yang akan dibahas di film ini. Yang akan dibicarakan adalah bahwa film ini menunjukkan watak dasar orang yahudi yang pendendam, suka kekerasan, dan pengecut. Dan apa yang ditunjukkan Eli Roth dalam film tersebut hanyalah secuil kisah kekejian orang-orang yahudi terhadap orang-orang Jerman paska Perang Dunia II. Buku "An Eye for an Eye: The Untold Story of Jewish Revenge Against Germans in 1945" karya John Sacks (Basic Books, New York, 1993) adalah buku yang menggambarkan dengan jelas hal itu semua.

Salah seorang tokoh nyata yahudi yang gemar melakukan kekejian seperti Eli Roth adalah Solomon "Shlomo" Morel, yahudi Polandia yang telah membunuh ratusan tawanan perang Jerman di Polandia. Sejak tahun 1993 hingga meninggal tahun 2007 ia tinggal di Israel untuk menghindari pengadilan Polandia yang mendakwanya telah melakukan kejahatan perang. Dan seperti biasa Israel melindungi "anak-anaknya" yang baik. Ingat Meyer Lansky, gembong dan "bapak mafia", "Don of Dons" Amerika yang juga menghabiskan masa tuanya di Israel? Dan masih banyak lagi para kriminal yahudi yang bersembunyi di Israel.

Salomon (Solomon atau Shlomo) Morel lahir di Garbów, 15 November 1919. Setelah runtuhnya Uni Sovyet tahun 1993 dituntut oleh Institute of National Remembrance for War Crimes and Crimes Against Humanity, Polandia, termasuk pembuhunan balas dendam terhadap 1,500 tawanan perang. Ia terbang ke ibu pertiwi Israel dan mendapat perlindungan hukum di sana. Pemerintah Polandia berulangkali meminta Israel mengeskstradisinya ke Polandia, namun ditolak.

"Morel membawa serta para pengawal berdarah yahudi dan Polandia ke barak nomor 7 tempat tawanan Nazi atau para pemuda Nazi ditahan, seringkali dalam keadaan mabuk. Barak itu disebut dengan nama Deutsches Haus atau “brown barracks. Morel menyuruh para tawanan itu menyanyikan lagu-lagu mars Nazi, kemudian mulai memukuli mereka. Tergantung pada "mood"-nya, Morel terkadang memukul menggunakan tangan kosong, gagang pistol, batang besi atau batang kayu. Para pengawal biasanya menggunakan batang kayu.

Morel biasanya bertanya pada tawanan, "berapa pukulan yang diinginkan". Jika jawabannya dianggap kurang memuaskan berarti dianggap 50 pukulan. Menurut banyak laporan, upacara penyiksaan itu berlangsung setiap malam. Jika menggunakan kayu, Morel akan memukulkannya hingga patah. Mayat-mayat dibiarkan tergeletak di lantai. Saat subuh baru mayat-mayat itu baru diangkut dengan pedati ke pemakaman Rawa River dimana mereka dikubur dalam satu kuburan massal." Demikian tulis "An Eye for an Eye..."

Wednesday, February 16, 2011

Pemboman Dresden, Pembantaian Keji Sekutu atas Jerman


Selama ini kita hanya mendapatkan informasi sepihak mengenai Perang Dunia II, yaitu informasi dari pihak pemenang, yaitu sekutu Amerika-Inggris-Perancis-Uni Sovyet dan negara-negara ZOG (zionist occupied goverments) lainnya. Kita jarang sekali, kalau tidak bisa dikatakan tidak pernah, mengetahui dari sudut pandang lawan sekutu, yaitu Jerman-Italia-Jepang. Kita misalnya tidak pernah mengetahui motif Hitler membiarkan ratusan ribu Tentara Ekspedisi Inggris yang terkepung di Dunkirk, Perancis, melarikan diri kembali ke Inggris. Kita tentu saja juga jarang, kalau tidak dikatakan tidak pernah, mendengar tentang peristiwa Pemboman Dresden meski itu adalah sebuah peristiwa paling memilukan dalam Perang Dunia II.

Dresden pada tahun 1945 adalah kota yang indah dengan 650.000 penduduknya yang ramah tamah. Pada tgl 13 Februari 1945 kota ini dipenuh sesaki oleh sekitar 750.000 pengungsi Jerman yang melarikan diri dari kekejaman tentara komunis-yahudi Uni Sovyet. Mereka berkemah di taman-taman dan tanah lapang yang ada, bahkan di trotoar dan jalan-jalan. Mereka merasa aman di sana karena Dresden bukan kota yang memiliki fasilitas militer target serangan musuh. Sebaliknya Dresden adalah "kota rumah sakit" yang memiliki 25 rumah sakit dan fasilitas medis besar. Mereka juga sadar bahwa menurut hukum internasional, kota mereka tidak mungkin menjadi sasaran serangan militer sebagaimana Jerman juga tidak pernah menyentuh "kota-kota pendidikan" Inggris seperti Oxford dan Cambridge.

Namun anggapan mereka keliru. Pada jam 10.15 malam sebanyak 800 pesawat bomber dan pesawat-pesawat tempur pengawal Inggris memenuhi langit Dresden dan menumpahkan berton-ton bom penghancur. Ribuan orang tewas maupun luka-luka dalam satu serangan tersebut. Saat pesawat-pesawat itu menghilang dari langit, penduduk dan pengungsi yang selamat keluar dari persembunyian untuk memberikan pertolongan para korban. Demikian juga ribuan penolong dari kota-kota dan desa-desa sekitar bergegas menuju Dresden. Mereka tidak pernah membayangkan peristiwa tragis yang baru saja terjadi. Tentu saja mereka juga tidak pernah menyangka bahwa berhentinya serangan hanya tipuan belaka. Karena saat jalan-jalan dipenuhi para penolong dan korbannya, gelombang kedua serangan udara Inggris kembali datang.

Serangan kedua memberikan dampak kehancuran yang lebih besar dari kota yang masih dipenuhi bara api oleh serangan pertama itu. Api berkobar lebih hebat lagi membakar. Demikian hebat kebakaran tersebut dan panas yang ditimbulkannya hingga para penolong dari luar kota kesulitan untuk memasuki kota. Sementara ribuan penduduk Dresden dan pengungsi terbakar hidup-hidup hingga ke tulang.

Cerita tentang kengerian peristiwa itu tidak terkatakan. Saat anak-anak kecil yang terpisah dari orang tuanya terjebak di dalam genangan aspal yang meleleh karena panas. Atau saat anak-anak kecil terinjang-injak oleh orang-orang yang berebut jalan menyelamatkan diri. Hal seperti ini tentunya tidak pernah dialami rakyat Inggris, Amerika dan sekutu-sekutunya.

Bencana kemanusiaan ini belum berhenti karena keesokan harinya giliran Amerika unjuk gigi. Sebanyak 400 pesawat pembom menumpahkan muatannya dan pesawat-pesawat tempur menembaki orang-orang di jalanan termasuk para tenaga medis yang tengah merawat pasiennnya di sepanjang tepi Sungai Elbe.

Namun itu semua masih belum berakhir karena tiga serangan lanjutan telah direncanakan tentara sekutu: 15 Februari, 3 Maret, dan 17 April 1945 dengan total pesawat pengebom mencapai 1.172 unit. Korban tewas diperkirakan mencapai 400.000 jiwa, atau bahkan lebih. Dan karena Jerman tidak memiliki cukup orang untuk melakukan evakuasi, mayat-mayat hanya disemprot dengan disinfektan atau api kemudian dikubur bersama reruntuhan bangunan.

Sebagaimana ditulis oleh Jendral Patton, kamandan pasukan sekutu yang berhasil mengalahkan dan menduduki Jerman, dalam buku hariannya, pemerintahan sipil sekutu, terutama Amerika dan Inggris, secara sistematis berupaya melakukan pembersihan etnis terhadap warga kulit putih Jerman, semata-mata dengan motif balas dendam orang-orang yahudi kepada mereka. Antara 800.000 sampai 1,1 juta tawanan perang Jerman dibiarkan tinggal di kamp tawanan tanpa atap dan alas selama berbulan-bulan menahan kelaparan, kepanasan dan kedinginan. Warga sipil Jerman diusir dari rumah-rumah mereka untuk diisi oleh orang-orang yahudi yang didatangkan dari Uni Sovyet dan Eropa Timur. Sekitar 500.000 tawanan perang lainnya, sipil maupun militer, dikirim ke Siberia untuk menjalani kerja paksa. Bagi para wanita Jerman, masa-masa terakhir regim Nazi adalah neraka sesungguhnya. Mereka hanya mempunyai dua pilihan: diperkosa oleh tentara Uni Sovyet atau dibom oleh pesawat pembom Amerika dan Inggris.

Diperkirakan sekitar 5 juta warga Jerman secara sistematis dibiarkan mati kelaparan selama 5 tahun setelah perang oleh tentara sekutu yang menduduki Jerman.

Dan karena yahudi mengontrol pemerintahan dan media massa barat, bahkan warga Jerman sendiri tidak banyak mengetahui tentang tragedi Dresden. Yahudi menginginkan hak eksklusif sebagai korban perang, hingga meski korban perang justru bukan orang yahudi, mereka terus saja mengkampanyekan "holocoust". Tujuannya tentu agar mereka bisa tetap terus "memeras" seluruh masyarakat di dunia. Hingga kini misalnya, negara-negara barat terus memberikan bantuan "kompensasi korban perang" kepada Israel. Pada dekade 90-an, ketika memori rakyat Eropa tentang "holocoust" meredup, orang-orang yahudi dibawah koodinasi World Jewish Association mengkampanyekan "holocoust" yang oleh pengkritiknya disebut sebagai "holocoust industry". Mereka memeras perbankan Jerman dan Swiss dengan dalih mendapatkan keuntungan ilegal dari dana-dana masyarakat yahudi yang hangus selama perang, hingga dalam sekali tepuk berhasil meraup miliaran dolar. Namun, seperti biasa, dana kompensasi itu sebagian besar justru masuk ke kantong pribadi tokoh-tokoh yahudi, bukan para korban perang sebenarnya.

"Holocoust industry" adalah upaya-upaya sistematis orang-orang yahudi untuk melanggengkan kenangan palsu "holocoust" sembari mendapatkan keuntungan melimpah darinya. "Holocoust industry" termasuk museum-museum holocoust di beberapa negara barat, pendidikan "holocoust", LSM-LSM, buku-buku, film-film dan sebagainya. Film-film Hollywood tentang Perang Dunia II hampir pasti juga bagian dari "holocoust industry".

Ketika rakyat Ukraina ingin memperingati peristiwa "Holomador", lobi internasional yahudi menolaknya dengan keras. "Holomador" adalah "etnis cleansing" terhadap rakyat Ukraina oleh regim komunis Uni Sovyet yang didirikan dan dijalankan secara eksklusif oleh orang-orang yahudi. Ukraina yang adalah lumbung gandum mengalami bencana kelaparan massal yang menewaskan sekitar 7 juta penduduknya karena hasil panen dirampas oleh regim komunis sebelum terjadinya Perang Dunia II. Mereka juga menentang peringatan pembantaian etnis Armenia oleh Kemal Attaturk, seorang yahudi "domne" Turki.

Tujuan lainnya agar hak eksklusif korban perang hanya menjadi milik yahudi adalah untuk memberi alasan mereka melakukan terorisme terhadap rakyat Palestina. Mereka berharap masyarakat dunia memaklumi pendudukan yahudi atas Palestina karena "yahudi membutuhkan negeri sendiri" setelah mengalami "holocoust".


