Friday, November 11, 2016

BOLA DI TANGAN TITO (TAPI FAKTOR JOKOWI PALING DOMINAN)

Indonesian Free Press -- PENGANGAR : Ini adalah tulisan yang saya copaskan dari status teman di Facebook. Point-nya adalah tentang peran penting Kapolri Tito Karnavian dalam kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok. Saya setuju, namun saya juga berpendapat bahwa faktor Jokowi justru paling kuat di balik kegaduhan kasus ini. 'Perlindungan' Jokowi atas ahok memberi kekuatan Kapolri untuk bertindak subyektif dalam menangani kasus Ahok. 
Seperti ditulis Ahok dalam kicauan di Twitter yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu, ahok memiliki kartu truf untuk membongkar kecurangan-kecurangan Jokowi selama ini. Selain itu, diduga kuat Jokowi juga mendapat tekanan kuat dari para Taipan pendukung Jokowi-Ahok, untuk melindungi Ahok. 

==================
Tulisan yg sangat bagus, sebarkan untuk pengawasan bersama_
Pasca #aksidamai 411, ada komitmen penyelesaian hukum scr cepat, tegas, n transparan paling lama dua minggu.
Presiden Jokowi, yg selama ini diopinikan memberi perlindungan pada Ahok, dalam pertemuan dg PBNU menegaskan tidak akan melindungi Ahok. Urusan Gubernur DKI adalah urusan pribadi. Bahkan, hal ini ditegaskan kembali saat kunjungan ke Muahammadiyah....
Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa dirinya tidak mengintervensi proses hukum terkait dengan dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bahkan ia menyatakan tidak akan melindungi pria asal Belitung Timur tersebut.
"Rakyat perlu tahu, saya tidak akan melindungi saudara Basuki Tjahaja Purnama karena sudah masuk proses hukum," ujar Joko Widodo saat memberikan keterangan di kantor Muhammadiyah, Selasa, 8 November 2016.
*Kini, bola ada di Kapolri, Jenderal Tito Karnavian*.
Cuma, publik harus melakukan pengawasan ekstra keras, krn ada petunjuk yg mengindikaikan dugaan kuat kemiringan dalam proses pemeriksaan.
Ada indikasi, proses pemeriksaan dilakukan dg tidak fair.
1. Muncul bbrpa statemen Kapolri yg mengesankan pemihakan, soal kata "pake" misalnya, kapolri sdah beropini yg mengarahkan pemihakan pd ahok.
Dalam wawancara kepada media Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan pentingnya keberadaan kata ‘pakai’. Jika dibohongin Al
Maidah 51 berarti yang berbohong itu ayatnya. Jika ada kata ‘pakai’ maka yang berbohong adalah orangnya dengan berdalih menggunakan ayat.
Jenderal Tito juga mengomentari pernyataan sikap MUI yang menyatakan Ahok menistakan Al Quran.
Menurut Jenderal Tito: “Dalam konteks kita lihat kata-kata itu, tidak ada sedikitpun kata-kata mengatakan yang bersangkutan terlapor mengatakan Al Maidah itu bohong….”
lihat video lengkapnya:
2. Kapolri Tito, waktu jadi kapolda memiliki hutang budi pd Ahok.... ini jelas bisa melahirkan konflik interest, dan mencederai semangat keadilan dalam proses penyidikan.
Video Pidato Tito karnavian di bawh ini menunjukkan Tito memuji2 Ahok krn bantuan materi yg diterima.
Ini Video youtube nya

3. Ahok menegaskan, punya sikap percaya diri karena merasa dapat beking dari Pak Tito.
"Orang bilang saya bernyali. Enggak. Saya bernyali karena ada yang beking, yakni Pak Kapolda (Tito)," kata Ahok dalam sambutannya di Balai Pertemuan Mapolda Metro Jaya, Jl Jenderal Gatot Subtroto, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2016).
4. Dalam proses penyelidikan yg berlangsung, pertanyaan2 yg diberikan oleh penyelidik kepada Ahli diarahkan untuk berkesimpulan agar tdak ada unsur penistaan, al. menanyakan soal *ada atau tidak adanya niat, soal video yg diedit, soal hukum mengunggah konten ke media elektronik, dan beberapa pertanyaan yg dikesankn diarahkan agar seolah tidak ada unsur penodaan agama, dan kesan melindungi ahok*
Untuk itu, ayo terus kita
awasi proses penyelidikan, apakah Kapolri konsisten menjaga independensi dan profesionalitanya, sebagaimana janji yg meyakinkan saat fit n proper test di DPR, konsisten menjaga amanat n kmtmen Presiden untuk tidak melindungi ahok.... atau justru tersandera oleh budi baik n bantuan materi sehingga disibukkan oleh langkah2 konyol.
Jawabannya akan kelihatan dua minggu ke depan.
Senior2 di polri perlu melakukan pendampingan, bimbingan, dan mentoring agar kapolri tetap on the track dan tidak masuk angin hanya krn kedekatan dg ahok. Kalau perlu buat komunike jenderal polisi yg jd senior kapolri u mengingatkannya.
Hasil penyelidikan yg dilkukn polisi dalam dua minggu ke depan akan dapat menunjukkan posisi Kapolri, apakah sosok penegak hukum yg ksatria, independen, atau justru sosok pecundang yg tersandera oleh ahok n bandarnya. Jika yg kedua yg terjadi maka Kapolri harus bertanggung jawab dunia akherat; tanggung jawab jika tjadi gejolak sosial n ancaman disintegrasi bangsa.
Kita lihat....

