Wednesday, September 26, 2012

KEMENANGAN SUDAH DEKAT: PM SYRIA


Peperangan yang terjadi di Syria saat ini hampir sama dengan pertempuran antara seekor banteng melawan sekawanan singa. Setelah bertahan beberapa menit, biasanya dalam pertempuran seperti itu sang banteng akan kehabisan tenaga, kawanan singa berhasil menjatuhkannya dan nasib banteng pun berakhir tragis. Namun dalam drama kehidupan liar yang luas, terkadang terjadi peristiwa dimana seekor banteng sangat tangguh untuk dijatuhkan. Meski badannya dipenuhi luka gigitan dan cakaran, sang banteng terus melawan. Hingga akhirnya kawanan singa lah yang kehabisan tenaga. Pada saat seperti itu para singa akan menyingkir dan membiarkan sang banteng melangkah pergi. Para singa sadar, jika mereka terus memaksakan pertempuran, mereka sendiri yang akan mati kelelahan.

Demikian pula dalam pertempuran di Syria. Pasukan pemerintahan Bashar al Assad adalah banteng yang sangat tangguh. Meski hampir 2 tahun digempur habis-habisan oleh pasukan-pasukan pemberontak, pasukan Syria masih sangat tangguh. Meski telah kehilangan ribuan tentaranya, puluhan atau bahkan ratusan tank dan beberapa pesawat serta helikopter, pasukan Syria masih memiliki ribuan tank dan ratusan pesawat terbang dan helikopter serta ratusan ribu pasukan cadangan dan milisi pendukung pemerintah. Namun itu masih belum seberapa. Pemerintah Syria masih memiliki pasukan cadangan strategis, yaitu ribuan tentara dan milisi dari Iran, Irak, Lebanon, yang akan membanjiri Syria membantu pemerintahan Bashar al Assad pada saat kritis. Belum lagi Rusia dan China yang tidak akan membiarkan Bashar jatuh. Lebih dari itu semua, Bashar dan pendukung-pendukungnya akan gigih bertempur sampai mati, karena kekalahan hanya akan mengantarkan mereka ke tiang gantungan.

Sebaliknya bagi "singa-singa tauhid" (meminjam istilah media massa zionis Amerika tentang para pemberontak Syria) dan majikan-majikannya, mereka mulai kelelahan, dan mereka sadar, mereka sendiri yang akan mati kelelahan jika diteruskan. Sampai kapan Saudi, Qatar dan Turki tahan untuk menggelontorkan jutaan dollar dana setiap harinya untuk memberi makan "singa-singa tauhid" itu? Bassma Qodmani, salah seorang pentolan pemberontak Syria, contohnya, telah menyadari hal itu. Maka ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ekskutif organisasi payung pemberontak. Apalagi dengan opini publik masyarakat dunia yang mulai berubah mengutuk aksi-aksi teror para pemberontak. Pemerintahan Erdogan di Turki bahkan sudah mulai merasakan "angin balik" atas kebijakannya mendukung pemberontak Syria, dengan adanya kecaman-kecaman terhadap dirinya dari para politisi dan aktifis HAM Turki serta aksi-aksi terror gerilyawan Kurdi yang meningkat tajam. Jika tidak diantisipasi, tidak lama lagi kecaman-kecaman akan berubah menjadi aksi-aksi demonstrasi menuntut pengunduran dirinya, diikuti dengan aksi kudeta oleh militer yang sudah lama menyimpan kebencian pada Erdogan.
Tidak heran jika pemerintah Syria sangat percaya diri. Sebagaimana dikatakan Presiden Bashar al Assad beberapa waktu lalu, "Kami hanya butuh waktu untuk menang!" Katanya.

Pernyataan serupa dikatakan oleh perdana menteri Dr. Wael al-Halqi, Senin (24/9). Dalam pertemuannya dengan delegasi Asosiasi Farmasi Syria di kantornya di Damaskus, Al Halqi mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah mengalami kemajuan signifikan dalam memerangi para pemberontak dan "kemenangan telah dekat di tangan".

Al Halqi juga memuji peran para ahli farmasi dalam peperangan yang tengah melanda Syria. "Kesehatan adalan sektor nasional yang mengalami kerugian besar akibat sanksi (barat) dan serangan senjata pemberontak," katanya.

Al Qalil selanjutnya menyatakan komitmennya untuk menjamin keamanan transportasi bagi industri farmasi dan kesehatan serta mereformasi undang-undang dan perangkat hukum terkait sektor ini.

Tidak lupa Al Qalil menyinggung perubahan sikap masyarakat internasional atas krisis Syria. Ia merujuk barat dan sekutu-sekutunya di Timur Tengah yang mulai berfikir realistis dengan mempertimbangkan solusi damai melalui perundingan. Padahal selama ini mereka ngotot untuk tidak mau berunding selama Bashar al Assad masih berkuasa.



Ref:
"Al-Halqi: Victory is Close at Hand"; SANA; 24 September 2012



No comments:

Post a Comment