Ref:
Richard Odorfer; "Destruction of Dresden: Man’s worst massacre"; Herald-Zeitung; 13 February 2011 dalam truthseeker.co.uk; 15 Februari 2011.

Cina Geser Jepang sebagai Negara Ekonomi Terbesar Kedua


Cina menggeser Jepang sebagai negara terbesar kedua secara ekonomi setelah Amerika, gelar yang telah disandang Jepang sejak tahun 1968. Ekonomi Jepang memang tumbuh 3,9% tahun lalu, pertumbuhan positif pertama selama tiga tahun terakhir, namun tidak mampu menahan kemajuan Cina yang sangat pesat. GDP Jepang tahun lalu adalah sebesar $5.4742 triliun, lebih kecil dari Cina yang mencapai $5.8786 triliun, sebagaimana dipublikasikan oleh pemerintah Jepang.

Pada dekade 1980-an pertumbuhan ekonomi Jepang yang meroket menimbulkan kekaguman sekaligus kekhawatiran, namun pertumbuhan itu melemah setelah gelembung ekonomi sektor properti meledak. Selama dekade 1990-an ekonomi Jepang tidak pernah benar-benar pulih dan hingga kini masih terus-menerus dilanda deflasi, angka usia ketergantungan yang tinggi dan hutang publik yang menggunung.

Saat ini Cina adalah pasar otomotif sekaligus pengguna energi terbesar di dunia. Kini Cina tengah mengejar Amerika untuk menjadi negara terbesar secara ekonomi yang kemungkinan bisa tercapai antara dekade 2020-2030. Sebelum menggeser Jepang, empat tahun lalu Cina sukses menggeser Jerman sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Bulan Januari lalu surplus perdagangan Cina mengalami penurunan tajam, dari $13,1 miliar bulan Desember 2010 menjadi $6,5 miliar, terendah selama 9 bulan terakhir. Hal ini karena melonjaknya impor terkait adanya tahun baru Cina dimana impor melonjak sebesar 51% sementara ekspor "hanya" 38%. Namun setelah semua itu berlalu diperkirakan surplus perdagangan kembali akan "menggila".

Memang, secara per-kapita penghasilan rakyat Cina masih jauh lebih rendah dibanding Jepang sekitar 1 banding 7. Namun kemakmuran rakyat Cina telah dirasakan Jepang dengan melonjaknya turis Cina yang datang ke Jepang tahun lalu yang mencapai 1,41 juta wisatawan. Status "orang kaya baru" membuat mereka sangat royal membelanjakan uangnya untuk mendapatkan barang-barang buatan Jepang yang terkenal.

Menteri ekonomi Jepang, Kaoru Yosano, menggambarkan ekspansi ekonomi Cina sebagai hal yang positif bagi Asia dan ia berharap terjalinnya hubungan ekonomi yang lebih erat antara kedua negara.

“Sebagai entitas ekonomi kami tidak bersaing untuk ranking, namun bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai negara tetangga kami menyambut kemajuan ekonomi Cina."

Kuartal terakhir tahun lalu Jepang mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi menjadi 1,1% dari kuartal sebelumnya yang mencapai 3,35%. Kemunduran itu diduga disebabkan oleh menurunnya ekspor dan serta penurunan konsumsi masyarakat meski hal itu diperkirakan akan segera pulih kembali.

Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s menurunkan rating kredit negeri ini bulan lalu, hal yang baru terjadi setelah sembilan tahun terakhir. S&P menyatakan partai penguasa Jepang gagal menerapkan strategi ekonomi untuk hutang publik yang kini telah mencapai 2x GDP.


Ref:
Julia Collewe; "China overtakes Japan as world’s second-largest economy"; The Gaurdian; 14 Februari 2011

Iran Segera Luncurkan Beberapa Satelit


Iran sampai saat ini adalah satu-satunya negara Islam yang telah meluncurkan sendiri setelit buatannya ke luar angkasa. Dan karena teknologi luar angkasa sampai saat ini dianggap sebagai teknologi yang paling rumit dan canggih, bisa dikatakan Iran adalah negara Islam paling maju.

Menurut kantor berita AFP saat ini Iran tengah merencanakan untuk meluncurkan beberapa satelit buatannya ke luar angkasa yang direncanakan pada bulan Maret 2012, menyusul keberhasilan uji coba pelucuran satelit yang dilakukan pada bulan Februari 2009 dengan menggunakan roket Safir-2. Hal itu disampaikan oleh Presiden Ahmadinejad dalam peringatan ulang tahun Revolusi Iran tgl 11 Februari lalu di Teheran. Setiap tahun Iran menggunakan momen peringatan Hari Revolusi sebagai "batu penanda" kemajuan teknologinya.

"Saya harap mulai akhir tahun ini hingga Maret 2012 serta bulan-bulan berikutnya kita akan menyaksikan beberapa peluncuran satelit buatan kita sendiri," kata Ahmadinejad sekaligus memperkenalkan empat prototip baru satelit Iran.

Keempat prototip satelit tersebut adalah Rasad, Fajr, Zafar dan Amir Kabir-1. Selain itu Ahmadinejad juga memperkenalkan prototip roket pembawa satelit Safir-B1. Sampai saat ini Iran memang belum mengoperasikan satelit buatannya sendiri, namun dengan pernyataan Ahmadinejad harapan tersebut sepertinya akan segera dipenuhi.

Pada bulan Februari 2009 Iran sukses meluncurkan satelit ujicoba Omid (Harapan) menggunakan roket Safir-2 buatan sendiri. Setahun kemudian, Februari 2010, Iran sukses meluncurkan roket Kavoshgar-3 berisi kapsul ke ruang angkasa yang berisi beberapa binatang percobaan seperti kura-kura, tikus dan cacing. Inilah peluncuran mahluk hidup pertama ke ruang angkasa yang dilakukan negara Islam.

Satelit Fajr yang diperkenalkan Ahmadinejad tersebut di atas adalah satelit mata-mata yang dirancang oleh departemen pertahanan, sementara Amir Kabir-1 yang tidak disebutkan fungsi detilnya dibuat oleh Amir Kabir University, Teheran. Di sisi lain satelit Rasad dibuat oleh Malek Ashtar University, Teheran yang memiliki hubungan kerjasama dengan Tentara Pengawal Revolusi. Adapun satelit Zafar masih dirahasiakan perancangnya. Media-media massa Iran minggu lalu melaporkan bahwa roket Safir-B1 bisa membawa satelit seberat 50 kg ke orbit ellips setinggi 300-450 km dari permukaan bumi.

Kemajuan teknologi roket dan luar angkasa Iran telah menjadi sorotan masyarakat internasional akhir-akhir. Apalagi kalau bukan isu pengembangan nuklir. Percobaan nuklir yang kini gencar dilakukan Iran ditambah kemajuan teknologi roket dan satelit adalah kombinasi yang sempurna untuk menciptakan rudal nuklir. Namun Iran berkukuh bahwa percobaan nuklirnya adalah untuk tujuan damai di bawah pengawasan lembaga nuklir PBB.



Kemajuan-kemajuan lainnya

Dalam setahun terakhir kita menyaksikan satu demi satu pencapaian teknologi sipil dan militer Iran yang mengagumkan. Dalam seminggu terakhir kita juga melihat dua kemajuan teknologi militer yang luar biasa, yaitu radar jarak jauh yang diperkenalkan ke publik tgl 12 Februari dan rudal anti kapal yang diperkenalkan tgl 7 Februari.

Pada tgl 12 Februari lalu Brigjen Hamid Arzhangi wakil komandan pangkalan udara Khatam al-Anbiya mempublikasikan dua radar pertahanan udara baru yang masing-masing berdaya jangkau 1.000 km dan 3.000 km. Menurut Arzhagi antena kedua radar tersebut telah dipasang dan sistem keseluruhan akan segera terpasang. Arzhangi juga mengungkapkan sistem monitor baru yang memungkinkan transfer data dari inteligen ke komando berlangsung jauh lebih cepat.

Khatam al-Anbiya berfungsi mengkoordinasikan sistem pertahanan udara AD Iran dengan Korps Pengawal Revolusi (Islamic Revolution Guards Corps). Iran telah berhasil melakukan ujicoba penggunaan peralatan komunikasi terbaru pada bulan November tahun lalu. Iran saat itu juga berhasil melakukan ujicoba generasi terbaru sistem pertahanan udara buatan sendiri.

Sistem pertahanan udara baru yang diberi nama Mersad itu mampu mendeteksi dan menembak jatuh pesawat tempur musuh yang terbang rendah maupun tinggi. Mersad juga mampu digunakan dalam perang elektronik dan bisa dihubungkan dengan radar dan sistem pertahanan udara lainnya.

Sebelumnya pada tgl 7 Februari Mayor Jendral Muhammad Ali Jafari mengadakan jumpa pers memperkenalkan senjata rudal anti-kapal terbaru.

"Rudal baru ini mampu terbang dengan kecepatan supersonik dan tidak bisa dilacak oleh musuh," kata Ali Jafari seraya menambahkan bahwa rudal tersebut memiliki daya jangkau hingga 300 km dengan daya akurasi yang tinggi.

Dengan rudal baru ini Iran bisa menenggelamkan kapal-kapal yang berlayar di Teluk Persia khususnya di sekitar Selat Hormuz yang menjadi jalur vital suplai minyak ke negara-negara barat. Jafari mengumumkan rudal baru tersebut akan mulai dioperasikan dalam "beberapa hari".

Iran memulai program pembangunan militernya sejak Perang Iran-Irak tahun 1980-1988 saat mana Amerika dan Eropa yang menjadi pemasok persenjataan Iran semasa pemerintahan Shah Pahlevi mengembargo Iran. Sejak itu Iran berupaya keras mengembangkan sendiri persenjataan militernya untuk menggantikan persenjataan barat yang mengembargonya. Kini persenjataan militer yang sudah bisa dibuat sendiri olah Iran meliputi pesawat tempur, tank hingga rudal siluman dan pesawat tempur tanpa awak.

Tuesday, February 15, 2011

Antara Kairo dan Jerussalem


Gilad Atzmon; "Cairo and Jerusselem"; gilad.co.uk; 12 Februari 2011


"Ini adalah kekuatan moral dari tindakan tanpa kekerasan," demikian komentar pertama Presiden Barack Obama mengenai Revolusi Mesir yang baru saja berlangsung. Namun masih belum jelas siapa figur "tanpa kekerasan" versi Mesir sebagaimana Mandela di Afrika Selatan, Gandhi di India, atau Martin Luther King. Tidak lain karena rakyat Mesir sendiri yang telah mengejahwantahkan gerakan tanpa kekerasan tersebut.

Jerusalem (Israel), zionis, dan beberapa elemen gerakan "kiri" telah berupaya menghancurkan citra muslim, Islam dan Arab selama berpuluh tahun. Kini rakyat Mesir (dan juga Tunisia; blogger) telah membuktikan bagaimana Islam yang cinta damai itu sebenarnya.

Tidak seperti revolusi-revolusi di barat yang dipenuhi dengan gelimangan darah, di Kairo jutaan kaum muslim harus rela menunggu dengan sabar selama 18 hari untuk memastikan pesan moralnya didengarkan oleh penguasa tiran. Hari demi hari, mereka berdiri di jalan-jalan menunjukkan kesabaran sekaligus keteguhan hati. Lima kali sehari mereka berdoa (sholat) bersama, memenuhi kewajibannya tetap terjaga. Itu semua mengingatkan kita bahwa Islam berasal dari kata "salaam" yang maknanya adalah "damai", tanpa kekerasan.