Thursday, November 10, 2016

7 Janji Kampanye Donald Trump yang Paling Berbahaya

7 Janji Kampanye Donald Trump yang Paling Berbahaya
Pemilu Amerika Serikat membuat kejutan besar. Donald Trump, yang kurang diunggulkan pengamat dan lembaga survei, tampil sebagai pemenang sekaligus terpilih sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat.

Dari berbagai analisa, banyak yang menyebut kunci kemenangan Trump adalah gaya retorik populisnya yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas. Dia menjanjikan Amerika Serikat kembali menjadi Negara besar. Namun, di balik retorika populis itu, beberapa janji kampanye miliarder real estate ini menyimpan bahaya. Berikut 7 kampanye paling berbahaya Donald Trump.

1. Membangun tembok tinggi di perbatasan AS-Meksiko dan melakukan deportasi massal

Saat memulai kampanyenya, Donald Trump pernah berjanji akan membangun tembok tinggi di perbatasan AS-Meksiko. Tujuannya, tentu saja, untuk membendung arus pengungsi dari benua Amerika Latin. Tidak hanya itu, Trump juga berjanji akan mendeportasi massal 11 juta imigran tanpa dokumen resmi di AS. Dia juga berencana menambah tiga kali lipat petugas imigrasi AS.

2. Melarang Muslim masuk AS

Setelah serangan penembakan di San Bernardino, California, pada tahun 2015 lalu, Trump berjanji akan menutup pintu masuk Amerika Serikat bagi orang-orang Islam. Tidak hanya itu, dia juga mengawasi dan menutup Mesjid-Mesjid di AS. Tidak berhenti di situ, dia juga menyarankan adanya database untuk semua orang Islam yang tinggal di AS.

3. Membongkar Obamacare

Donald Trump pernah sesumbar bahwa di hari pertama pemerintahannya dia akan meminta Kongres untuk segera mencabut UU Perlindungan Pasien dan Perawatan yang Terjangkau atau sering disebut Obamacare. Sebagai gantinya, Trump akan menyusun sistim asuransi kesehatan berorientasi pasar. Padahal, terlepas dari kekurangannya, Obamacare telah memberikan asuransi kesehatan yang disubsidi pemerintah kepada 16,9 juta orang warga AS. UU ini mengharuskan pemerintah membantu setiap warga negara yang berpenghasilan rendah untuk membayar premi asuransinya.

4. Memotong pajak perusahaan dan klas menengah

Di balik retorika populisnya, Trump sebetulnya sangat pro-bisnis. Dia berencana memangkas pajak bagi semua perusahaan dan klas menengah AS. Trump juga berencana mengurangi golongan tarif dari sebelumnya 7 golongan menjadi hanya tiga, serta memangkas batas atas tarif yang selama ini sebesar 39,6 persen menjadi 33 persen. Bagi Trump, sektor bisnis sangat berjasa bagi ekonomi AS, sehingga perlu diberi keringanan pajak.

5. Membatalkan perjanjian Iklim Paris

Perjanjian Paris, yang diteken oleh 195 negara, menyepakati untuk menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius (2C) dan berupaya menekan hingga 1,5C. Belakangan, dalam kampanyenya, Trump berusaha menyangkal semua perjanjian itu. Menurut dia, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung-jawab atas perubahan iklim. Bagi Trump, perubahan iklim itu hanya mitos. Dia juga bilang, mitos itu sengaja diciptakan oleh pemerintah Tiongkok untuk menghajar manufaktur AS.

6. Memperkuat militer AS

Trump berjanji akan membuat militer AS semakin kuat dan semakin raksasa. Dengan begitu, tidak satupun pihak luar yang berani mengganggu negeri Paman Sam itu.
Dalam janji kampanyenya, Trump bilang akan memperbanyak pasukan, pesawat dan kapal perang di Filipina. Dia juga berencana memperkuat kekuatan militer AS di kawasan lain. Yang lebih mengerikan, Trump berulangkali meminta ahli politik internasional untuk mempertanyakan mengapa AS tidak diperbolehkan menggunakan senjata nuklir.

7. Memangkas anggaran Planned Parenthood

Trump juga berjanji akan memotong semua dana federal untuk Planned Parenthood, yang telah memberikan layanan kesehatan, termasuk aborsi, kepada jutaan perempuan AS. Malahan, dalam banyak kampanye, retorika Trump justru menyerang hak untuk memilih aborsi. Menurut dia, perempuan yang memilih aborsi harus dihukum.

