Friday, December 13, 2013

LANGKAH ELEGAN IRAN DI TELUK, SINGKIRKAN SAUDI KE PINGGIRAN

Beberapa hal "bodoh" terjadi di dunia beberapa waktu terakhir. Mahkaman Konstitusi kita yang melegalkan universitas asing membuka cabang di Indonesia, obat-obatan di Indonesia yang mengandung babi, pemerintah Bangladesh dan Thailand (menyusul pemerintahan Moersi di Mesir) yang sengaja menciptakan kekacauan daripada memikirkan pembangunan negaranya, presiden Amerika bersama PM Inggris dan PM Denmark yang bertingkah norak dalam upacara pemakaman Nelson Mandela serta kecemburuan ibu negara Michele Obama kepada PM Denmark yang lebih cantik, penerjemah resmi bahasa isyarat pemerintah Afrika Selatan yang ternyata palsu, tabrakan kereta api dengan truk BBM akibat kemacetan di pintu lintasan karena tidak terkendalinya jumlah kendaraan bermotor yang boros energi dan sumber polutan, Dahlan Iskan yang mau membuat jalan tol di atas laut dan membeli peternakan di Australia daripada membangun sendiri industri peternakan di Indonesia, Jokowi jadi kandidat terkuat presiden mendatang, Ariel Noah yang bergandengan tangan dengan Sophia Latjuba, dll. Namun bagi saya semua itu tidak se-menarik informasi tentang Iran berikut ini.

Beberapa waktu lalu saya membaca satu tulisan menarik tentang "serangan cerdas Iran di kawasan Teluk" di situs thetruthseeker.co.uk. Saya sempat berniat menuliskannya di blog ini, namun kesempatan itu hilang karena perhatian saya teralihkan kepada isu-isu lain. Namun setelah melihat artikel senada di Debkafile berjudul "Iran pushes for Saudi isolation in the Gulf amid military buildup in Hormuz", saya harus menuliskannya.

Dua perkembangan terjadi di kawasan Teluk Parsi yang menjadi tanda nyata dari kemenangan diplomatik Iran atas lawan-lawannya terutama Saudi dan Amerika, sekaligus memperkuat pandangan publik bahwa pemerintah Amerika telah mengubah orientasi politiknya terhadap Iran menjadi lebih bersahabat. Satu hal itu adalah kesepakatan Iran dengan Uni Emirat ARab (UEA) tentang pengembalian 3 pulau milik UEA yang diduduki Iran sejak tahun ketika Iran dipimpin oleh regim Shah Pahlevi. Hal lainnya adalah ketidak-hadiran Oman dalam pertemuan puncak negara-negara Teluk Gulf Cooperation Council (GCC) yang digelar di Kuwait minggu ini.

Dengan perkembagan baru ini Iran bisa bernafas lega dari ancaman konfrontasi militer dengan Amerika, khususnya di kawasan Teluk Parsi.

Sultan Oman turut terlibat dalam percakapan telepon antara Presiden Amerika Barack Obama dengan Presiden Iran Hassan Rouhani beberapa waktu lalu yang berujung pada kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara barat dan Rusia serta Cina. Ketidak hadirannya dalam pertemuan puncak GCC menunjukkan bahwa Oman tidak sudi lagi berada di bawah bayang-bayang Saudi Arabia, negara terkuat di antara anggota GCC, dan lebih memilih Iran sebagai "teman". Mereka bahkan sudah berdiskusi tentang "mengisolasi Saudi" dalam kunjungan menlu Iran Javad Zarif ke negara-negara Teluk minggu lalu.

Sejak diduduki Iran tahun 1971 pemerintah UEA secara konsisten mengajukan tuntutan pengembalian 3 pulau miliknya di Teluk Parsia. Namun sebaliknya Iran justru semakin memperkuat kehadiran militernya di Pulau Abu Musa yang dijadikan sebagai pangkalan militer Iran. Iran misalnya telah memasang 500 rudal darat-laut yang memungkinkan Iran menutup Selat Hormuz dengan mudah. Iran bahkan telah menempatkan 10 pesawat tempur SU-25 Frogfoot di sana. Meski demikian, baik Amerika maupun UEA terkesan tidak terusik dengan langkah Iran ini.

UEA dan Iran dikabarkan telah sepakat tentang pengembalian tiga pulau sengketa tanpa mengusik keberadaan pangkalan militer Iran di sana. Tidak hanya itu, keduanya diperkirakan telah sepakat tentang pembagian cadangan minyak yang diyakini berada di ketiga pulau tersebut.


Thursday, December 12, 2013

TENTARA SYRIA REBUT KAWASAN QALAMOUN

Keterangan gambar: Pasukan Hizbollah di Syria.




Dalam banyak peperangan, pada saat-saat terakhir kekalahannya pihak yang terdesak biasanya memilih kawasan pegunungan sebagai pertahanan terakhir. Contohnya, orang-orang PKI menjadikan kawasan pegunungan Malang Selatan sebagai pertahanan terakhir. Sedangkan orang-orang DI/TII menjadikan kawasan pegunungan Merbabu-Merapi, Sumbing-Sindoro, Gunung Slamet dan pegunungan di Tanah Priangan sebagai pertahanan terakhirnya dari serangan militer pemerintah Indonesia.

Demikian juga dalam konflik bersenjata yang tengah melanda Syria. Setelah terdesak di berbagai front seperti Al Qusayr, Sfeira, Homs, Damaskus dan Aleppo, para pemberontak kini menjadikan kawasan Pegunungan Qalamoun di utara Damaskus sebagai pertahanan terakhir mereka. Kawasan inilah yang saat ini mulai menjadi medan perang intensif, sekaligus perlawanan terakhir para pemberontak.

Pada hari Selasa lalu (10/12) militer Syria berhasil merebut kota strategis Nabak di kawasan Pegunungan Qalamoun setelah melalui pertempuran sengit dengan pemberontak yang berusaha mempertahankannya mati-matian. Kini pasukan Syria mengarahkan serangannya ke kota Yabroud di kawasan yang sama setelah sebelumnya berhasil membebaskan kota-kota Deir Attiya dan Qara, selain Nabak. Militer juga berhasil membebaskan jalan raya Damaskus-Homs yang sebelumnya dikuasai pemberontak, memungkinkan suplai logistik ke Syria Tengah kembali lancar.

Kota Yabroud merupakan pertahanan terakhir pemberontak di Qalamoun. Di kota inilah diperkirakan disembunyikannya para biarawan Kristen dari kota bersejarah Maloula yang diculik para pemberontak dari kelompok Al Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaida.


Meski tidak ada pernyataan resmi dari Hizbollah maupun pemerintah Syria, diperkirakan Hizbollah turut berpartisipasi dalam pertempuran di Qalamoun. Media Saudi Al Arabiya akhir Oktober lalu melaporkan bahwa Hizbollah mempersiapkan 15.000 pasukannya untuk melakukan offensif ke Qalamoun, jumlah yang tampaknya dilebih-lebihkan. Berdasarkan laporan media-media Israel yang lebih bisa dipercaya, Hizbollah hanya menempatkan 5.000-an pejuangnya di Syria, dan sebagian dari pasukan itu bahkan sudah kembali ke Lebanon setelah kemenangan dalam pertempuran di Al Qusayr bulan Mei lalu. Selain Hizbollah militer Syria juga dibantu oleh milisi Shiah Irak yang tergabung dalam satuan Brigade Abu al-Fadl al-Abbas dan kemungkinan pasukan Garda Revolusi Iran.



PEJABAT SAUDI-ISRAEL SEMAKIN INTENSIF BERTEMU

Satu delegasi petinggi militer dan inteligen Saudi dikabarkan telah bertandang ke Israel untuk membicarakan "langkah bersama" menghadapi Iran paska penandatanganan perjanjian nuklir Iran beberapa waktu lalu. Delegasi tersebut dipimpin oleh menteri pertahanan Pangeran Salman bin Sultan didampingi 2 petinggi militer Saudi lainnya.

"Pangeran Salman bertemu dengan para pejabat keamanan Israel dan ditemani seorang pejabat tinggi Israel mengunjungi sebuah pangkalan militer Israel," tulis media Palestina Al Manar mengutip "sumber-sumber terpercaya".

Sebelumnya media-media massa juga memberitakan pertemuan intensif kepala inteligen Saudi Pangeran Bandar bin Sultan, yang tidak lain adalah saudara Pangeran Salman, dengan beberapa pejabat penting Israel dan Eropa di beberapa tempat di Eropa dan Israel. Pada tgl 17 November media Inggris The Sunday Times melaporkan bahwa Saudi telah memberi ijin kepada Israel untuk menggunakan wilayah udaranya untuk menyerang Iran.

Menurut laporan media Lebanon al-Hadath pertemuan yang dilakukan Pangeran Bandar terjadi di Tel Aviv dengan dihadiri oleh PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Perancis Francois Hollande. Ketiganya merundingkan strategi bersama untuk mengkonter peran Iran yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah, khususnya setelah kesepakan nuklir Iran dengan negara-negara anggota tetap DK PBB (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, Cina) dan Jerman.

Ketiga pemimpin itu juga menekankan perlunya memperkuat sistem pertahanan Saudi, meningkatkan kerjasama inteligen dan merencanakan manuver militer bersama di Jordania.


REF:
"Syrian Army Eyes Yabroud after String of Battlefield Victories"; almanar.com.lb; 11 Desember 2013
"Saudi delegation visits Israel over Iran: Reports"; Press TV; 11 Desember 2013
"Prince Bandar attends anti-Iran meeting in Israel"; Press TV; 23 November 2013
"Hezbollah deploys 15,000 troops for anticipated Qalamoun battle"; al Arabiya; 31 Oktober 2013

Wednesday, December 11, 2013

AL MANAR DISAYANG, AL MANAR DIKECAM

Bila memperhatikan blog ini lebih detil, akan terlihat telah terjadi perubahan meski tidak terlalu mencolok dalam hal referensi berita politik Timur Tengah. Jika sebelumnya Press TV dan Al Manar menjadi referensi utama, kini muncul referensi baru, yaitu Al Akhbar.

Al Akhbar sama dengan Al Manar, yaitu media massa Lebanon yang menyuarakan aspirasi "Perjuangan" anti-Israel. Bedanya Al Manar adalah media resmi organisasi Hizbollah, sementara Al Akhbar bukan.
Saya melihat dalam laporan-laporannya sebagaimana tampilannya, situs Al Akhbar lebih berkualitas daripada Al Manar.

Tanpa pretensi apapun sayapun mulai menjadikan Al Akhbar sebagai referensi utama menggantikan Al Manar, hingga akhirnya saya mendapatkan fakta yang kurang mengenakkan: Al Manar mengkhianati perjuangan rakyat Bahrain melawan regim totaliter Sunni Wahabi. Selain itu saya juga mendapatkan beberapa informasi menarik yang menyebutkan Al Manar telah kehilangan popularitas karena ketidak-profesionalannya.

Publik Lebanon saat ini dikejutkan dengan kabar tentang permintaan ma'af manajemen Al Manar kepada regim Bahrain atas laporan-laporannya tentang aksi-aksi demonstrasi yang digelar rakyat menentang regim Bahrain. Permintaan ma'af itu disampaikan oleh Al Manar dalam acara tahunan Arab States Broadcasting Union (ASBU) yang digelar di Tunisia baru-baru ini.