Rakyat Mesir tanpa bisa dibantah telah menjadi "pembawa misi" kedamaian Islam. Hanya dalam waktu dua minggu mereka telah berhasil menghancurkan penyakit "Islamophobic" yang dihembuskan para zionis. Dalam waktu singkat tersebut mereka juga telah menanamkan benih-benih harapan di dalam hati kita semua. Mereka sebenarnya telah mengingatkan kita mengenai makna sebenarnya tentang demokrasi dan kebebasan.

Mesir, negara Arab terbesar dan paling berpengaruh, baru saja sukses meluncurkan gerakan demokrasinya kemarin. Sebagaimana kita ketahui, demokrasi di dunia Arab adalah berarti Islam. Minggu ini masyarakat barat telah mendapatkan kesempatan untuk menemukan sebuah keimanan yang dipenuhi harmoni dengan kedamaian (Islam; blogger). Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat Eropa dan Amerika secara ajaib disadarkan dari penyakit "Islamophobic". Ketakutan tentang Islam dan muslim telah tersingkir. Banyak dari kita yang menyambut baik pilihan rakyat Mesir: Islam, salam dan Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin).

Dua hari yang lalu James Clapper, Direktur National Intelligence Amerika cukup berani untuk mengaku bahwa Ikhwanul Muslimin adalah sebuah kelompok "yang sangat heterogen, yang mencari tujuan sosial daripada politik, yang dalam mencapai tujuannya menjauhi cara-cara kekerasan.”

Jika ada yang tidak bisa memahami fenomena ini, Amerika telah menghabiskan waktu enam bulan lebih untuk mengamandemenkan kebijakan luar negeri berbau zionisnya. Amerika hanya memiliki waktu yang sangat sempit untuk mendapatkan sekutu baru di Timur Tengah. Bagi Amerika dan Eropa ini adalah masalah hidup dan mati.

Dalam beberapa bulan mendatang para memimpin barat harus menyesuaikan diri dengan kenyataan baru. Saya pikir bahwa, meski masih dipengaruhi secara kuat oleh lobi-lobi zionis yahudi, mereka akan mengakui secara terbuka tentang kekuatan dan keindahan Islam. Mereka akan berupaya "mengambil hati" satu miliar warga muslim di seluruh dunia. Dan untuk itu mereka harus cepat bertindak.

Sementara dalam beberapa hari mendatang, Israel harus menghadapi kenyataan pahitnya. Mereka berada dalam kondisi sebagaimana api yang akan padam. Negara yahudi tidak bisa dipungkiri adalah entitas yang berbahaya, dan kita hanya bisa berdoa dalam kehancurannya itu tidak menyeret dunia dalam kehancuran juga. Bagi mereka yang tidak memahami, Israel telah menumpuk kekuatan yang sangat menghancurkan (nuklir; blogger). Lebih jauh, pilihan untuk "tijitibeh" atau mati satu mati semua adalah salah satu ajaran moral mereka yang diajarkan di kitab-kitab suci. Samson dan Masada adalah dua contoh nyata dari hal itu.

Adalah lebih baik jika mengakui pada diri sendiri bahwa, tidak seperti Kairo, Jerussalem secara inheren adalah "kekerasan". Kondisi seperti ini sudah tentu sangatlah rapuh. Tantangan terbesar para pemimpin dunia saat ini adalah secara damai "membubarkan" negara Israel sehingga mereka tidak lagi memiliki kesempatan lagi untuk merealisasikan impuls-impuls jahatnya.

Sunday, February 13, 2011

SANG TERPILIH (25)


Permainan terakhir Subagyo, merancang kerusuhan-kerusuhan berbau sara, adalah agenda lama "organisasi" yang telah diterapkan sejak Indungsia merdeka. Sebagai negara Islam terbesar di dunia, "organisasi" zionis menganggap perlu untuk memainkan politik "pecah belah dan kuasai" atasnya. Yang paling disukai adalah membenturkan "mainstream" Islam dengan sekte-sekte minoritas yang didanainya, atau membenturkannya dengan pemerintah. Dengan begitu aspirasi umat Islam tidak akan pernah sampai pada tataran eksekusi sehingga umat Islam terus-menerus menjadi umat marginal. Dengan marginalnya umat Islam yang mayoritas, otomatis Indungsia bisa dikendalikan oleh sekelompok kecil oligarkis, oportunis dan komprador asing.

Agenda ini sebenarnya sangat membahayakan, karena konflik terbuka yang melibatkan umat Islam akan menimbulkan kerusuhan massal. Karena inilah Subagyo selalu berusaha menghindarinya meski George Soros dan agen-agen "organisasi" di Indungsia seperti para aktifis LSM korup, pers korup, birokrat dan politikus korup, cendekiawan dan pengamat politik korup, hingga tokoh agamawan korup, terus berusaha mengkompori Subagyo. Tapi di saat kondisi Subagyo yang terjepit oleh berbagai manufer lawan-lawan politiknya yang berhasil memanfaatkan kelemahannya sebagai pemimpin, langkah tersebut akhirnya disetujui Subagyo.

Langkah pertama adalah merancang kerusuhan sara di sebuah daerah tertinggal yang masyarakatnya yang religius namun juga masih memandang hormat budaya "jagoan" dan "jawara". Beberapa orang anggota sekte Ahmadiyah bentukan imperalis Inggris di India, yang telah dilarang pemerintah untuk mengadakan kegiatan dakwah karena resistensi umat Islam mayoritas, sengaja memprovokasi warga dengan mengadakan acara pengajian akbar. Sebagian aktifis Ahmadiyah itu tentu saja adalah agen provokator dengan tingkah lakunya yang secara kasar dan "petenthang petentheng". Sampai tahap ini saja sudah cukup untuk memicu kerusuhan massal. Apalagi dengan pengerahan agen-agen provokator di pihak masyarakat, lengkap dengan para juru kamera yang dalam hitungan menit telah menyebarkan rekaman video kekerasan ke media-media massa dan menciptakan kegemparan massal.

Aksi kerusuhan massal itu kemudian disusul dengan aksi-aksi sejenis di daerah lain. Kemudian para agen "organisasi" ramai-ramai menuntut tindakan keras pemerintah kepada ormas-ormas Islam yang langsung diamini oleh Subagyo.

Sikap para agen "organisasi" dan Subagyo tentu saja sangat bias dan tidak fair. Masyarakat hanya merespon provokasi yang dilakukan para aktifis Ahmadiyah. Justru para aktifis Ahmadiyah-lah yang telah melanggar ketentuan hukum yang melarang mereka melakukan kegiatan dakwah. Tapi anehnya justru masyarakat Islam yang disalahkan. Lagipula bukankah aksi-aksi kekerasan itu tampak jelas sebagai operasi inteligen "false flag": merancang suatu peristiwa kekerasan yang kesalahannya ditimpakan pada orang atau kelompok yang bukan pelaku agar bisa menjadi alasan bagi diadakannya tindakan terhadap orang atau kelompok yang diincar. Ini mirip operasi inteligen di balik Tragedi WTC 2001.

Sadar atau tidak Subagyo telah menjerumuskan diri dalam permainan yang sangat membahayakan yang mungkin saja menjerumuskannya sebagaimana presiden Tunisia Ben Ali dan presiden Mesir Husni Mubarak. Jika ia memaksakan menindak keras ormas-ormas Islam, sementara membiarkan Ahmadiyah yang terus menerus melakukan provokasi, maka ia akan dicap sebagai musuh Islam, kafir yang halal untuk dilawan.

Dan dalam urusan ini umat Islam Indungsia tidak memiliki kompromi kecuali melawan, sebagaimana mereka pernah melawan penjajah kafir Belanda dan orang-orang komunis PKI.

Korbankan Diktator, Selamatkan Kepentingan


Sepanjang sejarah dunia modern, setidaknya setelah Perang Dunia 2, kita seringkali menyaksikan sebuah ironi politik yang dilakukan Amerika: menyingkirkan begitu saja para diktator yang telah mengabdikan dirinya untuk Amerika selama belasan hingga puluhan tahun. Dan kini kita baru saja menyaksikan dua peristiwa sejenis secara berurutan dalam jangka waktu yang sangat pendek: tersingkirnya Presiden Tunisia Ben Ali dan Presiden Mesir Husni Mubarak. Dan seperti biasanya, Amerika menyampakkan mereka begitu saja, tidak bersedia melindungi dan menyambut mereka dari pelariannya setelah puluhan tahun mengabdikan diri mereka kepada Amerika sembari menindas rakyatnya sendiri.

Di masa lalu kita telah melihat pengalaman sejenis dialami oleh diktator Trujillo dari Dominika, Shah Reza Pahlevi dari Iran, Presiden Diem di Vietnam, diktator Somoza dari Nicaragua, Batista di Kuba, Marcos di Filipina, Pinochet di Chile, Soeharto di Indonesia, dan lain-lainnya.

Di antara para diktator tersebut yang cukup beruntung adalah Somoza dan Batista yang diberikan tempat perlindungan di pelarian. Trujilo dan Diem bahkan harus menebus nyawanya yang dicabut oleh agen-agen rahasia CIA karena menolak mengikuti perintah Amerika di saat terjadi krisis politik.

Ketika rakyat memberontak terhadap regim-regim tersebut, secara standar Amerika melakukan tiga langkah sbb: secara resmi membuat pernyataan mendukung prosed demokrasi dan pergantian kekuasaan, secara diam-diam menyatakan dukungan pada diktator lama, dan secara diam-diam juga berusaha mencari calon penguasa baru yang bisa meneruskan "pengabdiannya" kepada Amerika. Bari Amerika tidak ada hubungan yang abadi melainkan kepentingan yang abadi.

Beberapa faktor yang diperhitungkan Washington untuk tetap mendukung atau menyingkirkan regim-regim diktatornya adalah: kemampuan diktator mengendalikan kerusuhan, kekuatan pendukung-pendukung sang diktator terutama militer serta keberadaan calon pengganti. Satu faktor lagi tentu saja adalah usia sang diktator. Semakin tua sang diktator, semakin tidak disukai Amerika meski memiliki kemampuan untuk mengendalikan kekuasaan dan memiliki pendukung kuat. Dalam hal terakhir ini sangat tampak pada diri Husni Mubarak. Meski masih memiliki pendukung kuat, termasuk mampu memobilisasi puluhan ribu massa pendukung untuk menandingi massa demontran penentangnya, usianya yang sudah 82 tahun sangat tidak menjamin keberlangsungan regimnya.

Terlalu lama menunggu untuk bersikap atas gerakan revolusi rakyat yang mengancam diktator dukungannya sangatlah berbahaya, karena semakin lama gerakan berlangsung, semakin menghancurkan dampaknya. Jika awalnya rakyat hanya menuntut keadilan, terakhir rakyat menuntut perubahan sistem secara keseluruhan termasuk penguasa dan aparatusnya serta sistem politik. Miskalkulasi tentu saja sering terjadi seperti dalam kasus Batista di Kuba dan Shah Iran. Karena terlalu lama membiarkan status quo dan mendukung diktator penguasa, gerakan sosial kemudian berubah menjadi revolusi yang membongkar habis sistem politik yang tadinya pro-Amerika menjadi anti-Amerika.

Kesalahan perhitungan juga terjadi di Nikaragua. Karena terlalu lama membiarkan Somoza dalam posisinya meski tetap mengkritik kediktatorannya, gerakan rakyat berubah menjadi revolusi yang membongkar habis sistem pemerintahan Nikaragua menjadi komunis yang sangat anti-Amerika, termasuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan Amerika yang berada di sana.

Pada tahun 1980-an Amerika mulai merubah sikap menghadapi gerakan-gerakan rakyat melawan diktator yang didukungnya. Alih-alih ngotot mempertahankan sang diktator, Amerika mulai bersikap lunak, yaitu mendukung perubahan yang demokratis namun tanpa merusak sistem, struktur dan idiologi pemerintahan. Dengan demikian kepentingan Amerika masih tetap bisa terjaga.


Pelajaran Sejarah dan Implikasinya


Presiden Barack Obama sebenarnya sangat menyayangkan kalau harus kehilangan Husni Mubarak, bahkan ketika aksi-aksi demonstrasi menentang Mubarak sudah sedemikian massif. Secara formal ia memang mendesak Mubarak untuk memenuhi tuntutan rakyat. Namun secara diam-diam ia mengirimkan Frank Wisner, seorang yang memiliki kepentingan bisnis kuat dengan regim Mubarak dan karenanya menentang upaya penumbangan Mubarak dari kekuasaan. Alasan paling kuat tentu saja karena tumbangnya Mubarak bisa menjadi preseden bagi penumbangan regim-regim boneka Amerika lainnya seperti di Honduras, Mexico, Jordania, Aljazair, dan bahkan mungkin Indonesia.

Faktor lain tentu saja adalah adanya tekanan lobi kalangan zionis Isreal maupun Amerika sendiri untuk mempertahankan Barak, sekutu paling strategis Israel di Timur Tengah. Pemerintah Israel bahkan melakukan pendekatan-pendekatan diplomatik yang intensif ke negara-negara barat untuk tetap mendukung Mubarak.

Akibatnya Amerika terkesan agak lambat dalam menghadapi krisis Husni Mubarak. Amerika sibuk untuk mencari figur pengganti Mubarak yang sesuai dengan keinginan mereka, berusaha mempertahankan sistem politik dan birokrat sipil-militer yang selama puluhan tahun menjadi kepanjangan tangan Amerika, serta mencari formula transisi kekuasaan yang bisa mengendurkan mobilisasi dan radikalisme massa.

Hambatan utama penumbangan Mubarak dari kekuasaan adalah adanya sejumlah besar aparatur negara yang masih setia pada Mubarak. Mereka meliputi 325.000 aparat inteligen CSF (Central Security Forces) dan 60,000 anggota Garda Nasional yang komandonya berada langsung di bawah Mendagri dan Mubarak sendiri. Sementara 450.000 tentara nasional yang mendapat hak-hak istimewa selama puluhan tahun, terlalu sulit untuk merubah "mindset" mereka untuk tidak loyal kepada Mubarak. Mereka tentu juga tidak menginginkan terjadinya perubahan kekuasaan negara yang nantinya berujung pada pengadilan atas kekayaan mereka. Mereka menyadari bahwa kekayaan dan privilege yang mereka terima dari Mubarak adalah berasal dari Amerika.

Obama tentu saja menginginkan aparatur birokrat dan militer tersebut tetap utuh. Namun ia juga harus bisa meyakinkan mereka untuk mau mengganti Mubarak dan menggantinya dengan regim baru yang bisa menyurutkan gerakan revolusi yang semakin lama semakin cenderung anti-Amerika dan Israel.

Amerika mulanya mencoba berunding dengan para demonstran tentang prospek gerakan revolusi ke depan. Amerika berusaha meyakinkan para demonstran untuk menerima tawaran Mubarak untuk berunding, namun ditolak demonstran sebelum terlebih dahulu Mubarak menyatakan mengundurkan diri. Kemudian tawaran Mubarak untuk tidak mengikuti pemilu mendatang (bulan September) juga ditolak demonstran.

Maka kemudian melalui utusannya, Frank Wisner, Amerika mengusulkan kepada Mubarak sebuah upaya "trial and error", uji kekuatan sekaligus dengan harapan bisa menghancurkan gerakan revolusi. Mubarak pun pada tgl 3 Februari mengirim ribuan aparaturnya yang setia dan preman yang sengaja dilepas dari penjara, dengan berpakaian sipil, menyerang para demonstran yang berdemo di Lapangan Thahrir. Upaya ini pun gagal karena perlawanan sengit para demonstran. Setelah ribuan korban menjadi korban aksi tersebut, Amerika dan Uni Eropa pun meminta Mubarak menghentikan aksinya. Namun nasi sudah menjadi bubur: demonstran semakin radikal dan militer mulai merasa berkewajiban untuk melindungi rakyat. Yang terakhir inilah yang kemudian membuat Mubarak menyerah terhadap tuntutan rakyat.

Kini Mubarak telah mundur dengan nasib ke depannya yang tidak jelas. Amerika berhadap militer yang kini menjadi penguasa transisi, masih bisa diajak berkompromi. Namun tentu saja itu tidak mudah. Sebagian besar rakyat Mesir telah muak dengan peran antagonis yang telah dimainkan Mesir di bawah Mubarak selama 30 tahun: menjadi "anjing penjaga" Israel dan pelayan Amerika yang membiarkan saudara-saudaranya rakyat Palestina di Gaza dibunuhi di depan mata dalam aksi militer-sosial-politik paling keji sepanjang sejarah dunia modern yang dilakukan Israhell.


Ref:
James Petras; "Washington Faces the Arab Revolts: Sacrificing Dictators to Save the State"; truthseeker.co.uk; 8 Februari 2011.

MATA DUA AMERIKA DI MESIR


Amerika telah menunjukkan kemunafikan yang sangat vulgar dalam masalah Mesir yang kini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia terkait aksi demonstrasi besar-besaran anti presiden Husni Mubarak yang telah memasuki minggu ketiga. Di satu sisi Presiden Barack Obama meminta Husni Mubarak untuk "mendengarkan tuntutan rakyat dan memulai proses transisi kekuasaan", namun di sisi lain utusan khususnya di Mesir, Frank Wisner, justru meminta Mubarak untuk tetap berkuasa. Mungkin karena itulah Mubarak tetap bersikukuh untuk terus berkuasa, bahkan setelah militer Mesir menyatakan keberpihakannya pada para demonstran anti-Mubarak.

“What is clear — and what I indicated tonight to President Mubarak — is my belief that an orderly transition must be meaningful, it must be peaceful, and it must begin now,” demikian pernyataan President Obama pada tgl 2 Februari 2011.

“President Mubarak’s continued leadership is critical: it’s his opportunity to write his own legacy,” kata Frank Wisner sehari kemudian. Tidak lama setelah pernyataan Wisner yang dibuat usai bertemu Mubarak tersebut, ribuan preman pendukung Mubarak menyerang para demonstran anti Mubarak hingga menyebabkan belasan orang meninggal dunia.

Pada saat yang hampir bersamaan Presiden Husni Mubarak dan Barack Obama mengangkat mengangkat "orang-orang bermasalah secara moral" untuk membicarakan masa depan Mesir. Mubarak mengangkat kepala inteligen dan agen utama CIA di Mesir, Omar Suleiman, sementara Obama mengangkat Frank Wisner, mantan petinggi CIA sekaligus eksekutif perusahaan-perusahaan bermasalah seperti Enron dan A.I.G.

Seorang pejabat inteligen Amerika mendeskripsikan Suleiman sebagai pejabat yang terlibat dalam semua aspek hubungan Amerika dengan Mesir, termasuk menjadi "orangnya CIA" yang menyetujui praktik-praktik ilegal penyiksaan dan penculikan orang-orang yang dianggap teroris. Sebagai "orangnya CIA" Suleiman tentu saja kerap kali berhubungan dengan para pejabat Israel.

Obama mengirim Wisner ke Mesir tgl 31 Januari 2011 lalu untuk memberikan masukan-masukan bagi Husni Mubarak yang tengah tersudut. Pada hari kedatangannya ke Mesir jalan-jalan di ibukota Kairo diblokir aparat keamanan dan para jurnalis dirampas kameranya. Inilah permainan kotor yang dimainkan Amerika. Saat Obama berpidato tentang demokrasi dan transisi damai di Mesir, ia mengirimkan "manusia kotor" seperti Wisner untuk mencegah regim tiran sekutu Amerika-Israel terkuat di Timur Tengah itu tumbang.


FRANK WISNER DAN KONSEKWENSI PENUNJUKANNYA

Ketika Wisner tiba di Mesir, media-media massa mengira ia akan membawa misi Obama untuk meminta Mubarak turun dari jabatannya. Ternyata dugaan itu keliru. Wisner memberikan beberapa saran yang membawa konsekuensi fatal bari rakyat Mesir, yaitu kelangsungan kediktatoran Mubarak. Pertemuan Wisner dengan Mubarak memulai taktik baru Mubarak dalam menghadapi para demonstran. Ia mulai menggunakan taktik kotor, termasuk mengirim ribuan penjahat dan preman serta aparat keamanan berpakaian sipil untuk menyerang para demonstran pada tgl 3 Februari 2011.

Frank Wisner adalah putra dari salah seorang pendiri CIA. Pada tahun 1947 Frank Wisner Senior mengepalai satu operasi CIA yang terkenal dengan istilah "Operation Mockingbird" dengan tujuan mengkooptasi media massa di dalam dan luar negeri.

“Pada awal 1950-an Wisner menjalin hubungan dekat dengan para pejabat New York Times, Newsweek, CBS dan media massa besar lainnya,” demikian tulis Deborah Davis "Katharine the Great: Katharine Graham and The Washington Post" tahun 1979.

Wisner senior selanjutnya menjadi Direktur Perencanaan CIA tahun 1952. Direktorat ini menghabiskan 75% anggaran CIA dan memiliki jumlah agen sebanyak 60% total agen CIA. Pada tahun 1950-an Wisner bertanggungjawab atas operasi inteligen yang mengakibatkan ambruknya pemerintahan demokratis Mohammed Mossadegh di Iran dan Jacobo Arbenz di Guatemala karena mengancam kepentingan Amerika.

Wisner yunior sejak tahun 1997 menjadi eksekutif Enron dan sejak tahun 2009 menjadi wakil dirut American International Group (A.I.G.), perusahaan asuransi yang turut terlibat permainan kotor sektor keuangan sehingga mengakibatkan krisis finansial global. Wisner telah aktif menjadi agen CIA pada akhir dekade 1960-an.

Wisner terkait kuat dengan firma Patton Boggs, yang pernah berkoar sebagai "penasihat militer dan ekonomi Mesir" dan menjadi wakil bagi kepentingan bisnis Mesir di Amerika dan Eropa.

Patton Boggs pernah menyatakan bahwa para penasihat hukumnya menjadi perwakilan dari perusahaan-perusahaan milik para pejabat tinggi Mesir dan keluarganya dan telah terlibat dalam proyek-proyek pembangunan infrastuktur sipil, telekomunikasi dan infratruktur minyak dan gas di Mesir. Salah satu dari pendirinya kini menjadi "chairman" dari US-Egyptian Chamber of Commerce yang bertugas mempromosikan Mesir untuk para investor asing. Perusahaan itu juga menjadi kontraktor penyedia perlengkapan militer untuk Mesir yang berasal dari bantuan militer Amerika untuk Mesir yang nilainya mencapai $1.3 miliar setahun.