Sumber-sumber di dalam ASBU mengkonfirmasi permintaan ma'af tersebut dibacakan hari Sabtu 9 Desember lalu, mencakup janji untuk "lebih obyektif" dalam meliput berita-berita dari Bahrain. Sebagai imbalan pemerintah Bahrain diharapkan membatalkan ancaman penghentian operasional Al Manar di Bahrain. Sumber tersebut menyebutkan permintaan ma'af tersebut dijembatani oleh Sekjen ABSU dalam rangka "menjaga hubungan bersahabat antara negara-negara Arab".


Atas berita yang tidak mengenakkan tersebut Hezbollah segera mengeluarkan klarifikasi yang disampaikan langsung oleh sekjen Hizbollah Hassan Nasrallah yang menyebutkan permintaan ma'af tersebut bukan kebijakan resmi Hizbollah dan diambil sepihak oleh para pemimpin Al Manar. Nasrallah juga menyatakan permintaan ma'af kepada rakyat Bahrain.

"Sikap kami mendukung rakyat Bahrain yang tertindas tidak berubah sama sakali. Penindasan pemerintah terhadap rakyat Bahrain terus berlangsung hingga saat ini, meniadakan hak-hak dasar mereka untuk berpartisipasi dalam urusan politik negara," kata Nasrallah dalam pernyataannya yang disiarkan Al Manar.

Sebaliknya Nasrallah juga mengecam Al Manar yang dianggap kurang intensif memberitakan peristiwa-peristiwa di Bahrain.

"Kami menganggap media (Al Manar) tidak cukup membongkar ketidakadilan yang diterima rakyat Bahrain," tambah Nasrallah.

Bagaimana pun kabar tersebut menimbulkan berbagai spekulasi. Sebagian mengaitkannya dengan perubahan sikap politik Iran terhadap barat menyusul tercapainya kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara anggota tetap DK PBB dan Jerman. Apalagi indikasi kuat telah menunjukkan hal itu, yaitu perubahan sikap media-media yang dekat dengan Iran dalam meliput berita-berita dari Bahrain, seperti "al-Alam". Media ini telah mengurangi intensitas pemberitaan tentang Bahrain.

Tentang menurunnya kualitas Al Manar ini tahun lalu Al Akhbar telah mengeluarkan analisisnya berjudul "Manar TV Loses Its Edge".  Menurut laporan tersebut ada kesengajaan di kalangan internal pemangku kepentingan Al Manar untuk membuatnya terpuruk dengan alasan yang tidak bisa diketahui. Misalnya saja Al Manar tidak mengubah tampilannya layout dan lightingnya selama hampir 20 tahun meski banyak pihak telah menawarkan bantuan cuma-cuma.
 
Al Manar juga mengabaikan isu-isu penting yang semestinya menjadi hak eksklusifnya sebagai media resmi Hizbollah, seperti isu Pengadilan Internasional pembunuhan mantan perdana menteri Rafiq Hariri yang menjerat beberapa personil Hizbollah. Ketika Nasrallah mengumumkan penyelundupan peralatan mata-mata Israel, ia bahkan memberikan hak siarnya kepada media lain, bukan Al Manar. Demikian juga peristiwa penculikan 2 tentara Israel oleh Hizbollah yang memicu perang tahun 2006 tidak diberitakan Al Manar dan justru diberitakan media lain.

Di sisi lain AL MANAR yang mengklaim sebagai penyambung lidah rakyat Lebanon yang pluralis, kini cenderung mengarah sebagai media sektarian. Misalnya saja mereka melarang menayangkan nara sumber dan bintang tamu wanita tanpa hijab dan melarang para host laki-laki berdandan ala barat. Ini berbeda jauh dengan, misalnya, Press TV yang tampil lebih liberal dan modern namun tanpa melanggar norma-norma agama dan kesusilaan.

   

REF:
"Lebanon: Hezbollah Media Apologize to Bahrain Regime"; Bassem Alhakim, Noureddine Baltayeb, Zakia Dirani; AL AKHBAR; 9 Desember 2013
"Manar TV Loses Its Edge"; Zainab Hawi; AL AKHBAR; 14 December 2012
"Manar TV: Hiding the Unveiled"; AL AKHBAR

Tuesday, December 10, 2013

SHINAWATRA, HUN SEN DAN AMERIKA

Sejauh ini regim Shinawatra di Thailand terkesan menjauhi tindak kekerasan. Tentu saja karena mereka khawatir tentara akan berbalik membela rakyat, dan seperti telah terjadi sebelumnya, mengkudeta PM Yinluck Shinawatra sebagaimana PM Thaksin Shinawatra. Namun tidak dengan "tentara bayaran berseragam hitam" yang terdiri dari mantan personil militer sebagaimana telah dituliskan di blog ini, atau pasukan rahasia dari Kamboja.

Jumat malam (6/12), setelah rakyat Thailand di seluruh negeri memperingati perayaan ulang tahun raja, gerombolan bersenjata menyerang para demonstran anti-pemerintah yang tengah menduduki kantor Kementrian Keuangan. Mereka mengendarai sepeda motor, menembakkan senjata dan melemparkan granat. Beberapa demonstran mengalami luka-luka, termasuk seorang di antaranya kehilangan tangannya.

Para demonstran menuntut pemerintah mengadakan penyidikan atas insiden itu. Namun seperti diduga, pemerintah tidak tertarik untuk melakukannya.

Pada malam yang sama, 5 orang warga Kamboja ditangkap massa setelah berusaha membakar tenda berkumpul para demonstran di Monumen Demokrasi, Bangkok. Ketika diinterogasi, mereka mengaku sebagai orang suruhan. Pengakuan tersebut membuka kembali "file lama" tentang hubungan keluarga Shinawatra dengan regim diktator Kamboja, Hun Sen, yang telah diketahui umum di Thailand, namun sengaja disembunyikan media massa dan para "pembela HAM" barat.

Hun Sen adalah diktator yang telah memerintah Kamboja sejak tahun 1985. Namun kekuasaannya baru benar-benar absolut setelah melancarkan kudeta berdarah tahun 1997 yang menewaskan musuh-musuh politiknya. Mereka yang selamat dari pembunuhan, nasibnya berakhir di meja penyiksaan di ruang tahanan.

Pernah menonton film "The Killing Field"? Itu, film peraih Oscar yang menceritakan kekejaman regim komunis Khmer Merah yang telah membunuh jutaan penduduk Kamboja di tahun 1970-an. Hun Sen adalah veteran Khmer Merah. Sejauh ini ia adalah pemimpin paling kejam yang masih bertahan di dunia modern ini. Namun karena dukungan barat, alih-alih menjalani hukuman karena kejahatannya di masa lalu, kekuasaannya seakan tidak tersentuh.

Pada tahun 2008 media Inggris The Guardian menulis artikel tentang Kamboja dengan judul “Country for sale.” Dalam salah satu bagiannya artikel itu menuliskan:

“Hampir separo kekayaan Kamboja telah dijual kepada para spekulator asing dalam waktu 18 bulan terakhir. Dan ratusan ribu rakyat yang selamat dari kekejaman regim Khmer Merah, sekali lagi menjadi orang-orang tuna wisma.”

“Hun Sen dan partainya yang berkuasa Cambodian People’s Party (CPP), telah membuat negaranya terjual. Secara krusial mereka mengijinkan para investor asing untuk memiliki 100% kepemilikan perusahaan-perusahaan di Kamboja yang bisa membeli tanah dan properti, atau kalau tidak menyewanya selama 198 tahun. Tidak ada negara di dunia yang seperti itu (kecuali mungkin Indonesia; blogger). Bankan di Thailand dan Vietnam, dimana spekulasi tanah dan dan praktik-praktik pencarian keuntungan dengan cara instan terus berlangsung, investor asing hanya bisa memiliki saham minoritas.”

"Saat ini, militer Kamboja secara literal telah dijual ke luar negeri yang kini memiliki sejumlah besar tanah sebagai tentara bayaran yang tugasnya menindas oposisi. Tentu saja mengusir jutaan orang dari tanah miliknya dan kemudian menjualnya adalah tindakan kriminal dan kejahatan kemanusiaan, namun anehnya, hal itu tidak pernah diberitakan media massa dan PBB pun terkesan tutup mulut. Sementara Amerika, sejak tahun 2010 telah memulai program pelatihan terhadap para tentara yang terlibat dalam pencurian tanah rakyat yang masih saja berlangsung hingga sekarang."

Amerika membela program latihan "Operation Angkor Sentinel" tersebut:

"Hubungan militer kami adalah tentang ... bekerja ke arah reformasi pertahanan yang efektif, ke arah mendorong hubungan baik antara sipil dan militer yang merupakan esensi dari setiap sitem politik yang sehat."

Meski kehadiran militer Amerika di Kamboja tidak berarti adanya keterlibatan langsung Amerika di Thailand, setiap saat mereka bisa digunakan untuk menjamin kepentingan politik Amerika di Thailand tetap terjaga.

Sebagaimana Hun Sen, Thaksin terlibat dalam pembunuhan massal dan eksploitasi sumber daya domestik bagi kepentingan asing. Namun berbeda dengan Hun Sen, lawan-lawan politik Thaksin lebih kuat, militan, terorganisir, dan masih memegang posisi strategis di lembaga-lembaga negara termasuk militer. Meski kapitalis asing seperti George Soros telah menggelontorkan banyak sumberdaya untuk membangun jaringan LSM pendukung Thaksin, mereka belum mampu menghancurkan tatanan sosial politik Thailand.

Antara tahun 2009 sampai 2010 dan setelah kudeta militer yang melengserkan kekuasaan Thaksin yang korup tahun 2006, banyak para pendukung Thaksin yang mengamankan diri mereka ke Kamboja. Thaksin sendiri juga mendapat perlindungan di Kamboja, bahkan Hun Sen mengangkatnya sebagai "penasihat ekonomi pemerintah".

Di antara pendukung Thaksin yang melarikan diri ke Kamboja adalah Jakrapob Penkair, pemimpin kelompok "kaos merah" yang merupakan pendukung setia Thaksin. Dalam satu artikel di Asia Times berjudul “Plots seen in Thaksin’s Cambodia gambit,” disebutkan:

“Sebelum melarikan diri, Jakrapob mengatakan kepada korespondennya bahwa ia telah menyelundupkan sejumlah besar senjata api untuk pendukung Thaksin di kawasan Timur Laut Thailand dimana popularitas Thaksin sangat kuat. Ia juga mengatakan kepada koresponden lainnya bahwa mereka merencanakan untuk melakukan pemberontakan bersenjata untuk meraih tujuan politiknya, yaitu melengserkan pemerintah dan mengembalikan kekuasaan Thaksin.”

Dengan pengalaman Hun Sen di belakangnya, Thaksin dan pendukung-pendukungnya tentu cukup optimis dengan harapan mereka.

Kekuatan pendukung Thaksin di Thailand sebenarnya diperkirakan hanya 10 ribu hingga 30 ribu orang. Di antara mereka hanya seribuan orang yang diperkirakan bisa direkrut sebagai tentara yang cukup profesional. Selain itu kekuatan Thaksin lainnya yang bisa dimobilisasi hanya sekitar 300 orang tentara penjaga perbatasan dan beberapa ribu personil kepolisian di wilayah pendukung Thaksi. Namun itu pun masih jauh di bawah kekuatan militer Thailand yang anti-Thaksin. Dalam aksi-aksi demonstrasi anti Thaksin tahun 2006 maupun anti Yingluck Shinawatra tahun ini, polisi Thailand menunjukkan ketidak-profesionalannya.

Namun ancaman serius Thailand justru berasal dari pasukan Kamboja yang menyamar. Sebagaimana model Syria, dimana ribuan militan asing yang diorganisir oleh kekuatan-kekuatan asing berusaha menjungkalkan pemerintahan yang syah.