Wisner yang mantan dubes Amerika di Mesir itu bergabung dengan Patton Boggs sekitar dua tahun lalu, cukup membuatnya manjadi sahabat dekat para penguasa Mesir. Koran New York Times menulis profil Wisner besar-besaran dua minggu lalu, namun anehnya tidak menyebutkan sama sekali kepentingan bisnis Wesner di Mesir.

Nicholas Noe, seorang peneliti politik Amerika yang tinggal di Beirut telah melakukan penelitian selama berminggu-minggu mengenai kegiatan bisnis Wesner di Mesir dan ia mempertanyakan implikasinya terhadap penunjukan Wesner sebagai utusan khusus Barack Obama dalam mengatasi masalah Mesir saat ini.

“Kunci permasalahan dengan Wisner sebagai utusan khusus ke Mesir adalah "conflict-of-interest"… Lebih dari itu pemikiran untuk membisniskan sebuah krisis politik adalah problem serius tersendiri. Apakah Amerika kini kekurangan diplomat handal?" kata Noe.

Patton Boggs menjalin kerjasama “affiliate relationship” dengan firma hukum terkenal di Mesir, Zaki Hashem, yang didirikan tahun 1953 oleh Zaki Hashem. Zaki adalah seorang menteri di kabinet pendahulu Mubarak, Anwar Sadat. Ia kemudian menjadi pimpinan Egyptian Society for International Law.

Menjadi sebuah ironi adalah bahwa seorang partner senior di firma Zaki Hashem adalah Nabil al-Araby, salah seorang yang kini aktif melakukan demonstrasi anti-Mubarak. Ia bahkan dipilih oleh sebagian demonstran sebagai salah seorang dari 25 tokoh yang mewakili para demonstran untuk menggulingkan Mubarak. Nabil yang juga mantan anggota Komisi Hukum Internasional PBB menyatakan telah putus hubungan dengan sejak tiga tahun lalu.

Saat Wisner bergabung dengan Patton Boggs pada bulan Maret 2009, perusahaan tersebut memuji-muji Wesner sebagai "salah seorang diplomat paling dihormati di seluruh negeri“ yang akan memberikan kliennya "saran-saran jitu mengenai strategi bisnis global, politik dan hukum internasional". Perusahaan tersebut secara spesifik menyebutkan bahwa Wisner, dengan pengalamannya di Timur Tengah dan India akan mampu memberikan bantuan pada para klien internasionalnya.”

Stuart Pape, salah seorang pendiri Patton Boggs, suatu saat berkata tentang Wisner, "adalah sebuah kebanggaan bahwa seorang dutabesar seperti Wisner, salah seorang diplomat yang dihormati, bergabung dengan kita. Pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang politik dan keuangan global adalah aset kita yang sangat berharga."

Kita masih belum tahu pasti apa yang telah disarankan Wisner pada Mubarak. Namun pernyataannya tentang Mubarak sudah cukup jelas, yaitu ia tetap menginginkan Mubarak berada di kursinya, mengendalikan arah reformasi Mesir sehingga tidak jatuh ke kelompok-kelompok "teroris" musuh Israel dan Amerika.


Ref:
1. Christopher Bollyn; "Exposed: Obama’s Duplicity in Egypt"; bollyn.com; 6 Februari 2011.
2. Robert Fisk; "US envoy’s business link to Egypt"; The Independent; 7 Februar1 2011.

Wednesday, February 9, 2011

SANG TERPILIH (24)


Para pendukung Subagyo kembali melakukan blunder. Jika pada blunder pertama seorang kadernya keceplosan mengungkapkan bahwa kasus mafia pajak akan menyeret kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi Indungsia sehingga membahayakan jika diungkap, blunder kedua dilakukan pendukung-pendukung Subagyo di parlemen yang menggagas hak angket masalah mafia pajak. Mulanya mereka yakin, hak itu hanya akan "menghantam" partai oposisi utama yang dipimpin oleh pengusaha yang perusahaannya diduga sebagai pengemplang pajak. Namun setelah menyadari mafia pajak juga melibatkan Subagyo dan kroni-kroninya sebagai orang yang paling banyak menangguk untung, mereka tiba-tiba saja menarik diri dari inisiatif pembentukan hak itu.

Maka proses penggunaan hak itu terus berjalan tak terbendung. Dan pada akhirnya, setelah menyadari bahwa menolak hak itu hanya akan membuat popolaritas partai pendukung Subagyo runtuh, mereka akhirnya mendukung hak tersebut dengan tujuan hanya untuk mengacaukan proses pengungkapan mafia pajak oleh parlemen. Sama seperti yang mereka lakukan dalam kasus hak angket Bank Centurion.

Upaya Subagyo mengganjal hak angket mafia pajak dengan penangkapan para anggota parlemen karena kasus penyuapan dalam pemilihan gubernur bank sentral juga kandas. Sebaliknya hal itu membuka motif politik dalam penangkapan tersebut karena Komisi Pemberantasan Korupsi tidak pernah menyentuh terduga penyuap dalam kasus itu.

Lagi-lagi ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh "organisasi". Terduga utama sebagai penyuap dalam kasus ini tentu saja mantan gubernur bank sentral yang merupakan agen utama "organisasi" di Indungsia selain presiden.

Yang menarik lagi, kasus penyuapan ini juga melibatkan seorang politisi dari "partai dakwah" yang diklaim atau mengklaim sebagai turunan gerakan Ihwanul Muslimin. Hal ini juga semakin menunjukkan betapa pengaruh "organisasi" telah merembes ke semua lini, termasuk partai-partai maupun gerakan Islam di Indungsia.

Subagyo dan faksi politiknya masih berupaya mengalihkan persoalan dengan membuat persoalan baru, yaitu mengkoordinir kerusuhan-kerusuhan sara di berbagai daerah.

1/3 Tentara Wanita Amerika Diperkosa


Inilah hasil dari gerakan emansipasi di Amerika: 1/3 dari tentara wanita Amerika pernah diperkosa rekan-rekan prianya, sementara 2/3 lainnya setidaknya pernah mengalami pelecehan seksual.

"Hampir sepertiga wanita yang bertugas di ketentaraan pernah mengalami perkosaan dan lebih dari dua pertiga sisanya pernah mengalami pelecehan seksual," demikian laporan National Public Radio baru-baru ini.

Menurut laporan tersebut hanya 62 persen dari pelaku pemerkosaan dan pelecehan seksual yang mendapatkan sanksi yang tidak terlalu berat meliputi pemindahan tugas, penundaan kenaikan pangkat, atau hanya peringatan tertulis.

"Setiap orang di ketentaraan mempunyai teman untuk saling melindungi, dan para wanita harus bersama teman-temannya untuk sekedar ke kamar mandi dan WC agar tidak diperkosa. Namun karena saya satu-satunya wanita di satuan saya, maka teman saya hanyalah pistol dan pisau," kata "Army specialist" Chantelle Henneberry.

Pada tahun 2003, sebuah survei terhadap para veteran tentara wanita menemukan data sebanyak 30 persen dari tentara wanita yang pernah bertugas pernah mengalami pemerkosaan. Setahun kemudian survei yang sejenis menunjukkan sebanyak 70 persen tentara wanita pernah mengalami pelecehan seksual.

Pada tahun 2005 kasus pemerkosaan beramai-ramai dialami oleh Jamie Leigh Jones sehingga memaksa sebuah amandemen undang-undang "defense appropriations bill" diajukan oleh senator Al Franken. Berdasar amandemen undang-undang tersebut perusahaan-perusahaan kontraktor pertahanan diharuskan membantu karyawannya yang mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual mendapatkan perlindungan hukum di manapun mereka bertugas.


Ref:

Press TV; 29 Januari 2011

Saturday, February 5, 2011

Bantuan Terakhir Israhell untuk Mubarak


Televisi Al Alam baru-baru ini menyiarkan kehadiran aparat inteligen Israel di Mesir, di tengah-tengah revolusi yang kini tengah berlangsung. Akibatnya, sebagaimana diberitakan "running news" Metro TV Jum'at malam (4/1), televisi tersebut mendapat ancaman aksi kekerasan.

Kehadiran militer dan inteligen Israel di Mesir di tengah aksi-aksi massa yang mengancam keselamatan regim Husni Mubarak memang telah menjadi pembicaraan masyarakat. Sebelumnya International Network for Rights and Development dan Press TV dari Iran mengungkapkan bahwa tiga pesawat kargo Israel telah mendarat di Bandara Mina Kairo, Sabtu (29/1). Pesawat-pesawat tersebut membawa peralatan anti huru-hara yang digunakan aparat keamanan Mesir.

Israel juga dikabarkan telah mengijinkan militer Mesir untuk mengerahkan pasukan di Semenanjung Sinai untuk mengantisipasi kerusuhan. Padahal berdasarkan perjanjian bilateral Mesir-Israel selama ini Mesir hanya diijinkan membangun pos-pos polisi di wilayah tersebut. Menurut sumber-sumber di Israel, hal itu dimaksudkan untuk mencegah revolusi Mesir.

Selain bantuan militer, Israel dikabarkan juga telah menyatakan kesediaan menerima Mubarak jika Mubarak akhirnya mundur dari jabatan dan melarikan diri dari negerinya untuk menghindari pengadilan. Hal ini disiarkan oleh televisi Al Jazeera akhir bulan Januari lalu mengutip sumber dari kedutaan besar Mesir di Israel. Menurut televisi Al Jazeera sekutu utama Mubarak di dunia Arab, Saudi Arabia, menolak jika Mubarak melarikan diri ke negeri tersebut sebagaimana pendahulunya yang terlebih dahulu tumbang dari kekuasaannya, presiden Tunisia Ben Ali.

Sementara itu dua orang anak Mubarak, Gamal dan Aala, dikabarkan media-media massa barat dan Timur Tengah telah melarikan diri ke Inggris beserta keluarga mereka. Menurut media-media massa Inggris, Gamal (46 th) dan Aala meninggalkan Kairo beserta keluarganya dengan membawa sejumlah besar emas dan mata uang asing.

Gamal adalah kepala politbiro, lembaga tertinggi dalam partai berkuasa National Democratic Party. Menurut berbagai sumber sebenarnya Gamal telah disiapkan oleh Mubarak untuk menjadi penggantinya setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Husni Mubarak sendiri sempat dikabarkan oleh Channel 10 Israeli TV dan dikutip media-media massa lainnya, telah melarikan diri ke Belanda, meski kemudian berita tersebut terbukti tidak benar.



WHATS NEXT?


Saat ini rakyat Mesir dan masyarakat internasional bertanya-tanya, bagaimana kelanjutan aksi demonstrasi besar-besaran menentang Husni Mubarak yang telah berjalan selama sepekan lebih. Tentu saja karena kejatuhan Husni Mubarak merupakan sebuah momen yang sangat penting mengingat posisi Mesir yang sangat strategis sebagai negara terkuat di Timur Tengah yang telah menjadi "pelindung" Israel dari dunia Islam dan menjadi sekutu kuat Amerika. Kejatuhan Mubarak bisa mengubah secara sangat signifikan konstelasi politik di Timur Tengah bahkan global.

Mubarak telah menyatakan baru akan mundur dari jabatannya setelah masa kepresidenannya berakhir bulan September 2011 mendatang. Sementara demonstran tetap menuntut Mubarak mundur saat ini juga.

Berbagai spekulasi telah berkembang seputar perpecahan di tubuh militer Mesir yang merupakan pertahanan terakhir Mubarak. Dikabarkan bahwa militer menolak perintah Mubarak untuk bertindak keras terhadap para pengunjuk rasa. Sebaliknya Mubarak masih mendapat dukungan kuat dari kalangan elit, angkatan udara dan kepolisian. Yang terakhir ini bertanggungjawab atas tewasnya ratusan pengunjukrasa sehingga kehadirannya telah dianggap sebagai musuh demonstran sehingga kini mereka tidak lagi tampak di jalanan.

Amerika dan negara-negara Uni Eropa sendiri telah mendesak Mubarak untuk mengakhiri kekuasaannya dan melakukan transisi kekuasaan secara damai. Amerika bahkan telah mempertimbangkan untuk menghentikan bantuan ekonominya setelah Mubarak menolak mundur.

Meski mencoba bertahan dengan mengerahkan preman dan aparat keamanan yang masih setia padanya yang bertindak brutal, kejatuhan Mubarak hanya masalah waktu. Jika para pendemo konsisten melakukan aksinya, setelah beberapa hari mendatang militer akan jenuh dan harus mengambil keputusan: membela Mubarak dengan membunuhi para demonstran, atau berpihak kepada demonstran dan memaksa Mubarak mundur. Pilihan terakhir adalah kemungkinan terbesar. Mubarak dengan kekuasaannya yang telah berlangsung selama 30 tahun dan di ujung usianya yang telah mencapai 80 tahun lebih, dianggap telah "berakhir" bahkan oleh sekutu-sekutunya sendiri. Nasibnya akan seperti Shah Iran yang harus mengakhiri hidupnya sebagai pelarian tanpa satu negara pun bersedia menjadi pelindungnya. Kecuali Israel, mungkin.

Pameran Teknologi Iran, Tamparan bagi Barat


Satu hal ini saja sudah bisa membuat rakyat Iran bangga: satu-satunya negara Islam (selain Turki mungkin) yang memiliki jaringan kereta api bawah tanah. Tapi rekor itu sudah berumur 30 tahun lebih sejak Iran masih dipimpin oleh Shah Pahlevi. Hal-hal berikut membuat rakyat Iran sangat berhak untuk berbangga dengan negerinya: teknologi superkomputer, teknologi satelit dan roket luar angkasa, nanoteknologi dan bioteknologi seperti tendon buatan. Itu belum semuanya jika ditambahkan teknologi militer Iran terbaru seperti rudal balistik, peluru kendali, terpedo supersonik, speedboat berpeluru kendali, pesawat terbang tak berawak dll. Dan tentu saja teknologi nuklir Iran yang kini menjadi perhatian negara-negara internasional.

Semuanya itu, kecuali teknologi nuklir, akan dipamerkan dalam "event" pameran teknologi yang diadakan Iran di Damaskus, Syria, Sabtu (5/2) hingga Rabu (9/2), dalam rangka memperingati ulang tahun Revolusi Iran tahun 1979. Event ini merupakan event tahunan, namun untuk tahun ini memiliki arti tersendiri di tengah sorotan atas pengembangan nuklir Iran: pesan kepada dunia barat bahwa pencarian teknologi, termasuk nuklir, tetap menjadi prinsip dasar negara Iran

"Dukungan pemerintah Iran terhadap sains dan teknologi adalah strategi yang tidak pernah berubah. Ini termasuk teknologi nuklir," kata Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada acara pameran teknologi di Teheran yang digelar bulan lalu. Pernyataan tersebut merupakan pengulangan dari beberapa pernyataan sebelumnya oleh Iran tentang tekad bulatnya untuk tetap meneruskan pengembangan teknologi nuklir.

Pameran teknologi yang akan digelar di Syria juga memiliki arti politik tersendiri lainnya bagi Iran, yaitu pesan kepada masyarakat internasional terutama barat, bahwa sanksi ekonomi yang dikenakan terhadap Iran tidak bisa melumpuhkan kemajuan Iran. Pameran tersebut akan diikuti oleh 120 perusahaan Iran yang bergerak di bidang pengembangan dan aplikasi teknologi termasuk teknologi terbaru satelit dan roket ruang angkasa Iran yang sangat dikhawatirkan barat dan Israel.

Seorang diplomat Iran di Damaskus mengatakan kepada Associated Press bahwa pameran yang pertama kali digelar di luar negeri itu ditujukan kepada dunia internasional bahwa sanksi ekonomi tidak berpengaruh kepada Iran, sekaligus membantah klaim menlu Amerika Hillary Clinton bahwa sanksi ekonomi telah melemahkan Iran.

Ali Reza Khamesian, seorang jurnalis independen koran Melleat-e Ma di Iran mengatakan, pameran tersebut ditujukan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Iran adalah "negara merdeka terkuat di kawasan Timur Tengah".

Setahun yang lalu Iran berhasil meluncurkan roket ruang angkasa yang berisi beberapa binatang percobaan seperti tikus, kura-kura dan cacing. Pada bulan Januari 2009 Iran juga berhasil meluncurkan satelit pertamanya ke orbit. Dalam beberapa minggu terakhir Iran juga telah melaporkan beberapa kemajuan teknoliginya seperti peralatan radiasi gamma untuk keperluan medis serta superkomputer yang diklaim termasuk dalam 500 superkomputer tercepat di dunia.

Wakil Presiden Iran bidang teknologi dan sains, Salar Amuli, mengatakan kepada stasiun televisi negara bahwa superkomputer akan digunakan di berbagai bidang teknologi termasuk nuklir. Di Pulau Kish di Teluk Parsi, sebuah pusat pengembangan bioteknologi Iran kini tengah membuat tendon dan ligamen buatan.

Para pemimpin Iran selalu menekankan sejarah kemajuan bangsa Parsia untuk memberi semangat rakyatnya. Ahmadinejad misalnya, berulangkali menyerukan bangsa Iran untuk meraih kembali kemajuan teknologi yang pernah dicapai Kerajaan Parsia.

"Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Iran adalah pionir dalam kemajuan teknologi," kata Ahmadinejad minggu lalu.



Ref:

Associated Press "Iran tech expo sends defiant message to West"; truthseeker.co.uk; 3 Februari 2011

Sri Mulyani SPG IMF


Pengantar blogger:

Sepak terjang Sri Mulyani sebagai "antek" lembaga-lembaga keuangan asing sudah lama saya curigai. Pernyataannya bahwa dirinya tidak mendapatkan sepersen-pun dari bailout Bank Century beberapa waktu lalu, misalnya, sungguh menggelikan saya. Bagi saya pernyataan tersebut seperti seorang pencuri yang mengatakan tidak menikmati sepersen pun hasil curiannya.

Sebagaimana pernyataan mantan Wapres Jusuf Kalla, kasus Bank Century adalah sebuah aksi perampokan (dan karenanya pemberian bailout kepada bank tersebut adalah sama dengan praktik pemutihan atau "money laundering" yang juga ilegal). Rekomendasi Pansus DPR untuk kasus Bank Century juga sangat jelas menyebutkan kebijakan bailout Bank Century diduga kuat sebagai sebuah kejahatan dan merekomendasikan penyidik untuk mengusut keterlibatan Sri Mulyani dalam kejahatan tersebut.

Kini dugaan tersebut semakin jelas setelah saya melihat berita di situs online Rakyat Merdeka yang menyebutkan Sri Mulyani mendapatkan fee sebesar 1% dari setiap hutang luar negeri Indonesia yang dilakukan pemerintah Indonesia selama ia menjabat sebagai menteri keuangan di masa kepresidenan SBY. Selama periode pertama pemerintahan SBY hutang luar negeri Indonesia bertambah sekitar Rp400 triliun dan tahun pertama periode kedua pemerintahannya hutang luar negeri Indonesia bertambah sekitar Rp80 triliun. Jika asumsi fee 1% itu benar, maka Sri Mulyani mendapat fee sebesar Rp 4,8 triliun. Cukup untuk menjadikannya sebagai salah seorang terkaya di Indonesia. Benar kalau Gayus Tambunan mengatakan ia hanya ikan teri dan masih ada ikan kakap dan pausnya.

Berikut adalah berita dari situs Rakyat Merdeka yang saya copaskan di blog ini:



Golkar: Ternyata Sri Mulyani Jadi SPG untuk IMF
Selasa, 01 Februari 2011 , 16:27:00 WIB

Laporan: Yayan Sopyani Al Hadi


SRI MULYANI/IST


RMOL. Kebobrokan ekonomi Indonesia disebabkan karena tim ekonomi SBY menggadaikan kekayaan Indonesia ke pihak asing. Pernyataan itu disampaikan aktivis Justiani atau Liem Siok Lan dalam diskusi yang digelar Sabang Merauke Circle (SMC) hari Senin lalu (31/1).

Pernyataan Justiani ini didukung oleh anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo. Menurut Bambang, komitmen kerjasama pemerintah Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF) telah disalahgunakan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk memperkaya diri sendiri. Karena itu, semua komitmen antara Indonesia dan IMF yang belum direalisasikan harus dikaji ulang. Di samping itu, sebuah penyelidikan independen harus dilakukan untuk menghitung kerugiaan yang diderita negara akibat kesepakatan fee antara IMF dengan Sri Mulyani.

"SMI ternyata merangkap sebagai SPG atau sales promotion girl-nya IMF, karena mendapat fee sebesar 1 persen dari setiap pinjaman," kata Bambang kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Selasa, 1/2).

Dengan demikian, lanjut Bambang, Sri Mulyani yang kini bekerja di Bank Dunia patut diduga melakukan abuse of power karena memanfaatkan jabatan untuk mencari penghasilan tambahan dengan berperan sebagai SPG bagi IMF. Sri Mulyani lah yang berperan menentukan volume pinjaman, dari mana pinjaman diperoleh dan tentu saja tingkat bunga utang.

"Modus itu jelas koruptif, karena tidak ada ketentuan perundang-undangan yang membolehkan pejabat negara mendapatkan fee dari setiap negosiasi pinjaman," tegas Bambang. [yan]

Thursday, February 3, 2011

Sertifikat Kelahiran Obama Masih Misterius


Gubernur Hawaii yang baru, Neil Abercrombie, menyatakan bahwa sertifikat kelahiran presiden Barack Obama yang selama ini diklaim Obama dan para pendukungnya, kemungkinan tidak tersimpan di arsip Departemen Kesehatan Hawaii, negara bagian dimana Obama mengklaim sebagai tempat kelahirannya. Hal ini membuat kontroversi seputar legalitas Obama menjadi presiden Amerika berkembang lagi dan memicu kekhawatiran munculnya gerakan-gerakan pembangkangan nasional terhadap pemerintah.

Situs WorldNetDaily baru-baru ini mempostingkan artikel yang menulis kontroversi tersebut. "Gubernur Hawaii Neil Abercrombie mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa sertifikat kelahiran Obama yang dikeluarkan rumah sakit, kemungkinan tidak ada di dalam arsip Departemen Kesehatan Negara Bagian Hawaii. Abercrombie mengatakan kepada Honolulu Star Advertiser bahwa dirinya tengah berusaha mencari dokumen dimaksud untuk membuktian bahwa Obama benar-benar lahir di Hawaii, karena kontroversi yang terus berkembang seputar legalitas kelahiran Obama akan mengganggu kesempatannya mengikuti pemilihan presiden tahun 2012 mendatang. Pada akhir wawancaranya wartawan ("Honolulu Star Advertiser") mengajukan pertanyaan: "Kapan Anda memberikan informasi lanjutan tentang kepastian sertifikat tersebut?" Abercrombie menolak mengatakannya, namun menyadari masalah ini akan membawa konsekwensi politik yang sangat serius ia memberikan jawaban yang ambigu, "we cannot have."