REF:
"Thai regime and connections to Cambodia"; Tony Cartalucci; Veterans Today; 7 Desember 2013

Monday, December 9, 2013

Kronologi Perkosaan Sitok Srengenge Versi BEM FIB UI


Menyoal musibah yang menimpa salah satu keluarga kami, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (BEM FIB UI) dengan ini ingin meluruskan informasi yang saat ini berkembang secara luas. Tulisan ini kami susun  berdasarkan keterangan dari pengacara korban dan beberapa alumni yang terlibat dalam gerakan ini.

Salah seorang mahasiswi FIB UI menjadi korban pemerkosaan secara halus dengan intimidasi  mental oleh seorang seniman bernama Sitok Srengenge. Desember 2012, ia kenal dengan
Sitok sebagai juri salah satu acara melalui hubungan kerja. Maret 2013, Sitok menghubungi korban yang pada saat itu tengah mengerjakan tugas akhir mengenai penelitiaan kebudayaan.

Posisi Sitok sebagai seniman membuatnya berkomunikasi lagi dengan modus membantu pengerjaan tugas tersebut. Sitok mengondisikan dengan berbagai alasan yang ternama sehingga pertemuan berlangsung di kos. Pada kesempatan itulah awalnya Sitok melakukan pelecehan seksual (secara rabaan) secara paksa terhadap korban. Perlu diketahui, korban dikenal sebagai perempuan baik-baik nan lugu yang bahkan belum pernah berpacaran.

Ia juga memiliki trauma masa lalu yang membuatnya mudah terpuruk ketika mendapat tekanan. Ketika mendapatkan pelecehan seksual secara paksa, korban mengalami ketakutan dan trauma yang sangat dalam.

Setelah kejadian, Sitok kembali menghubungi korban. Meski tidak dibalas, tetapi Sitok terus menerus melakukan “teror”. Korban yang sedang dalam kondisi terpuruk tidak punya pilihan
selain berusaha untuk mengakhiri dengan bertemu langsung. Namun, dalam kesempatan tersebut pelecehan seksual meningkat statusnya menjadi pemerkosaan dengan intimidasi  mental. Setelah itu, pemerkosaan dilakukan berulangkali dengan modus yang sama (tekanan mental dan rayuan menjebak).

Beberapa bulan kemudian korban diketahui hamil 4 bulan. Dalam kondisi kebingungan dan hilang arah, korban bercerita kepada salah satu alumni yang juga teman dekatnya. Alumni dan beberapa orang teman selama tiga bulan berusaha menelusuri kejadian sebenarnya. Hal ini berjalan sulit karena trauma korban yang sangat dalam. Belakangan diketahui bahwa korban sempat melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri yang berakhir gagal.

Sitok berkali-kali sulit dihubungi. Ketika dapat dihubungi, jawaban dari Sitok kira-kira adalah permintaan diam dan larangan menyebarkan informasi karena akan merusak nama baik Sitok.

Berdasarkan hal-hal di atas, BEM FIB UI mendukung korban yang masih menjadi bagian dari keluarga besar mahasiswa FIB UI. Perlakuan tidak pantas dan patut diduga sebagai perbuatan pidana asusila serta sikap tidak bertanggungjawab yang dilakukan oleh Sitok karena melukai moral, hak perempuan, masyarakat seni budaya, dan integritas pelaku sebagai seorang seniman yang sejatinya menjadi teladan dan paham akan budaya Indonesia.

Kami mendukung segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh korban sebagai gerakan moral penyadaraan agar tidak ada lagi korban dari kasus serupa di kemudian hari.

Sebagai informasi, selain korban juga ada beberapa orang lain yang didekati oleh Sitok dengan modus yang sama. Di luar sana, entah siapa lagi yang menjadi korban Sitok dan orang-orang yang berperilaku serupa?

Menjawab pertanyaan beberapa pihak yang menanyakan laporan setelah 7 bulan, ada beberapa hal yang harus kembali kami tekankan. Pertama, korban mengalami trauma yang sangat dalam dan hampir tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena keadaan psikologis yang sudah lemah sejak awal.
Korban baru dapat bercerita setelah dorongan selama tiga bulan dari teman dan keluarga. Sitok begitu hebat dan sadisnya mampu membungkam korban hingga trauma. Kedua, secara tegas ini adalah perbuatan asusila, bukan sekadar perbuatan tidak menyenangkan. UU di negeri ini belum cukup kuat untuk melindungi hak perempuan yang terlukai.

Ketiga, secara norma, perbuatan ini telah melampaui batas, seorang seniman yang telah berumur melakukan pemerkosaan dengan kekerasan mental kepada perempuan yang seumur dengan anaknya dan melanggar batas norma adat ketimuran.

Terakhir, kami ingin mengajak seluruh mahasiswa untuk mendukung korban yang masih merupakan bagian dari keluarga di kampus dan menuntut Sitok Srengenge untuk bertanggungjawab. Fokus kita bukanlah pada identitas korban, tetapi pada kejahatan pelaku. Ini adalah gerakan moral untuk menyadarkan pelaku dan beberapa budayawan lain yang mempunyai perilaku sama. Ini juga merupakan gerakan untuk menghindari perilaku kekerasan terhadap kaum perempuan yang masih sering terjadi di negeri ini. Ini adalah gerakan untuk melawan tindakan yang berlawanan dengan intektualitas kita.

Ini adalah saat kita untuk bicara kebenaran.

Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UI



Keterangan: Dicopas dari beritajatim.com; Minggu, 1 Desember 2013

SISI GELAP MANDELA

 "AFRIKOM (organisasi kerjasama keamanan negara-negara Afrika) didisain untuk menjinakkan benua ini sebelum dimulainya operasi para bankir global yang dijalankan oleh Bank Dunia dan IMF. Misi AFRIKOM ditegaskan oleh Vice Admiral Robert T. Moeller di Fort McNair pada tgl 18 Februari 2008, ketika ia mendeklasikan prinsip dasar dari AFRICOM, yaitu menjamin "arus bebas sumber daya alam Afrika ke pasar global."
(Mandela Love Fest Ignores Dark Side of Legacy; Prison Planet.com)

Apakah Anda sudah membaca buku biografi Mandela? Apakah Anda mengetahui siapa sebenarnya orang-orang dekat Mandela seperti Joe Slovo dan Arthur Goldreich serta istrinya, Winnie Mandela? Dan tahukah Anda bahwa Mandela pernah ditetapkan sebagai teroris oleh beberapa negara termasuk Amerika?

Baik, saya sebutkan sebagian kecil saja. Joe Slovo dan Arthur Goldreich adalah orang-orang yahudi "progressif radikal". Keduanya bersama orang-orang yahudi Afrika Selatan lainnya menggunakan bendera "komunisme" untuk mengendalikan Mandela dan perjuangannya. Goldreich bahkan pernah bergabung ke dalam organisasi teroris yahudi "Haganah" selama Perang Arab-Israel pertama tahun 1940-an, membunuhi dan mengusir orang-orang Arab Palestina dari negerinya sendiri.

Ketika Mandela, Joe Slovo dkk. ditangkap dalam satu aksi penangkapan yang bersejarah di Rivona tgl 11 Juli 1963, mereka tinggal di peternakan milik keluarga Arthur Goldreich yang sewanya dibayarkan oleh partai komunis Afrika Selatan pimpinan Joe Slovo. Dana operasional parti komunis itu, sebagaimana partai-partai komunis lainnya di seluruhy dunia, tentu saja berasal dari dompet para bankir yahudi dunia.

Bagi Anda yang "terkejut" dengan fakta-fakta ini, silakan lihat artikel New York Times ini (http://www.nytimes.com/2011/05/27/world/africa/27goldreich.html?_r=0)


Ya, Mandela ternyata hanya "kaki tangan" orang-orang yahudi. Tapi biarlah, itu urusan pribadinya. Setidaknya ia telah berjasa mempopulerkan batik Indonesia ke dunia internasional.

Oh, ya. Tentang Winnie Mandela, ia adalah kriminal yang dihukum karena memerintahkan pembunuhan terhadap seorang pria "simpanan"-nya yang dipelihara selama ia berpisah dengan Mandela.

"Dengan "kalung" kami, kami akan membebaskan negeri kami," kata Winnie Mandela dalam wawancara dengan media Inggris Guardian bulan April 1986.

"Kalung" yang dimaksud Winnie adalah ban kendaraan yang telah direndam ke dalam minyak dan dikalungkan di leher seorang musuh yang tertangkap. Selanjutnya ban itu dibakar dan secara perlahan-lahan, namun dengan penderitaan yang luar biasa, membunuh orang itu dalam waktu sekitar 15 menit. Tentu saja kala itu praktik itu lebih banyak diterapkan Mandela dan kawan-kawannya kepada musuh-musuh sesama kulit hitam daripada terhadap musuh kulit putihnya, karena kalau tidak, maka orang-orang kulit putih di Eropa dan Amerika akan marah dan membuat berantakan "Proyek Mandela".

Namun Mandela bukan tanpa kekerasan sama sekali terhadap orang-orang kulit putih. Pada tgl 20 Mei 1983, organisasi militer partai bentukan Mandela, ANC, meledakkan bom mobil di kawasan Nedbank Square, Church Street, Pretoria. Bom itu menewaskan 19 orang dan melukai 217 orang lainnya yang sebagian besar adalah warga sipil tak berdosa.

Dan inilah laporan BBC tentang peristiwa itu:

"Asap tebal membumbung tinggi ke angkasa sementara serpihan bom dan mayat-mayat bergelimpangan di lokasi ledakan. Diketahui bom telah diletakkan di dalam mobil Alfa Romeo biru di luar gedung bertingkat yang menjadi markas AU Afrika Selatan. Bom meledak pada saat jam sibuk ketika ratusan orang pulang kerja di akhir minggu. Pecahan kaca dan benda-benda metal beterbangan ke angkasa ketika bom menghancurkan kaca-kaca bangunan. Banyak pejalan kaki yang terpotong anggota badannya oleh pecahan kaca, sebagian lainnya meninggal karena kehabisan darah."

Kini, setelah Mandela meninggal, keberadaannya digantikan oleh AFRIKOM.



REF:
"Mandela Love Fest Ignores Dark Side of Legacy"; PrisonPlanet.com; 6 Desember 2013

"Arthur Goldreich, a Leader of the Armed Fight to End Apartheid, Dies at 82"; DOUGLAS MARTIN; New York Times; 27 Mei 2011

HANYA DI SYRIA (2)

Sebagian isi dari tulisan di bawah ini pernah saya tuliskan dalam postingan terdahulu dengan judul "HANYA DI SYRIA". Namun untuk lebih "menjernihkan" lagi pandangan kita tentang Syria, ada baiknya saya postingkan tulisan ini yang saya translasikan dari tulisan yang beredar di media jejaring sosial.


***

Perkenankan saya menyampaikan kepada Anda tentang negeri Syria tercinta. Syria negeri melati dan mawar yang baunya akan terasa saat Anda berjalan di jalanan kota tua Damaskus, kota tertua di dunia.

Syria negeri damai dan harmonis. Syria negeri peruntungan dan kenabian. Syria rumah bagi Jesus (kaum Kristen) dan Mohammad (umat Islam). Syria negeri dimana gereja dan masjid berdiri berdampingan. Syria negeri dimana pemimpin umat Islam mempunyai penasihat seorang Kristen.

Syria negeri dimana sejarah manusia berawal dan dimana sejarah akan berakhir.

Syria negeri yang penuh dengan kemurahan hati dan keramah-tamahan. Syria negeri dimana semua tamu disambut dengan ramah tamah. Syria adalah negeri yang dipenuhi dengan senyuman tulus, jabat tangan dan berbagai undangan yang diterima siapa saja yang berkunjung.

Syria adalah kesegaran, makanan segar, udara segar, air segar, dan senyuman segar!!!

Syria juga negeri "sarang singa", rumah dari pemimpin muda yang berpendidikan, baik hati, berani, pecinta perdamaian, patriot, terpercaya dan terhormat yang bernama Dr. Bashar Al Assad ... !!! Pemimpin yang telah membangun Syria, memajukan pendidikan, memerangi buta huruf, yang membebaskan biaya-biaya pendidikan, yang membebaskan biaya-biaya pengobatan, yang meningkatkan belanja negara dari 43 miliar pound Syria menjadi lebih dari 1 triliun pound syria dalam waktu 10 tahun, pemimpin yang meningkatkan upah minimal buruh dari 3.500 pound Syria menjadi 15.000 pound Syria per-bulan.

Syria adalah negara yang bebas hutang, negara yang secara keseluruhan mampu memenuhi semua kebutuhannya, mulai dari barang-barang rongsokan hingga kendaraan, makanan dan produk-produk lainnya.

Syria adalah satu dari sedikit negara di dunia dimana Anda bisa membeli roti dan bensin dengan harga 1/3 dari biaya produksinya.

Demi Tuhan, inikah negeri yang pantas untuk dihancurkan? Inikah negeri yang pemimpinnya harus diperangi?

Untuk Anda semua dimana saja, bukalah mata dan pikiran Anda. Setelah semua keterangan ini, apakah Anda hidup di negara yang lebih baik dari Syria? Dan apakah pemimpin Anda lebih patriotik dan penyayang daripada pemimpin kami?

Saya pastikan, tidak!

Sebenarnya pemimpin Anda-lah yang seharusnya mundur, atas semua kejahatan yang telah dilakukannya kepada Anda semua: kondisi ekonomi Anda dan reputasi internasional negara Anda.

Jadi bangunlah dan lakukan sesuatu untuk negara Anda dan diri Anda sendiri. Ini adalah Damaskus, negeri sarang singa. Jadi jauhkan tangan kotor Anda dari kami.

(Qussay)

BAGAIMANA SETELAH SYAHIDNYA LAQQIS?

Dunia menantikan apa yang akan dilakukan Hizbollah setelah salah seorang komandan terpentingnya, Hassan Hawlo al-Lakiss, tewas dalam aksi penembakan minggu lalu. Namun dari cara bagaimana Hizbollah memperlakukan jenazah pahlawannya yang serba cepat dan terbuka, kita bisa berharap pembalasan Hizbollah akan dilakukan secara cepat dan "terbuka" juga.

Siapa yang berkepentingan dengan pembunuhan Laqqis? Saudi atau mungkin kelompok-kelompok Sunni Lebanon tentu sangat senang dengan pembunuhan Laqqis. Namun mereka tentu saja tidak memiliki kemampuan, apalagi keberanian untuk melakukannya. Hanya Israel yang paling mungkin sebagai pelaku pembunuhan itu, meski menlu Israel telah membantah keterlibatan Israel dalam pembunuhan itu.

Paska "rujuknya" Amerika dengan Iran yang ditandai dengan percakapan telepon Barack Obama dengan Rouhani dan disusul dengan ditanda tanganinya Perjanjian Nuklir Iran oleh Iran dengan negara-negara anggota tetap DK PBB plus Jerman baru-baru ini, para pejabat Israel dan Saudi meningkatkan intensitas pertemuan antar mereka untuk menyatukan "front" dalam menghadapi Iran. Terakhir dikabarkan Saudi dan Israel tengah mendesak Amerika untuk menyetujui rencana baru atas Syria, yaitu offensif militer besar-besaran dengan menggunakan kekuatan Islamic Front, kelompok baru gabungan beberapa kelompok pemberontak yang terdiri dari kelompok-kelompok sekuler Free Syrian Army dengan kelompok pemberontak Islam non-Al Qaida seperti Ikhwanul Muslimin.

Saudi dan Israel meyakinkan Amerika bahwa proyek baru ini hanya membutuhkan dana $6 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan proyek perang Amerika di Irak dan Afghanistan yang mencapai triliunan dollar. Meski belum ada kepastian dukungan Amerika yang telah terikat komitmen dengan Rusia untuk menggelar perundingan Genewa II untuk menyelesaikan konflik Syria, proyek ini telah diperkuat dengan adanya kesepakatan penjualan 16.000 rudal anti-tank Amerika kepada Saudi baru-baru ini. Jika terlaksana, ribuan rudal itu dipastikan akan mengalir ke tangan pemberontak Syria.

Untuk sementara, sembari menunggu kepastian dukungan Amerika, Israel pun memerlukan diri untuk menunjukkan keseriusannya kepada Saudi dan sekutu-sekutu regionalnya, yaitu dengan membunuh Laqqis.

"Kami bersamamu di medan perang, tidak hanya retorika," demikian pesan Israel kepada Saudi melalui pembunuhan itu. Pembunuhan itu sekaligus memberi pesan kepada Amerika bahwa Israel tidak akan pernah bisa menerima adanya perdamaian dengan Iran dan gerakan "Perlawanan". Adapun kepada Hizbollah dan Iran, Israel ingin memberi pesan bahwa mereka masih bisa melakukan "pukulan keras" mesti tanpa didukung Amerika.

Kini kita hanya bisa menunggu, balasan apa yang akan dilakukan Hizbollah. Saya lebih suka Hizbollah membalasnya dengan cara elegan, bukan pengecut seperti dilakukan Israel dan cecere-nya. Misalnya, menyerang pangkalan militer Israel dengan drone siluman buatan Iran.



REF:
"Lebanon: Hezbollah Will Respond to Assassination"; Ibrahim al-Amin; AL-AKHBAR; 5 Desember 2013

Saturday, December 7, 2013

HIZBOLLAH KEMBALI KEHILANGAN KOMANDANNYA

Siapa bilang perang antara Hizbollah dengan Israel sudah berakhir? Menyusul syahidnya beberapa komandan tempur Hizbollah sebelumnya termasuk Ghalib Awali tahun 2004 dan Imad Mughniyeh tahun 2008, yang diyakini karena aksi inteligen Israel dengan kaki-tangan Arab-nya, Hizbollah kembali harus kehilangan salah seorang komandan tempurnya, Hassan al-Laqqis. Adapun pelaku pembunuhan diyakini sama, yaitu inteligen Israel dan kaki tangan Arab-nya.

Pada Rabu tengah malam (4/12) penduduk dan penjaga keamanan kompleks perumahan "Shaheen" di distrik St. Therese yang berada di kawasan Hadath di tenggara Beirut, dikejutkan oleh suara kaca pecah yang cukup keras. Beberapa orang langsung menuju ke lokasi munculnya suara dan beberapa di antara mereka sempat melihat 2 orang melarikan diri dari lokasi. Beberapa saat kemudian mereka melihat seseorang tergeletak di belakang kemudi mobilnya bergelimang darah oleh 5 tembakan pistol berperedam suara. Namun mereka tidak mengetahui bahwa orang itu adalah orang yang paling berperan membuat Hizbollah berhasil mengalahkan Israel dalam perang tahun 2006.

Laqqis adalah komandan "pertahanan udara" Hizbollah dan salah seorang yang paling berjasa mengembangkan kemampuan "perang elektronik" Hizbollah yang terbukti mampu mengimbangi dan bahkan mengalahkan kemampuan Israel yang telah diakui kehandalannya di seluruh dunia. Selain rudal-rudal yang sulit diketahui Israel, berkat Laqqis Hizbollah juga berhasil membangun jaringan komunikasi sendiri yang tidak bisa disadap Israel. Karena peran yang dimilikinya itulah maka Laqqis menjadi target utama pembunuhan oleh inteligen Israel setelah Imad Mughniyeh yang tewas dibunuh agen-agen Israel di Damaskus tahun 2008. Beberapa upaya pembunuhan oleh Israel tentu saja sudah dialami oleh Laqqis.

Menurut beberapa laporan Israel telah berulangkali melakukan usaha pembunuhan yang gagal terhadap Laqqis, termasuk pemboman langsung terhadap kompleks perumahan di Jalan al-Hajjaj di Chiyah, tempat dimana diyakini Laqqis berada ketika perang tahun 2006 tengah berlangsung. Namun pembunuhan kali berbeda dengan pembunuhan-pembunuhan pemimin Hizbollah sebelumnya yang dilakukan secara "tersamar" dan tidak langsung seperti menggunakan bom mobil atau serangan udara, namun kali ini sangat "kasar", yaitu ditembak langsung.

Sebagai catatan, dalam aksi pemboman di Chiyah tersebut di atas seorang anak Laqqis tewas bersama 40 orang lainnya. Adapun Laqqis hanya mengalami luka-luka setelah mobil yang dikendarainya diserang pesawat-pesawat Israel di jalan bebas hambatan Camille Chamoun.

Berdasar pada sikap kehati-hatian dan standar keamanan yang selalu diterapkan Hizbollah terhadap para pejabatnya, kemungkinan hanya inteligen Israel yang memiliki informasi tentang keberadaan Laqqis. Namun dari sifatnya yang mengindikasikan operasi pembunuhan itu sebagai operasi bunuh diri, kemungkinan Israel menggunakan "pasukan berani mati", dan siapa lagi bila bukan orang-orang ekstremis binaannya seperti Al Qaida atau kelompok-kelompok takfiri yang kini tengah berperang di Syria.

“Bisa jadi terdapat koordinasi tidak langsung antara Israel dan agen-agennya, namun bisa jadi juga koordinasi langsung," kata seorang pejabat keamanan Lebanon tentang operasi pembunuhan itu.

Beberapa jam setelah syahidnya Laqqis, Hizbollah secara resmi mengumumkan kematiannya.

"Komandan syuhada Hassan al-Laqqis menghabiskan hidupnya bersama "Perlawanan", sejak masih kecil hingga saat kematiannya. Ia adalah pejuang kreatif yang telah banyak berkorban, seorang pemimpin dan pecinta kesyahidan. Ia adalah ayah dari seorang suhada yang tewas bersama suhada-suhada lainnya dalam perang tahun 2006.”

Hezbollah pun menuduh Israel sebagai pembunuh utama Laqqis.

"Israel telah berusaha membunuhnya berkali-kali di berbagai tempat, dan gagal."


REF:
"Lebanon: Resistance Air Defense Commander Assassinated"; Radwan Mortada; al Akhbar; 5 Desember 2013

PEMERINTAH CHECHNYA BENTUK PASUKAN KHUSUS ANTI-EKSTREMIS SALAFI

Pemerintah Chechnya mengumumkan akan membentuk pasukan khusus untuk menumpas gerakan ekstremisme Pan-Salafis yang dianggap mengancam keamanan Chechnya dan Rusia. Pasukan tersebut kemungkinan akan diterjunkan ke Syria untuk membantu pemerintah menumpas pemberontak yang sebagian besar terdiri dari para ekstremis salafi.

Demikian pengumuman pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov kepada media Rusia, Rabu (4/12). Menurutnya pembentukan pasukan khusus tersebut sebagai respons atas adanya ancaman gerakan ekstremis salafi, terutama setelah munculnya berbagai pernyataan dari pemberontak Syria yang akan berpindah ke kawasan Kaukus Utara setelah konflik Syria berakhir. Menurutnya, baik pemerintah Chechnya maupun Rusia (secara de-facto Chechnya adalah bagian dari Rusia meski sempat memisahkan diri dan membentuk negara merdeka) menganggap ancaman tersebut sebagai sesuatu yang sangat serius.