Abercrombie hanya mengatakan kepada Honolulu Star Advertiser bahwa pihaknya telah mengidentifikasi catatan yang belum terspesifikasi jelas mengenai kelahiran Obama. Namun ia tidak mengatakan telah menemukan sertikat kelahiran asli Obama.

Menurut WorldNetDaily, Donalyn Dela Cruz, juru bicara kantor gubernur di Honolulu, berkali-kali menolak permintaan WorldNetDaily untuk mengadakan wawancara dengan gubernur seputar sertifikat dimaksud.

Sejauh ini satu-satunya bukti kelahiran Obama yang diketahui publik adalah
"Certification of Live Birth" (COLB) yang dikeluarkan negara bagian Hawaii yang pertama kali muncul di internet menjelang pemilihan presiden tahun 2008. Namun dokumen tersebut tidak membuktikan bahwa Obama benar-benar lahir di Hawaii, karena dokumen sejenis juga diberikan kepada warga negara Amerika yang lahir di luar negeri. Padahal konstitusi Amerika menyebutkan dengan jelas bahwa presiden Amerika harus warga negara Amerika yang "lahir di Amerika Serikat".

Kecurigaan bahwa Obama tidak benar-benar lahir di Amerika, selain dari beberapa pernyataan orang-orang dekat Obama sendiri, termasuk nenek Obama dari pihak ayah yang warganegara Kenya, yang mengatakan bahwa Obama lahir di Kenya. Selain itu Obama sendiri tidak pernah bisa menunjukkan sertifikat kelahiran yang semestinya dimiliki oleh rakyat Amerika yang hendak mengurus SIM dan passport.

Belum lama ini seorang warga negara Amerika, Letkol Lakin, mengajukan tuntutan hukum agar Obama menunjukkan sertifikat kelahirannya. Namun alih-alih yang bersangkutan justru harus menghadapi tuntutan balik dan kini tengah menjalani persidangan. Obama telah membayar ratusan ribu dolar kepada sebuah firma hukum untuk menuntut semua orang yang mempertanyakan keabsahan kewarganegaraan Obama. Padahal jika ia benar-benar memiliki sertifikat tersebut, ia cukup menunjukkan foto kopinya yang berharga beberapa sen dolar.

Monday, January 31, 2011

Konspirasi Tuhan yang Bekerja


Apa yang tengah terjadi di kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini sungguh mencengangkan saya. Saat harapan melihat perdamaian yang adil di kawasan tersebut nyaris hilang dan kekuatan jahat Israel dan kroni-kroninya semakin merajalela, titik balik telah nampak saat ini. Mesti tanda-tandanya telah dimulai sejak kalahnya Israel oleh Hizbollah tahun 2000 dan 2006, momentum itu dimulai dengan tumbangnya regim korup Ben Ali di Tunisia, kemenangan kubu anti Israel dalam pemilihan perdana menteri perdana menteri Lebanon, dan kini kita menyaksikan rakyat di berbagai negara timur tengah bangkit dari tidur lamanya menuntut hak-haknya dan berupaya menumbangkan penguasa-penguasa tiran dan para pengkhianat perjuangan rakyat Palestina di Mesir, Aljazair, Yaman dan Yordania.

Semua itu masih ditambah lagi dengan kabar terbongkarnya konspirasi jahat Otoritas Palestina serta isu perpecahan di kerajaan Saudi Wahabiah yang dipicu sakit kerasnya raja Abdullah yang tidak kunjung sembuh. Selama ini kedua regim tersebut dikenal kuat sebagai pengusung kepentingan Israel-Amerika di Timur Tengah.

Benar memang firman Allah dalam Qur'an yang suci: Orang-orang musrik membuat rencana (konspirasi) dan Allah pun membuat rencana (konspirasi). Tapi Allah adalah pembuat rencana (konspirator) terbaik.

"Kau ... (Mahmoud) Abbas (pimpinan Otoritas Palestina), Erekat (ketua tim perunding Palestina) ... pengkhianat rakyat sendiri. Kami telah mencurigai kalian sejak lama, tapi kini kami mendengar sendiri dari "mulut kuda". Kalian harus disingkirkan dari muka bumi. Rakyat Palestina harus bersatu, bangkit dan membangun momentum dan melindas pengkhianat Otoritas Palestina. Inilah saatnya. Semakin lama ditunda, semakin banyak Israel mencuri tanah Palestina. Perlawanan, adalah solusi satu-satunya!"

Demikian komentar pengunjung situs almanar.com.lb dari Australia. Warga Palestina tentu jauh lebih marah lagi dengan ulah para pemimpin Otoritas Palestina yang telah mengkhianati rakyatnya, dan hampir dipastikan tidak lama lagi kita akan menyaksikan para pemimpin korup itu akan menyusul Ben Ali sebagai buronan.

Baru-baru ini televisi Al-Jazeera dan surat kabar Inggris Guardian mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia yang menunjukkan adanya persengkongkolan antara Otoritas Palestina (OP) pimpinan Mahmoud Abbas dengan Israel demi keuntungan Israel dan mengorbankan rakyat Palestina. Persengkongkolan tersebut di antaranya "menyerahkan" Jerussalem Timur kepada Israel serta pembunuhan politik warga Palestina yang memusuhi Israel.

Dokumen-dikumen “Palestine papers” untuk mengungkapkan bahwa Israel dan OP mengadakan beberapa pertemuan membicarakan masalah keamanan. Salah satu dokumen menunjukkan bagaimana Israel dan OP merencanakan pembunuhan atas komandan Brigade al-Aqsa, salah satu organisasi pejuang Palestina yang masih menganut kebijakan perlawanan bersenjata melawan Israel.

Dokumen lainnya menunjukkan bagaimana pada tahun 2005 menteri pertahanan Israel Shaul Mofaz meminta OP membunuh Hassan al-Madhoun, komandan militer Hamas. Kala itu menteri dalam negeri OP Nasser Yusuf menjawab bahwa perintah pembunuhan telah diberikan kepada komandan militer OP di Gaza, Rashid Abu Shabak. Beberapa minggu kemudian, tgl 1 November 2005, Al-Madhoun tewas diserang tentara Israel bersama komandan Brigade Al-Qassam, Fawzi Abu al-Qarea.

Dalam dokumen tertanggal 17 April 2009, ketua tim perunding Palestina, Saeb Erekat, dilaporkan mengatakan kepada pejabat kementrian luar negeri Amerika: "Kami harus membunuh beberapa warga Palestina demi mewujudkan satu pemerintahan, satu senjata dan satu perangkat hukum."

Dokumen-dokumen lainnya menunjukkan OP menawarkan beberapa konsesi yang menguntungkan Israel dan merugikan Palestina, meski tawaran itu masih dianggap kurang oleh Israel dan ditolak. Beberapa konsesi itu adalah:

1. Penawaran secara resmi kepada Israel untuk menganeksasi semua pemukiman yahudi di Jerussalem Timur kecuali satu pemukiman.

2. Pembentukan panitia internasional untuk mengambil alih Haram Al-Sharif (kompleks Majidil Aqsa).

3. Membatasi hak kembali rakyat Palestina sampai maksimal 100.000 orang dalam jangka waktu 10 tahun.

establishing a special unit of Palestinian security forces to battle
4. Pembentukan satuan khusus “anti-terroris” yang bekerja di bawah kendali Israel.

5. Pertemuan antara Erekat dan seorang Jendral Amerika, Keith Dayton dengan permintaan Erekat agar Dayton meminta Israel untuk membatasi invasi hanya ke beberapa kota Palestina, sehingga OP bisa mempertahankan kewibawaannya di mata rakyat. Dayton kemudian menjanjikan invasi Israel akan dilakukan di malam hari untuk tidak menghancurkan kewibawaan OP di mata rakyat Palestina.

6. Perdana menteri OP Salam Fayyad menentang pembukaan blokade atas Gaza, karena takut memberi kesan kemenangan Hamas yang berkuasa di Gaza.

7. OP mempertimbangkan rencana yang diajukan Inggris untuk menutup terowongan di perbatasan Gaza-Mesir.

Dokumen-dokumen rahasia tersebut di atas mulai dipublikasikan Al-Jazeera dan Guardian hari Minggu (23/1) berjumlah lebih dari 1,600 dokumen yang kebanyakan berisi perundingan OP-Israel.

Salah satu dokumen yang mengejutkan adalah pengakuan Saeb Erekat bahwa OP terpaksa membunuhi rakyat Palestina sendiri agar dianggap masih memegang kontrol pemerintahan di wilayah yang dikuasainya. Erekat mencontohkan insiden Qalqilyah dimana polisi OP menyerang para aktivis Hamas yang menewaskan 6 aktivis Hamas dan 2 perwira polisi OP.

Menanggapi bocoran dokumen rahasia tersebut, pada hari Selasa (25/1) Erekat menuduh Al Jazeera telah melakukan "kampanye fitnah terbesar dalam sejarah jurnalisme”.

Namun semua "kebusukan" Otoritas Palestina tersebut masih belum seberapa dengan dugaan kuat keterlibatan mereka dalam konspirasi pembunuhan pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang tidak pernah mau berkompromi dengan Israel dalam masalah Yerussalem. Suatu saat konspirasi tersebut akan terbongkar juga oleh "mulut kuda".

Tanpa Mesir, Israel Pincang


Nasib penguasa Mesir Husni Mubarak yang tengah di ujung tanduk karena demo besar-besaran rakyatnya yang menuntutnya mundur membuat Israel dilanda kekhawatiran yang sangat serius. Mesir di bawah Mubarak, bersama Saudi Wahabiah, tidak bisa dibantah merupakan sekutu strategis Israel yang sangat vital bagi kepentingan Israel. Kesetiaan keduanya kepada Israel telah terbukti sangat kuat. Buktinya mereka diam seribu bahasa saat Israel menyerbu Gaza dan membunuhi rakyat Palestina di depan mata awal tahun 2009 lalu. Hanya Iran dan Hizbollah serta aktifis kemanusiaan yang secara diam-diam maupun terang-terangan membantu rakyat Gaza saat itu di tengah-tengah ketidak berdayaan negara-negara di dunia menghadapi Israel. Hizbollah bahkan sempat menembakkan roketnya ke Israel sebagai bentuk dukungan moril kepada rakyat Gaza meski harus menghadapi kecaman dari pemerintah Lebanon sendiri yang khawatir Israel akan membalas menyerang Lebanon. Sementara para ulama wahabiah justru melarang jihad ke Palestina.

Satu lagi sekutu kuat Israel di Timur Tengah, yaitu Turki, sejak setahun yang lalu telah "memutuskan" hubungan strategisnya dengan Israel menyusul tragedi kapal Mavi Marmara yang menewaskan 9 penduduk Turki.

Memang masih ada 2 sekutu strategis Israel lainnya, yaitu Jordania dan Otorits Palestina. Namun keduanya tidak sebanding dengan kekuatan Mesir dan Saudi. Apalagi Otoritas Palestina sendiri kini terancam posisinya menyusul terbongkarnya konspirasi jahat mereka bersama Israel terhadap rakyat Palestina sendiri. Sementara demonstrasi anti pemerintahan otoriter yang terinspirasi oleh keberhasilan rakyat Tunisia menurunkan regim Ben Ali dari kekuasaan, kini juga mulai merembet ke Yordania.