"Itu sebabnya lembaga penegak hukum Pemerintah mengambil berbagai langkah-langkah ini," kata Kadyrov.

Menurutnya anggota pasukan khusus tersebut akan segera siap untuk campur tangan dalam konflik di Syria jika diberi wewenang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Jika perintah sudah datang dari pemerintah (Putin), pasukan akan siap untuk mulai terjun di Syria," kata Kadyrov.

Sekilas tentang Ramzan Kadyrov. Ia adalah pemimpin Republik Chechnya dan putra dari Akhmad Kadyrov, seorang imam kaum muslimin di Chechnya. Keluarga Kadyrov memihak Rusia pada masa Perang Chechnya II di tahun 1999. Milisi dibawah pimpinannya kemudian dikenal sebagai Kadyrovites.
Ketika menanggapi pertanyaan tentang bagaimana ia akan membalas pembunuhan terhadap ayahnya yang terjadi pada tanggal 9 Mei 2004 dalam sebuah ledakan bom mobil di kota Grozny yang dilakukan oleh milisi-milisi dari gerakan Pan-Salafis, Ramzan mengatakan:

“Saya akan membunuh siapa yang harus saya bunuh. Dan orang-orang di belakang mereka, saya akan membunuh mereka, sampai yang terakhir dari mereka, sampai saya sendiri dibunuh atau dipenjara. Saya akan membunuh mereka selama saya hidup. Aturan yang kuat diperlukan untuk menghadapi mereka (Pan-Salafis). Demokrasi adalah fabrikasi Amerika, Jadi, untuk menghadapi gerakan Pan-Salafis Rusia tidak perlu mematuhi hukum Amerika,” katanya.



REF: RIA Novosti; 4 Desember 2013

Friday, December 6, 2013

ARAB SPRING DAN IRONI PALESTINA


Dunia berduka dengan meninggalnya Nelson Mandela, pemimpin dan pejuang Afrika Selatan yang telah menginspirasi para pejuang anti penindasan dan penjajahan di seluruh dunia. Secara khusus Indonesia juga berhutang kepada beliau yang telah banyak mempromosikan baju batik Indonesia kepada masyarakat internasional.

Kini masih ada satu tempat dimana penindasan dan penjajahan masih kokoh berdiri, yaitu Palestina. Semoga semangat perjuangan Mandela tetap menyinari perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina yang tengah meredup di tengah pengkhianatan saudara-saudara mereka para pemimpin negara-negara Islam.

"Palestina telah menjadi korban Arab Springs!" demikian kata Mahmoud Zahhar, pemimpin kelompok pejuang Palestina Hamas dalam wawancara dengan situs berita online Al Manar baru-baru ini.

Menurut Zahrar apa yang disebut sebagai fenomena Arab Springs telah menimbulkan dampak buruk bagi Palestina karena hanya menimbulkan pertikaian internal di kalangan bangsa-bangsa Arab dan mengabaikan perjuangan Palestina.

Saya (blogger) sendiri berpendapat Arab Springs adalah sebuah konspirasi para zionis internasional dengan tujuan utama menyingkirkan isu Palestina sekaligus mempertahankan kekuasaan zionis internasional atas negara-negara Arab dengan menggunakan boneka baru: Ikhwanul Muslimin, menggantikan boneka lama para pemimpin diktator korup.

Dalam satu wawancara dengan Al Manar beberapa waktu lalu anggota parlemen Inggris yang simpati dengan perjuangan Palestina, George Galloway, mengatakan bahwa pendirian negara Israel di tanah Palestina merupakan hasil dari proyek bersama antara kaum zionis internasional dan imperalisme Inggris.


Palestina sebenarnya bukan pilihan pertama para zionis internasional, namun dipilih karena memiliki akar sejarah dengan agama yahudi. Meski demikian sebagian besar para zionis sebenarnya adalah orang-orang atheis. Adapun alasan kaum imperalisme barat memilih Palestina adalah untuk mengontrol kekayaan alam yang terkandung di kawasan Timur Tengah.

Namun sejak keberhasilan gerakan "Perlawanan" melawan Israel, yang ditandai dengan mundurnya Israel dari Lebanon Selatan tahun 2000, kemenangan Hamas dalam pemilu Palestina dan disusul oleh kekalahan Israel dalam perang melawan Hizbollah tahun 2006, zionisme dan imperalisme barat berusaha mencari cara jitu untuk menghentikan gerakan "Perlawanan" sekaligus mengamankan proyek yahudisasi Palestina oleh Israel, di antaranya adalah penggusuran Masjidil Aqsa.

Menurut Galloway para pemimpin Arab saat ini telah meninggalkan isu Palestina dan lebih memilih untuk saling bertikai sendiri, sekaligus menjadi pelayan bagi kepentingan zionisme-imperalisme barat.

"Apa yang disebut sebagai "musim semi Arab" di Tunisia, Mesir, Yaman, Libya, dan Syria telah menjadi musim dingin bagi Palestina," kata Galloway.

Tentang konflik yang kini tengah melanda Syria, Galloway menyebutkan bahwa konspirasi yang dilakukan zionis bersama imperalis barat serta kaum eksteremis wahabi terhadap Syria telah mengalami kegagalan. Dan hal ini menjadi tonggak baru kemenangan "Perlawanan" terhadap zionisme.

"Setelah perimbangan kekuatan telah bergerak ke arah "Perlawanan", maka zionis akhirnya akan menyerah dan mengembalikan hak-hak rakyat Palestina," kata Galloway.

“Siapa yang berjuang untuk satu gerakan, ia bertanggungjawab atas tindakannya. Masalah utama saat ini adalah pendudukan Israel di Palestina, maka prioritas utamanya adalah membebaskan Palestina. Rakyat di kawasan ini harus saling menjaga hubungan baik dan menjauhi konflik internal," kata Mahmoud Zahhar.



REF:
"Zahhar to Our Website: Palestine Victim of Arab Spring, We Reject Takfiri Trend"; Al-Manar.com; 29 November 2013

"Short Arab Spring Caused Long Palestinian Winter, Resistance Will Restore Rights"; Mohamed Salami; Press TV;  2 Desember 2013

Wednesday, December 4, 2013

"ISIH ENAK JAMAN PAK HARTO, TO?"

Saya adalah salah seorang yang pertama kali bersujud syukur ketika mendengar kabar bahwa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Kabar itu saya dengar dari pernyataan Amien Rais di media televisi, dini hari tanggal tgl 21 Mei 1998.

Saya sudah memimpikan kejatuhan Pak Harto ketika masih duduk di bangku SMP pada dekade 1980-an. Impian itu berdasar pemikiran polos saya sendiri yang mulai berfikir kritis melihat berbagai fenomena sosial dan politik di Indonesia kala itu. Tentang banyaknya korupsi dan sistem kenegaraan yang otoritarian dengan Pak Harto menjadi sentralnya. Semakin bertambah umur pikiran itu pun semakin bertambah kuat, dipupuk oleh berita-berita dan tulisan-tulisan media-media massa yang menyudutkan Pak Harto.

Namun kini pemahaman saya terhadap Pak Harto telah jauh berubah. Jika tgl 21 Mei 1998 saya bersyukur dengan kejatuhan Pak Harto, maka pada hari wafatnya beliau tahun 2008, saya menitikkan air mata. Saya baru saja melihat foto Pak Harto di masa tuanya yang dimuat di buku memoar Probosutedjo berjudul "Saya dan Mas Harto". Betapa sejuk wajahnya. Saya tidak percaya bahwa malaikat akan tega menjebloskannya ke neraka jahanam.

Saya bukan orang yang tidak mengetahui informasi tentang hal-hal yang buruk yang terjadi selama pemerintahan Pak Harto. Tentang pembantaian massal orang-orang PKI akhir dekade 1960-an, tentang kerusuhan Malari tahun 1974, tentang pembunuhan misterius para preman awal dekade 1980-an, pembantaian Tanjungpriok tahun 1984, pembantaian Santa Cruz tahun tahun 1995, dll. Saya juga mengetahui keterlibatan Pak Harto dalam konspirasi asing untuk menjarah sumber daya alam Indonesia paska setelah berhasil "menjatuhkan" Soekarno, terutama melalui penandatanganan UU PMA yang ditandatangani di luar negeri.

Pada tahun 1993 saya bahkan sempat ikut diskusi politik bersama Mohammad Fadjroel, aktifis mahasiswa ITB yang dipenjara regim Orde Baru. Teman satu flat saya adalah salah seorang "dedengkot" SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), organisasi underbow Partai Rakyat Demokrasi (PRD) yang menjadi musuh Pak Harto. Kini teman saya itu bersama satu "dedengkot" SMID lainnya menjadi  staff khusus Presiden SBY, sementara sejawatnya mantan ketua PRD menjadi politisi PDI-P setelah sebelumnya mereka mendapat beasiswa S-2 di Inggris.

Selama saya kuliah hingga lulus tahun 1996, hampir tidak ada hari yang saya lalui tanpa satu diskusi tentang keburukan Pak Harto. Pendek kata, sejak dekade 1980-an hingga 1990-an, pikiran saya dipenuhi dengan gambaran hitam tentang Pak Harto. Tidak heran jika saya berteriak-teriak kegirangan ketika mendengar berita tentang kematian Ibu Tien Soeharto tahun 1995.

Tapi sayangnya, atau syukurnya, saya bisa berfikir dalam banyak perspektif sehingga kini saya bisa memahami berbagai hal negatif yang dituduhkan orang kepada Pak Harto tanpa harus menyalahkan beliau, sekaligus mengetahui kelebihan-kelebihan beliau yang tidak dimiliki para pemimpin lain.

Tentang peran beliau menjatuhkan Presiden Soekarno dan mengijinkan penguasaan sumber-sumber daya alam Indonesia oleh asing, saya memahaminya sebagai satu pilihan terbaik dari yang terburuk. Saat itu Indonesia hanya memiliki 2 pilihan buruk: jatuh ke tangan komunisme atau kapitalisme. Jika pilihan pertama yang terjadi, maka Indonesia akan menjadi seperti Rusia, Cina, Kamboja, Vietnam atau negara-negara komunis lainnya dimana terjadi pembantaian massal yang jauh lebih besar daripada pembantaian terhadap para pendukung PKI.

Dipastikan PKI akan membantai habis kaum agamawan (ulama, santri, pendeta, biarawan biarawati), pegawai negeri, perwira polisi dan tentara, para petani independen (yang tidak bersedia menyerahkan tanahnya kepada pemerintah), kalangan kelas menengah (profesional dan intelektual), dan hanya menyisakan para petani dan buruh yang awam. Belasan atau bahkan puluhan juta rakyat Indonesia akan menjadi korban "pesta persembahan darah" yang digelar orang-orang komunis. Inilah adalah fakta yang terjadi di negara-negara komunis, bukan "teori konspirasi".

Untung ada Pak Harto, seorang jendral dengan jiwa kepemimpinan yang tinggi sekaligus visioner. Bencana kemanusiaan yang sudah di depan mata itu berhasil dicegahnya dengan cara menumpas PKI dan antek-anteknya.


(Bersambung)

BARAT KEJAR KONTRAK-KONTRAK BISNIS BARU DENGAN IRAN

"Jika pertolongan dan kemenangan telah datang dari Allah, kemudian engkau menyaksikan manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah" (QS-An Nasr 1-3).


Itu adalah satu ayat dalam Al Qur'an yang diturunkan setelah kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum musrik Quraisy yang telah menindas mereka selama belasan tahun. Keadaan yang sama kini terjadi dengan Iran setelah berhasil "mengalahkan" Amerika dan negara-negara barat yang telah menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran selama belasan tahun, yang ditandai dengan perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani di Genewa beberapa waktu lalu.

Minggu lalu hotel-hotel di kota Teheran, Iran, penuh dengan tamu-tamu dari mancanegara yang mengikuti efen Economic Cooperation Organization (ECO).

"Di antara negara-negara yang ingin mendapatkan tempat di Iran usai dicabutkan sanksi-sanksi ekonomi adalah Turki, Pakistan, India, Azerbaijan, Afrika Selatan dan negara-negara Amerika Latin," demikian tulis media Israel Haaretz minggu lalu.

Laporan itu juga menyebutkan wakil dari perusahaan-perusahaan barat yang ingin mempelajari kemungkinan investasi baru di Iran. Di antaranya adalah perusahaan minyak raksasa Perancis "Total" yang eksekutifnya mengatakan bahwa perusahaannya akan memperbaharui kontrak-kontrak bisnisnya di Iran. Masih menurut Haaretz, perusahaan Perancis lainnya yang sangat bergairah untuk memulihkan bisnisnya dengan Iran adalah perusahaan otomotif "Peugeot" dan "Citroen".

Menlu Perancis Laurent Fabius baru-baru ini mengumumkan bahwa negaranya akan mencabut sanksi bisnis otomotif terhadap Iran pada pertengahan Desember ini.

"Sejalan dengan perkiraan bahwa penjualan mobil-mobil Perancis ke Iran akan melonjak hingga 500 juta dollar dalam 6 bulan, perusahaan-perusahaan Jerman juga akan berpartisipasi dalam investasi-investasi mendatang. Iran juga akan mengekspor kendaraan-kendaraan buatan domestiknya ke Eropa dan Rusia," tulis Haaretz lagi.

Media Israel itu juga memperkirakan perusahaan raksasa Jerman "Siemens", yang gagal mendapatkan kontrak pembuatan reaktor nuklir Busher di Iran, akan kembali mencari peluang kontrak pembangunan reaktor nuklir lainnya di Iran. Sementara tentang Turki Haaretz mengingatkan pernyataan menlu Turki Ahmet Davutoglu minggu lalu yang mengatakan, "Iran adalah sahabat kami. Hubungan kami dengan Iran saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya."

Davutoglu juga menyebutkan bahwa Turki berniat untuk meningkatkan perdagangan dengan Iran hingga mencapai $30 miliar pada tahun 2015 dan $100 miliar pada tahun 2020. Turki juga berharap ekspor emas ke Iran akan kembali mengalami kenaikan signifikan setelah mengalami kemerosotan tajam dari $6,5 miliar tahun lalu menjadi $1.6 miliar tahun ini. Turki juga berharap untuk meningkatkan impor minyaknya dari Iran
dari 35.000 barret per-hari menjadi 140.000 barrel per-hari. Davutoglu juga menyebut proyek jalan kereta api yang menghubungkan Pakistan, Iran dan Turki.

Menurut laporan selanjutnya perusahaan-perusahaan penerbangan Amerika dan Kanada juga termasuk dalam daftar perusahaan barat yang sangat bergairah untuk kembali berbisnis dengan Iran. Bulan Januari mendatang diperkirakan penerbangan langsung antara Amerika dan Kanada dengan Iran akan mulai beroperasi. Sementara pesawat-pesawat penumpang Iran yang sebagian besar mengalami masalah kekurangan onderdil akibat sanksi barat, kembali bisa beroperasi.

Haaretz menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan Amerika merasa khawatir bahwa mereka mendapat bagian yang kecil dari peluang bisnis di Iran dibandingkan perusahaan-perusahaan negara lainnya.

Sebagaimana diberitakan berbagai media massa, menteri perminyakan Iran baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya telah mengadakan kontak dengan perusahaan-perusahaan minyak dari Italia, Belanda dan Norwegia.

Tentang sikap Saudi Arabia menanggapi perkembangan baru ini, Haaretz menulis:

"Pengalaman-pengalaman masa lalu mengindikasikan bahwa Saudi Arabia tidak hanya tahu bagaimana membaca perkembangan politik, namun juga bagaimana merancang kebijaksanaan yang tepat setelah menyadari bahwa situasi yang terjadi tidak membawa kemenangan. Saudi tidak ingin tinggal di dalam satu kelompok kecil bersama Israel yang menentang perjanjian nuklir Iran," tulis Haaretz sebagai kesimpuan laporannya.



REF:
"Haaretz: Western Companies Seeking Contracts Worth Billions of Dollars with Iran"; ALMANAR.COM.LB; 2 Desember 2013

Tuesday, December 3, 2013

PARA MENLU NEGARA-NEGARA ISLAM ELU-ELUKAN PRESIDEN ISRAEL

Semakin sempurna sudah pengkhianatan negara-negara Islam terhadap saudara mereka, Palestina. Di tengah nasib negara dan rakyat Palestina yang semakin tidak menentu, pemukinan yahudi yang semakin banyak di Jerussalem dan wilayah-wilayah pendudukan dan Masjidil Aqsa yang nyaris tergusur, negara-negara Islam justru semakin "mesra" dengan Israel.

Contoh mutakhir dari pengkhiatan negara-negara Islam terhadap Palestina  adalah saat para menlu negara-negara Islam mengelu-elukan Presiden Israel Shimon Peres dalam satu pertemuan pertengahan November lalu. Demikian laporan media Lebanon Al Akhbar mengutip laporan media Israel Yedioth Ahronoth awal bulan ini. Media-media Israel tentu saja mengekspos berita ini besar-besaran, sementara media-media Islam berusaha menyembunyikannya.

Menurut Al Akhbar, dalam KTT negara-negara kawasan Teluk Parsi minus Iran yang digelar di Abu Dhabi pertengahan November lalu, Shimon Peres mendapat kehormatan untuk berpidato di hadapan para menlu dari 29 negara Islam, termasuk Bengladesh, Indonesia dan Malaysia. Yang mengejutkan adalah bahwa usai berpidato, Peres mendapat tepuk tangan meriah.

Peres dilaporkan berpidato melalui video conference dari kantornya di  Jerusalem yang didirikan di tanah pendudukan milik Palestina, lengkap dengan bendera Israel di belakangnya. Dalam pidatonya itu Peres menyampaikan pandangan negerinya tentang Iran, Islam radikal dan "perdamaian dunia".

Menurut laporan tersebut informasi tentang hal itu dibocorkan oleh kolumnis New York Times Thomas Friedman yang turut hadir dalam pertemuan tersebut.

Selama ini sebenarnya telah muncul banyak kritikan tentang adanya "kesepakatan bawah tangan" antara negara-negara Teluk dengan Israel yang secara resmi ditolak oleh negara-negara tersebut. Dan informasi ini muncul hanya 10 hari setelah seorang pangeran Arab Saudi Alwaleed Bin Talal, dalam satu wawancara dengan media Amerika, dengan blak-blakan mengatakan bahwa negara-negara kerajaan di kawasan Teluk secara diam-diam mendukung rencana serangan Israel terhadap Iran.

Dalam wawancara dengan Bloomberg News, salah satu manusia terkaya di dunia ini (ia pernah memprotes majalah Forbes karena dianggap telah mengecilkan kekayaan yang dimilikinya) mengatakan, "kami (negara-negara Teluk) akan senang jika Israel membom fasilitas nuklir Iran." Ia juga mengatakan bahwa "ancaman yang sebenarnya berasal dari Iran, bukan Israel."

Beberapa negara Islam yang hadir dalam pertemuan saat Peres berpidato di antaranya adalah Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Qatar, Yaman, Oman, Kuwait, Bahrain, negara-nagara anggota Liga Arab dan non-Arab. Sementara ketika berpidato di kantornya, Peres didampingi oleh pejabat PBB Terje Rød-Larsen dan utusan khusus Amerika, Martin Indyk.

Sekedar tambahan blogger, Indyk adalah yahudi kelahiran Inggris yang menjadi warga negara Israel. Ia mendapatkan naturalisasi di Amerika pada hari pertama pemerintahan Presiden Bill Clinton. Ia kemudian mendapat kehormatan diangkat sebagai pejabat penting Amerika di berbagai posisi, termasuk menjadi pejabat Dewan Keamanan Nasional dan Dubes Amerika di Israel. Presiden Obama kini mempercayainya sebagai utusan khusus Amerika untuk masalah Israel-Palestina.



REF:
"Arab ministers applaud for Israel's president in secret meeting"; al Akhbar; 2 Desember 2013

Monday, December 2, 2013

DIDUGA ISRAEL TERLIBAT LANGSUNG DALAM PERANG SYRIA

Israel diduga kuat telah berlibat langsung dalam konflik di Syria dengan mengerahkan pasukan siber-nya pada pertempuran di Ghouta Timur, Provinsi Damaskus, yang kini tengah berkecamuk. Laporan tentang keterlibatan Israel itu dikeluarkan oleh media Lebanon Assafir hari Sabtu (30/11).

Menurut laporan tersebut pasukan siber Israel yang ditempatkan di Syria berhasil memacetkan jalur komunikasi antara satuan-satuan militer pemerintah Syria dan sekutu-sekutunya yang menjaga kawasan Ghouta. Akibatnya serangan dadakan pemberontak yang dilancarkan berhasil merebut beberapa desa dan perkebunan di kawasan al-Marj.

"Betapapun kontribusi terbesar Israel dalam pertempuran di Ghouta Timur merupakan pilar dari seluruh serangan," tulis Assafir.

Menurut Assafir yang mendasarkan laporannya dari informasi inteligen militer Syria, akibat serangan pasukan siber Israel, komunikasi antara satuan Divisi ke-4 Syria, pasukan Pengawal Republik Iran, pasukan elit Hizbollah dan Brigade Abu al Fadl al Abbas Irak, yang berada di kawasan itu mengalami kemacetan.

Selain itu Israel juga memberikan data tentang posisi-posisi pasukan Syria dan sekutu-sekutunya itu kepada pemberontak sebelum dilakukannya serangan.

"Diketahui bahwa unit-unit dari Divisi ke-4 yang ditempatkan di kawasan itu telah kehilangan kontak dengan komandan-komandan mereka, dan juga unit-unit yang ditugaskan melindungi garis pertahanan belakang untuk mencegah pemberontak menerobos ke posisi strategis mereka di Otaiba, yang menjadi pintu masuk ke Ghouta Timur.

Pertempuran Goutha Timur dimulai hari Jumat (22/11) ketika pemberontak melakukan serangan dadakan terhadap beberapa pos militer pemerintah yang didirikan sebagai bagian dari operasi pengepungan terhadap Ghouta Timur oleh pasukan pemerintah yang telah berjalan selama 6 bulan.

Pengepungan tersebut telah memutuskan jalur logistik pemberontak di sekitar Provinsi Damaskus, mengancam kedudukan pasukan pemberontak dan sebaliknya memberikan keuntungan bagi pasukan pemerintah. Pentingnya pertempuran ini dapat dilihat dari banyaknya pihak-pihak eksternal yang terlibat. Selain ribuan mujahilin asing dan inteligen barat dan Israel yang bertempur di pihak pemberontak, pasukan Syria dibantu oleh milisi Hizbollah dari Lebanon, milisi Shiah Brigade Abbas dari Irak dan tentara reguler Iran yang (sebagimana disebut Assafir, namun tentu saja pemerintah Iran dan Syria menolak pernyataan tersebut).