Kebijakan politik luar negeri Israel sangat tergantung pada persekutuannya dengan negara-negara tetangganya yang "moderat" seperti Mesir dan Saudi (negara-negara yang berani melawan Israel seperti Iran dan Hizbollah dicap sebagai "radikal", "setan" atau "teroris"). Setelah Perang Suez melawan Mesir tahun 1956, Israel mencari pesekutuan dengan negara-negara tetangganya yang non-Arab seperti Turki, Ethiopia dan Iran yang kala itu dipimpin oleh Raja Shah. Shah Iran kemudian menjadi sekutu kuat Israel yang membanjiri Israel dengan minyak murah dan uang dari perdagangan senjata kedua negara. Inteligen kedua negara bekerjasama bahu-membahu melawan Mesir dan negara-negara Arab lainnya yang kala itu tengah terlibat permusuhan dengan Israel.

Selanjutnya Israel berhasil menggaet Jordania dan Maroko sebagai sekutunya, meski "perselingkuhan" tersebut dilakukan secara rahasia karena takut rakyat kedua negara marah. "Perselingkuhan" serupa juga dijalin dengan pemimpin-pemimpin Kristen Lebanon, terutama keluarga Gemayel.

Pada akhir dekade 1970-an regim Shah Iran sebagai sekutu utama Israel ambruk dan digantikan regim theokrasi Shiah yang sangat anti-Israel, membuat Israel berupaya kuat menggaet Mesir untuk menjadi sekutunya meski harus menyerahkan kembali Sinai yang didudukinya sejak Perang 6 Hari tahun 1967, kepada Mesir. Upaya tersebut berhasil dengan ditandatanganinya Perjanjian Camp David yang harus ditebus dengan nyawa Presiden Anwar Sadat.

Pengganti Sadat, Mubarak, meneruskan kebijakan pro-Israel Sadat, meski di depan publik berusaha tampil tidak terlalu menyolok. Ia misalnya tidak pernah berkunjung ke Israel kecuali saat menghadiri pemakaman PM Israel Yitzak Rabin. Hubungan militer juga tidak terlalu istimewa yang ditandai tidak adanya latihan militer bersama kedua negara. Di tengah masyarakat Mesir yang membenci Israel, terutama karena kekejiannya terhadap rakyat Palestina, membuat hubungan kedua negara hanya dilakukan oleh para usahawan dan pejabat pemerintah.

Namun demikian hubungan dengan Mesir dan juga dengan Saudi, merupakan sesuatu yang sangat vital bagi Israel. Dengan Mesir dan Saudi "dalam genggaman" hampir tidak ada kekuatan Islam yang menjadi penghalang Israel. Mesir adalah negara Arab berbesar dan terkuat secara militer. Sedang Saudi adalah negara kaya dan dihormati karena statusnya sebagai "penjaga tempat suci" (meski status itu sekarang dipertanyakan karena keberadaan pangkalan-pangkalan militer Amerika-Israel di Saudi). Persekutuan tersebut membuat Israel leluasa mengkonsentrasikan pertanahan militernya di front utara berhadapan dengan Lebanon, Palestina dan Syria. Berkurangnya beban militer tersebut memungkinkan Israel meningkatkan perekonomiannya.

Mubarak telah menjadi presiden Mesir sejak Israel dipimpin oleh Menachim Begin, dan masih tetap berkuasa meski perdana menteri Israel telah berganti delapan orang. Ia mempunyai kedekatan pribadi dengan Yitzhak Rabin dan Benjamin Netanyahu. Sejak dua tahun lalu, di tengah macetnya perundingan damai Palestina-Israel serta memburuknya reputasi Netanyahu di mata bangsa-bangsa Arab karena gaya pemerintahannya yang radikal, Mubarak masih bisa bertemu dengannya di Cairo dan di Sharm el-Sheikh.

Kedekatan hubungan kedua pemimpin tersebut didasari pada kekhawatiran bersama terhadap pengaruh Iran yang semakin meningkat serta menguatnya Islamisme di negara-negara Islam, plus kebijakan politik Partai Demokrat di bawah Barack Obama yang menjauhkan diri dari kepentingan kedua negara dan lebih berkonsentrasi di Irak, Afghanistan dan Pakistan.

Jika Mubarak tumbang, Israel harus mencari sekutu pengganti yang "sekelas". Harapan itu bisa disematkan kepada Syria, negara Arab terkuat setelah Irak dan Mesir. Namun tumbangnya pemerintahan Ben Ali dan bakal tumbangnya Mubarak, plus tumbangnya regim oportunis Saad Hariri di Lebanon, memberi peringatan kepada pemimpin-pemimpin Arab untuk tetap memainkan aturan lama: "konfrontasi Arab-Israel" atau kehilangan popularitas dan kekuasaan.

Saturday, January 29, 2011

SANG TERPILIH (23)


"Sri Mulyati is back!" Demikian judul headline sebuah koran nasional Indungsia mencermati kembalinya Sri Mulyati ke kancah politik. Memang paska didapuk George Soros menjadi salah seorang eksekutif IMF, yang bersangkutan belum pernah menampakkan sunggingan senyumnya yang agak agak miring sebelah dan kontur wajahnya yang cenderung "gino" alias gigi nongol sedikit itu.

Tapi mengapa ia dianggap telah "kembali" ke tanah air? Tidak lain setelah para pendukung setianya ramai-ramai membuat sebuah "move" politik dengan melakukan gerakan yang mereka namakan Gerakan Rakyat Anti Mafia Hukum atau Geram. Gerakan ini membonceng isu mafia hukum yang tengah santer menjadi pembicaraan masyarakat Indungsia, sekaligus peringatan pada lawan-lawan Sri Mulati bahwa yang bersangkutan masih memiliki taji dan siap bersaing di dunia politik, khususnya menjelang pemilihan presiden tahun 2014 atau bila mungkin tahun yang dipercepat lagi mengingat popularitas Subagyo yang semakin anjlok dan tuntutan mundur mulai sering disuarakan masyarakat.

Geram dimotori oleh para pendukung Sri Mulyati seperti wartawan senior dan mantan agen utama CIA di Indungsia, Gunawan M Ahmad, dan seorang mantan jubir kepresidenan Miwar Siular. Heloh S Namidub (nama sebenarnya cukup dengan membaliknya menjadi Budiman Sholeh) yang juga mantan wartawan senior dan kini menjadi dirut BUMN strategis tentu saja tidak memperlihatkan diri sebagai pendukung gerakan itu karena telah menjadi bagian dari pemerintahan Subagyo. Apalagi setelah santer terdengar kabar dirinya akan dipromosikan menjadi seorang menteri oleh Subagyo. Namun diam-diam ia tetap menjalin komunikasi intens dengan teman-temannya pendukung Sri Mulyati.

Sri Mulyati dan para pendukungnya merupakan faksi lain bentukan "organisasi" selain faksinya Subagyo, faksi Demokrat Nasional dan faksi-faksi lainnya. Mereka semuanya sengaja didorong oleh "organisasi" untuk saling bersaing memperebutkan kekuasaan untuk mengesankan kepada publik bahwa demokrasi berjalan baik di Indungsia sembari menutup kelompok-kelompok di luar faksi-faksi "organisasi" untuk menikmati kekuasaan. "Organisasi" dan faksi-faksi bentukannya telah menjadi mafia politik Indungsia. Siapapun yang ingin menikmati kekuasaan mau tidak mau harus bergabung dengan mereka. Dengan persaingan-persaingan yang intens dan disorot media massa tersebut juga menjadi daya pengalih perhatian yang sempurna sehingga rakyat tidak sempat menaruh perhatian pada masalah-masalah yang jauh lebih mendasar seperti kemiskinan, korupsi, dan dominasi asing yang semakin rakus mengeruk kekayaan Indungsia.

Para politisi, pakar, ilmuan dan tokoh-tokoh masyarakat yang tergabung dengan faksi-faksi tersebut kebanyakan tidak menyadari bahwa mereka hanya "pion" dalam konstelasi politik, yang setiap saat bisa menjadi "superstar mendadak" atau "dibuang ke bak sampah". Terutama "tokoh baru muncul" dari daerah dan tokoh-tokoh agama. Namun mereka yang sadar akan bermain cantik di dua tiga kaki. Seperti Heloh S Namidub. Jika Subagyo jatuh, ia masih bisa berharap pada faksinya Sri Mulyati.

Meski pemilihan presiden masih tiga tahun lagi, namun popularitas Subagyo yang merosot karena "kemandulannya" sebagai presiden, membuat faksi-faksi saingannya gencar melakukan gerakan penggoyangan terhadap Subagyo. Sedikit banyak mereka berharap Subagyo akan lengser sebelum 2013 dan mereka memiliki kesempatan untuk menggantikannya duduk di kursi kekuasaan. Setidaknya gerakan-gerakan penggoyangan terhadap Subagyo itu bisa dijadikan investasi politik menjelang pemilihan presiden mendatang. Mereka ingin tampak di masyarakat sebagai orang-orang yang peduli dengan rakyat, bangsa dan negara, meski kenyataannya tentu saja tidak.

Adapun isu mafia hukum yang menjadi boncengan faksi Sri Mulyati muncul di awal pemerintahan Subagyo berkat informasi yang dibuka oleh seorang jendral polisi yang kecewa faksinya di kepolisian tersingkir dari kepemimpinan kepolisian. Informasi itu selanjutnya menjadi bola liar yang membongkar jaringan mafia pajak dan mafia hukum di Indungsia yang melibatkan faksi-faksi politik utama Indungsia, termasuk Subagyo. Untuk mengendalikan bola liar tersebut Subagyo membentuk tim pemberantasan mafia hukum. Namun faksi-faksi saingannya berhasil membongkar motif politik di balik tim tersebut, yaitu melindungi keterlibatan faksi Subagyo dalam mafia pajak dan menimpakan kesalahan pada faksi saingannya. Mengetahui motif tersebut faksi-faksi saingan Subagyo pun melakukan langkah-langkah tandingan, di antaranya dengan melakukan berbagai gerakan politik, termasuk menggunakan tangan para tokoh agama. Langkah terakhir mereka adalah menggalang dukungan bagi pembentukan pansus mafia pajak dan mafia hukum yang bila berjalan bisa membongkar keterlibatan Subagyo dalam mafia pajak dan hukum yang berujung pada pamakzulan terhadapnya.

Untuk mencegah hal itu terjadi, Subagyo memerintahkan aparat penegak hukumnya untuk mendahuluinya dengan melakukan penangkapan terhadap beberapa tokoh politik faksi saingan terkait kasus suap pemilihan gubernur bank sentral yang kasusnya sebenarnya telah terjadi beberapa tahun lalu. Subagyo berharap langkahnya itu akan menciutkan nyali pesaing-pesaingnya dan membatalkan pembentukan pansus.

Dengan demikian kasus mafia hukum dan mafia pajak akan berhenti tanpa hasil nyata sebagaimana kasus bank Centurion, menyisakan Jayusman sendirian di dalam tahanan dan membiarkan para pengusaha pengemplang pajak, birokrat pajak, dan para politisi busuk di pemerintahan menikmati puluhan triliun omset bisnis mafia pajak setiap tahun. Para mafia hukum dan mafia pajak akan bernapas lega dan penggung sandiwara politik akan diwarnai dengan lakon baru.


courtesy of http://noenkcahyana.blogspot.com/2011/01/back-up-negara-superkan-gayus.html