"Ini adalah perang hebat antara kedua pihak karena menjadi penentu nasib semua pihak," kata Bara Abdelrahman, jubir Brigade Islam Army yang bertempur di pihak pemberontak.

Diperkirakan ratusan korban telah jatuh di kedua belah pihak selama pertempuran.

Namun, sebagaimana serangan-serangan pemberontak sebelumnya, perang di Ghouta inipun hanya memberikan kemenangan sementara bagi pemberontak. Tidak memiliki senjata berat seperti tank dan meriam apalagi pesawat tempur, pemberontak hanya bisa memberikan kejutan, dan selanjutnya terpukul mundur. Apalagi dengan kondisi sekarang yang telah jauh berubah dibandingkan awal konflik, dimana kini negara-negara pendukung pemberontak, kecuali Saudi dan Israel, tidak begitu antusias lagi untuk berperang.



REF:
"Israel’ Intervenes in Ghota Battles"; ALMANAR.COM.LB; 30 November 2013
"Ferocious fight to break Assad’s blockade in Eastern Ghouta kills scores"; Reuters; 24 November 2013
     

REGIM SHINAWATRA KERAHKAN "TENTARA BAYARAN"

Sebagaimana telah diduga sebelumnya, regim Shinawatra (PM Yingluck dan kakaknya Thaksin yang berada di luar negeri), akhirnya mengerahkan "tentara bayaran" untuk menghentikan aksi demonstrasi menentang kepemimpinan Yingluck Shinawatra yang dianggap menjadi kepanjangan tangan Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri yang menjadi pelarian setelah dituduh terlibat korupsi.

Korban pertama dari "tentara bayaran" itu adalah seorang mahasiswa Ramkamhaeng University berusia 21 tahun bernama Thaweesak Phokaew. Sampai saat ini setidaknya 4 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka, sebagian akibat tembakan, dalam berbagai aksi demonstrasi yang digelar para penentang dan pendukung Yingluck. 

Kematian Phokaew terjadi setelah para demonstran pendukung Yingluck Shinawatra yang berkumpul di Stadion Rajamanggala yang terletak bersebelahan dengan Universitas Ramkamhaeng, menyerbu kampus itu, setelah para mahasiswa melakukan aksi menentang ulah para pendukung Yingluck yang telah mengganggu proses belajar. Di tengah-tengah serangan tersebut terdengar beberapa tembakan yang diduga dilakukan "tentara bayaran" keluarga Shinawatra. Saat itulah Phokaew ditemukan tewas karena tembakan di punggungnya.

Situs berita independen Land Destroyer/ATNN Beforehand mempublikasikan video serangan tersebut dimana para mahasiswa berteriak: "Awas mereka menembak. Kita ditembaki!"

Koran lokal yang berbahasa Inggris the Nation mengkonfirmasi kematian mahasiswa karena tembakan.

"Seorang mahasiswa Ramkhamhaeng tewas tertembak" demikian judul berita di The Nation hari Sabtu (30/11), dengan isi berita menyebutkan: "Polisi dan RS Ramkhamhaeng Hospital mengkonfirmasi bahwa seorang mahasiswa Ramkhamhaeng University tewas tertembak dalam bentrokan antara pendukung pemerintah dan mahasiswa Ramkhamhaeng."

Namun pemerintah dan media-media barat menggambarkan kerusuhan tersebut sebagai aksi yang dilakukan para demontran penentang Yingluck.

Meski media-media mapan berusaha menyembunyikan keberadaan "tentara bayaran" regim Shinawatra, keberadaan mereka telah dilaporkan media-media independen sejak tahun 2010, ketika Thaksin Shinawatra tengah menghadapi ansi-aksi demontrasi menentang kekuasaannya yang korup. Adapun keberadaan "tentara bayaran" dalam aksi-aksi kerusuhan kali ini telah terbongkar beberapa hari sebelumnya.

Mantan wartawan Reuters Andrew Marshall, yang dikenal sebagai "orang dekat" Thaksin Shinawatra beberapa hari lalu menulis di akun Facebook-nya:

"Sementara itu, pasukan rahasia "baju hitam" Thaksin Shinawatra, yang sebagian besar terdiri dari anggota navy SEALs dan marinir, kini kembali ke jalanan untuk pertama kalinya setelah Mei 2010 dan telah menyusup ke dalam kelompok demonstran pimpinan Suthep (anti-Yangluck). Jika aksi demonstrasi memanas, mereka akan memicu aksi kerusuhan berdarah menjelang hari ulang tahun raja Bhumibol, demi mendiskreditkan aksi-aksi demonstrasi anti-pemerintah. Militer telah terbelah dan lemah, dan para komandannya tidak ingin melakukan intervensi. Kecuali muncul kesadaran, akan ada lebih banyak pertumpahan darah di jalanan Bankok di awal bulan Desember."

Tulisan tersebut kemungkinan untuk menakut-nakuti para demonstran sehingga membatalkan aksi-aksi mereka dan Yingluck dapat kembali memperpanjang kekuasaannya.

Meski kini keberadaan Yingluck tidak diketahui publik sebagai indikasi ia tengah berada dalam situasi terpojok, para pendukungnya menyatakan telah siap untuk "berperang".

Pada Kamis malam (28/11) hingga Jumat pagi (29/11) Mendagri Thailand turut berpidato di hadapan massa pendukung Yingluck di Rajamanggala, pada saat sebagian dari mereka menyerang Universitas Ramkhamhaeng dan membunuh Thaweesak Phokaew. Beberapa anggota parlemen pendukung Yingluck juga turut memanas-manasi massa.

Dalam sebuah pernyataan yang ditulis The Nation, seorang pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, "Pemerintah telah siap terlibat perang melawan demonstran."

Sampai Senin dini hari (1/12), tembakan-tembakan sporadis masih terdengar di berbagai sudut kota Bangkok disertai ledakan-ledakan. Semenara helikopter tidak berhenti berputar-putar di atas kota. Sementara satu demi satu laporan kematian di jalanan pun bermunculan.

Jika tidak ada perkembangan yang lebih baik, mungkin Yingluck akan mengikuti jejak kakaknya, yang tangannya berlumuran darah rakyat Thailand.



REF:
"Thailand regime deploys black-clad militants"; Tony Cartalucci; Press TV; 1 Desember 2013

STATUS POLITIK MULAI PULIH, DIPLOMAT ASING KEMBALI KE DAMASKUS

Dua setengah tahun yang lalu, ketika konflik Syria semakin memanas dan para pemimpin barat beramai-ramai menyerukan pengunduran diri Presiden Bashar al Assad, para diplomat dan pejabat inteligen negara-negara barat beramai-ramai meninggalkan Syria. Kini mereka mulai kembali dan Bashar al Assad tetap di kursi kekuasaannya.

"Sejak bulan Mei, sedikit demi sedikit, kami mulai kembali. Awalnya dengan berhati-hati kami hanya tinggal sehari, kemudian dua hari, dan tiga hari," kata seorang diplomat barat yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita Perancis AFP akhir pekan lalu.

"Kini kami rutin datang ke Damaskus sekali atau 2 kali setiap bulannya," tambah diplomat tersebut.

"Saya rasa pada kuarter pertama tahun 2014, Anda akan melihat banyak teman-teman diplomat kami di jalanan Damaskus," katanya lagi.

Menurut keterangan sang diplomat, para utusan dari Austria, Rumania, Spanyoo, Swedeia, Denmark dan Uni Eropa telah mengadakan kunjungan rutin ke Damascus. Sejumlah utusan asing juta telah bertemu dengan Deputi Menlu Syria minggu lalu.

“Beberapa kontak telah dibuat untuk membuka kembali kantor-kantor kedubes di Damascus, dan sebagian besar kantor kedubes Syria di luar negeri tetap buka, kecuali di beberapa negara yang tidak dikehendaki pemerintah," kata Deputi Menlu Miqdad minggu lalu.

Diplomat Eropa yang tidak bersedia disebut namanya itu menambahkan bahwa Konvensi Genewa II yang akan digelar Januari mendatang telah menjadi alasan bagi para diplomat itu untuk "kembali".

"Mereka mengatakan bahwa situasi politik kini telah berubah, maka mereka pun kembali," kata diplomat itu lagi.

Menurut beberapa laporan, kalangan inteligen barat juga telah mengadakan kontak dengan inteligen Syria untuk penjajagan pemulihan hubungan. AFP melaporkan bahwa wakil dari dinas rahasia negara-negara barat telah menemui kepala inteligen Syria Jendral Ali Mamluk, yang ironisnya berada dalam daftar pejabat Syria yang ditolak Uni Eropa.

“Keberadaan ribuan mujahilin yang datang dari Eropa telah menjadi perhatian utama bagi negara-negara Eropa," kata diplomat lain yang juga tidak disebutkan namanya.

”Itulah sebabnya inteligen negara-negara itu menginginkan pemulihan hubungan dengan Syria yang telah bertahan dari mujahilin selama bertahun-tahun," tambahnya.



REF:
"EU Envoys Resuming Contacts with Syrian Government"; ALMANAR.COM.LB; 30 November 2013

Sunday, December 1, 2013

Inilah Penjelasan yang Membongkar “Tindakan Mulia” Boediono

Teguh Santoso*

http://teguhtimur.com; 25 November 2013

Sejak awal megaskandal danatalangan sebesar Rp 6,7 triliun merebak ke permukaan, mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono selalu berkelit dengan jurus yang sama: bailout Bank Century harus dilakukan karena mengancam perekonomian nasional di tengah krisis ekonomi global.

Bahkan ia tanpa sungkan menyebut apa yang dilakukannya pada November 2008 itu, menyatakan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan meminta suntikan dana untuk bank itu sebesar Rp 632 miliar, sebagai tugas mulia.

“Saya telah melakukan tanggung jawab saya waktu itu sebagai Gubernur BI. Demikian juga Menteri Keuangan Sri Mulyani telah melakukan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya,” kata Boediono dalam konferensi pers mengenai hasil pemeriksaan KPK di Istana Wapres, Jakarta (Sabtu, 23/11).

“Apa yang kami lakukan pada waktu krisis itu menurut pandangan kami adalah suatu kebijakan, suatu tindakan yang mulia, upaya yang mulia untuk menangani krisis negara kita,” sambungnya.

Belakangan, dana talangan untuk Bank Century membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.

Mengenai hal ini, Boediono mengatakan dengan nada datar sebagaimana biasa: “Dan apabila dalam upaya yang mulia ini ada pihak-pihak yang mempergunakan, menyalahgunakan, ini sebenarnya sangat menyakitkan kita semua.”

***

Ada penjelasan lain yang memperlihatkan bahwa alasan krisis ekonomi global yang selalu digunakan Boediono sebagai sebuah upaya untuk mengakal-akali situasi yang berkembang ke arah yang bisa jadi tak menguntungkan dirinya.

Sebelum masuk kepada penjelasan itu, perlu disampaikan sekali lagi kronologi singkat keterlibatan Boediono dalam megaskandal danatalangan Bank Century. Cerita ini didasarkan pada audit investigatif yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2009.

Boediono telah berkantor sekitar lima bulan, ketika pada 30 Oktober 2008, Bank Century mengajukan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) sebesar Rp1 triliun. Permintaan ini diulangi Bank Century pada tanggal 3 November 2008.

Permintaan Bank Century itu ditolak. Menurut analisis BI, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Century hanya sebesar positif 2,35 persen. Masih jauh di bawah CAR minimal untuk mendapatkan FPJP yang dinyatakan dalam Peraturan BI 10/26/PBI/2008, yakni sebesar positif 8 persen.

Dalam temuannya BPK menyebutkan bahwa pada tanggal 14 November 2008 BI mengubah persyaratan CAR untuk mendapatkan FPJP menjadi “positif” saja.

Adapun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa posisi CAR Bank Century pada tanggal 31 Oktober 2008 semakin jeblok ke angka negatif 3,53 persen. Sehingga, bahkan dengan bantuan perubahan syarat CAR itu pun Bank Century masih tidak memenuhi syarat untuk memperoleh FPJP.

Di sisi lain, BPK juga menemukan bahwa sebagian jaminan untuk mendapatkan FPJP yang disampaikan Bank Century senilai Rp 467,99 miliar nyata-nyata tidak aman. Namun demikian, Boediono tetap berbaik hati merestui FPJP untuk Bank Century.

Pada episode berikutnya, malam hari 20 November 2008, Boediono menandatangani surat bernomor 10/232/GBI/Rahasia tentang Penetapan Status Bank Gagal PT Bank Century Tbk. dan Penanganan Tindak Lanjutnya.

Di dalam surat itu antara lain disebutkan bahwa salah satu cara untuk mendongkrak rasio kecukupan modal bank Century dari negatif 3,53 persen (per 31 Oktober 2008) menjadi positif 8 persen adalah dengan menyuntikkan dana segar sebagai Penyertaan Modal Sementara (PMS) sebesar Rp 632 miliar.

Surat itu kemudian dibahas dalam “rapat konsultasi” yang digelar sebelum rapat Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) pada malam hari itu juga. Setelah “rapat konsultasi” yang diikuti sejumlah petinggi dan pengambil kebijakan sektor fiskal dan jasa keuangan itu, Boediono dan Sri Mulyani menggelar Rapat KSSK hingga subuh keesokan harinya, 21 November 2008.

Dalam “rapat konsultasi” menjelang Rapat KSSK di gedung Djuanda, kompleks Kementerian Keuangan pada pergantian malam itu, Boediono menjadi pihak yang paling ngotot membela status Bank Century dan jalan keluar yang dianggapnya perlu.

Jejak sikap ngotot Boediono dapat ditelusuri dari transkrip rekaman pembicaraan “rapat konsultasi” dan dokumen resmi notulensi “rapat konsultasi” yang beredar luas di masyarakat pada akhir tahun 2009 lalu.

Dalam notulensi “rapat konsultasi” setebal lima halaman itu disebutkan bahwa rapat yang dipimpin Sri Mulyani dibuka sebelas menit lewat tengah malam tanggal 21 November 2008. Juga disebutkan bahwa rapat digelar khusus untuk membahas usul BI agar Bank Century yang oleh BI diberi status “Bank Gagal yang Ditengarai Berdampak Sistemik” dinaikkan statusnya menjadi “Bank Gagal yang Berdampak Sistemik”.

Boediono mendapatkan kesempatan pertama untuk mempresentasikan permasalahan yang sedang dihadapi Bank Century.

Sri Mulyani adalah pihak pertama yang mengomentari rekomendasi Boediono. Dia mengatakan bahwa reputasi Bank Century selama ini, sejak berdiri Desember 2004 dari merger Bank Danpac, Bank CIC, dan Bank Pikko, memang tidak bagus. Lalu Sri Mulyani meminta agar peserta rapat yang lain memberikan komentar atas saran Boediono.

Badan Kebijakan Fiskal (BKF), misalnya, menolak penilaian BI atas Bank Century. Menurut BKF, “analisa risiko sistemik yang diberikan BI belum didukung data yang cukup dan terukur untuk menyatakan bahwa Bank Century dapat menimbulkan risiko sistemik. Juga menurut BKF, analisa BI lebih bersifat analisa “dampak psikologis.”

Sikap Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pun hampir serupa. Dengan mempertimbangkan ukuran Bank Century yang tidak besar, secara finansial Bank Century tidak akan menimbulkan risiko yang signifikan terhadap bank-bank lain.

“Sehingga risiko sistemik lebih kepada dampak psikologis.”

Tetapi Boediono bertahan pada pendapatnya. Dan ia pada akhirnya memenangkan pertarungan dalam rapat tertutup KSSK.

***

Faktanya, Indonesia selamat dari gelombang krisis ekonomi global tahun 2008. Hal ini yang kerap digunakan Boediono dan para pendukungnya sebagai bukti dari keampuhan sikap ngotot Boediono dalam rapat konsultasi dan rapat KSSK di bulan November 2008 lalu.

Belakangan ini, ada penjelasan lain mengapa perekonomian Indonesia selamat. Ditekankan sekali lagi, itu bukan karena bailout Bank Century yang diakui otoritas jasa keuangan sebagai bank yang ukurannya terlalu kecil untuk merusak perekonomian nasional.

Pengamat perminyakan nasional Kurtubi baru-baru ini mengatakan bahwa ekonomi Indonesia selamat karena ada lonjakan penerimaan APBN dari sektor migas menyusul kenaikan harga BBM di pasar dunia yang melejit ke titik 147 dolar per barel.

Mantan Menteri Perekonomian dan Menteri Keuangan di era Abdurrahman Wahid punya pengalaman berharga bagaimana menyelematkan sebuah bank yang terancam collapse dengan itikad baik diikuti strategi yang jitu.

Pada tahun 2000 tanpa bailout satu rupiah pun Rizal Ramli menyelematkan BII yang ketika itu mengalami rush besar hingga ratusan miliar rupiah.

Perlu dipahami bahwa ukuran Bank Century yang “diselamatkan” Boediono hanya seperenam dari BII.

“Saya mendapat memo dari IMF dan Bank Dunia. Pilihannya dua, disuntik lagi (bailout) BLBI jilid dua sebesar Rp 4,5 triliun atau BII ditutup sama sekali dengan biaya sekitar 5 triliun,” cerita Rizal Ramli dalam sejumlah kesempatan.

Dua jalan keluar yang ditawarkan IMF dan Bank Dunia itu ditolak Rizal Ramli. Sebagai gantinya, ia menggelar pertemuan dengan Dirut Bank Mandiri ECW Neloe dan Deputi Senior BI Anwar Nasution.

“Saya minta Bank Mandiri mengambil over BII, supaya ada payung kepercayaan. Bisnis bank adalah bisnis trust. Kemudian kita ganti direksinya. Saya katakan, (direksi baru BII) punya waktu tiga bulan untuk membereskan. Kalau tidak beres, mereka harus mencari pekerjaan lain, karena Rizal Ramli pun harus mencari pekerjaan lain,” kata dia lagi.

Dalam waktu enam minggu BII kembali mendapat kepercayaan dari publik. Uang nasabah kembali mengalir ke BII dan rencana take over itu pun dibatalkan.

Mengapa strategi seperti ini dilakukan dalam kasus Bank Century?

Rizal Ramli khawatir: “Motifnya dari awal memang ingin merampok bank.”

***

Mantan Ketua KPK Antasari Azhar juga punya penjelasan menarik yang berkaitan dengan megaskandal danatalangan untuk Bank Century.

Penjelasan itu disampaikan Antasari tahun lalu dan sempat membuat geger serta silang pendapat di banyak kalangan.

Antasari mengawali penjelasannya dari pertemuan terbatas yang digelar Presiden SBY pada 9 Oktober 2008. Dalam rapat itu Presiden SBY membahas krisis ekonomi di Eropa dan Amerika yang mungkin dapat merembet ke Indonesia bila tidak segera diantisipasi dengan berbagai terobosan.

Nah, karena terobosan dapat berarti menabrak aturan maka para pemangku kebijakan hukum termasuk Antasari diundang dalam rapat tersebut.

Antasari mengatakan, dirinya juga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Kepada Presiden dan seluruh peserta rapat yang hadir, Antasari kira-kira mengatakan bahwa dalam praktik hukum aturan dapat dilanggar bila berhadapan dengan kepentingan yang lebih besar, dalam hal ini kepentingan bangsa dan negara.

Pernyataan Antasari ini agaknya diperhatikan sungguh-sungguh oleh Presiden SBY. Saat menutup rapat SBY antara lain meminta agar pendapat Antasari dipertimbangkan oleh peserta rapat lainnya.


Itu adalah episode pertama dari testimoni Antasari. Episode kedua terjadi sekitar sepekan kemudian di Kantor KPK.

Tidak dijelaskan tanggal berapa persisnya, tetapi diperkirakan sepekan setelah rapat bersama SBY itu Boediono berkunjung ke gedung KPK.

Kepada Antasari, ia menyampaikan rencana BI menyuntikkan dana segar untuk De Indonesische Overzeese Bank N.V alias Bank Indover milik BI yang ada di negeri Belanda.

Menurut Boediono, seperti dikutip Antasari, kalau tidak diselamatkan, Bank Indover dapat menjadi pintu masuk krisis ekonomi global ke Indonesia. Nilai dana yang perlu digelontorkan ke bank itu sekitar Rp 7 triliun.

Antasari menolak rencana itu, karena menurutnya Bank Indover memang sejak lama bermasalah dan layak disamakan dengan ember bocor. Berapapun air yang dituangkan ke dalamnya akan habis begitu saja.

Maka Antasari mengatakan, KPK akan bertindak dan mengusut bailout untuk Bank Indover. Antasari merasa, itu bukan terobosan yang dimaksud SBY.

Walhasil, Boediono meninggalkan gedung KPK dengan tangan hampa.

Pengadilan Belanda membekukan kegiatan operasional Bank Indover pada tanggal 7 Oktober 2008.

Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S. Goeltom, ketika itu menjelaskan bahwa Bank Indover dibekukan karena mengalami kesulitan likuiditas akibat penurunan money market line secara drastis sebagai dampak dari gejolak pasar keuangan global yang juga melanda kawasan Eropa.

Episode ketiga dalam testimoni Antasari terjadi pada bulan April 2009, saat pertama kali ia mendengarkan kisah tentang bailout Bank Century.

Di antara hal-hal pertama yang melintas di benak Antasari adalah pertanyaan: mengapa ketika hendak mengucurkan bantuan untuk si ember bocor Bank Indover, Boediono meminta pendapat KPK, namun ketika “menyelamatkan” si mini Bank Century, Boediono sama sekali tidak meminta pendapat KPK.

Padahal kedua tindakan itu, bila diartikan sebagai pelaksanaan perintah Presiden SBY dalam rapat 9 Oktober 2008, sama-sama berpotensi melanggar aturan.

Penasaran dengan persoalan ini, Antasari menghubungi BI. Namun Boediono sedang tidak berada di Jakarta. Kepada Deputi Gubernur BI, Siti Fadjirjah, Antasari menitipkan pesan agar setelah kembali ke Jakarta Boediono menghubungi dirinya untuk memberikan penjelasan mengenai kebijakan bailout Bank Century.

Tetapi penjelasan dari Boediono itu tidak pernah didapatkan Antasari. Hingga kini Antasari mendekam di balik jeruji besi. Pada tanggal 4 Mei 2009, ia ditangkap Mabes Polri karena diduga menjadi otak pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen.

***

Memperhatikan kronologi dan penjelasan-penjelasan berkaitan dengan bailout Bank Century itu patutlah kita bertanya: dimana sisi mulia tindakan Boediono?


* Penulis adalah wartawan senior, dosen, mantan aktifis mahasiswa dan aktif di PP Pemuda Muhamaddiyah. Tulisan-tulisannya bisa dilihat blog teguhtimur.com