Panglima TNI : 6 Ancaman untuk NKRI

Panglima TNI : 6 Ancaman untuk NKRI
Di acara yang dipandu oleh Karni Ilyas itu, Panglima TNI berbicara tentang dampak peak oil theory (teori puncak minyak) terhadap geopolitik dunia dan Indonesia. Menipisnya produksi minyak, kata Gatot, membawa dampak berantai, seperti perubahan gaya hidup dan model bisnis, krisis/depresi ekonomi, hingga meningkatnya kejahatan dan konflik.

“Depresi ekonomi pasti sebanding dengan meningkatanya kejahatan dan konflik. Dan bermuara pada persaingan global,” kata Gatot.

Di sisi lain, populasi dunia terus bertambah, yang di tahun 2017 akan berjumlah 8 milyar orang. Normalnya, daya tampung bumi hanya 3-4 milyar orang. Setiap hari ada 41.095 anak-anak di dunia meninggal karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk,” ungkapnya.

Di satu sisi, ketersediaan energi fosil, khususnya minyak, makin menipis. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi energi terus meningkat 40 persen akibat penambahan populasi dunia. Tetapi saat ini, kata Gatot, terjadi pergeseran dari energi fosil ke energi nabati. Bicara energi nabati, adanya di negara-negara di dekat ekuator: Asia Tenggara, Afrika Tengah dan Amerika Latin.

“Di Asia tenggara, yang terbesar adalah di kepulauan Indonesia. Indonesia kaya semuanya,” jelasnya.

Pada titik itulah, ungkap Gatot, Indonesia dengan kekayaan alamnya akan menjadi rebutan. Dia kemudian mengutip Sukarno: “kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negara-negara di dunia.” Dalam konteks itulah, Indonesia akan terus menjadi incaran untuk dilemahkan dan direbut kekayaan alamnya.

Berikut 6 ancaman menurut Panglima TNI:

1. Pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di Darwin

Menurut Gatot, di Darwin ada 1250 sampai 2500 personil marinir Amerika Serikat. “Darwin jaraknya hanya 479 km dengan Serwaru. Di situ ada Pulau Marsela dan Blok Masela. Boleh dong saya khawatir sebagai Panglima TNI,” paparnya.

2. Masalah laut Tingkok selatan

Menurut Gatot, hampir semua kapal-kapal yang ditangkap oleh Angkatan Laut (TNI AL), terutama tiga kejadian terakhir, dikawal oleh Coast Guard (penjaga pantai) Tiongkok. “Mereka mengklaim itu pantainya, padahal berada di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia,” jelasnya.
Belakangan, ungkap Gatot, Filipina mengklaim Laut Tiongkok Selatan melalui pengadilan intenasional. Dan tanggal 12 Juli lalu, Pengadilan Arbitrase memenangkan klaim Filipina.

Tetapi Tiongkok menolak klaim itu. Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan bahwa kedaulatan wilayah dan hak maritim Tiongkok di di latut tidak akan dipengaruhi oleh keputusan dengan cara apapun.

“Ini potensi konflik di sekitar kita,” tegas Gatot.

3. Manuver Five Power Defence Arrangements (FPDA)

Tanggal 14-21 Oktober, FPDA menggelar latihan besar-besaran dengan melibat 3000 personil, 71 pesawat tempur, 11 kapal tempur dan kapal selam.

FPDA adalah hubungan pertahanan negara-negara Persemakmuran Inggris, yang meliputi Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura. Kesepakatan yang dibuat tahun 1971 itu menegaskan bahwa kelima negara akan saling bantu jika ada serangan dari luar terhadap Malaysia, Singapura, Australia dan Selandia Baru.

4. Ancaman Narkoba

Menurut Gatot, sebanyak 2 persen atau 5 juta penduduk Indonesia terkena narkoba. Setiap tahunnya ada 15.000 orang meninggal karena obat terlarang itu.

“Dan itu fenomena gunung es. Pasti angkanya lebih besar. Bosan kita mendengar laporan dari Kepolisian dan BNN menangkap sekian kilo sabu tiap hari. Dan itu transaksinya di Malaysia,” ungkap Gatot.

Gatot menceritakan dampak narkoba pada sebuah bangsa dengan merujuk pada perang candu antara Tiongkok dengan Inggris dan Perancis. Dalam perang tersebut, Tiongkok kalah.

“Rakyat dan tentaranya kena candu, akhirnya kalah. Harus menggadaikan Hongkong dan Taiwan,” jelasnya.

5. Ancaman terorisme

Gatot mengutip pernyataan Bahrum Naim, teroris yang dituding mendalangi serangan Sarinah awal Januari lalu: “apabila di Suriah sudah tidak aman, maka kembali ke daerah masing-masing melakukan khilafah. Dengan apapun kamu melakukan.”

“Tidak lama kemudian, di Perancis menggunakan bus menabrak. Pendeta ditusuk pisau,” ujarnya.

Masalahnya, kata Gatot, UU terorisme di Indonesia lemah dalam menangkap terorisme. Berbuat dulu baru ditangkap. “Indonesia tempat paling enjoy bagi terorisme, kita tinggal tunggu saja,” tandasnya.

Namun, menurut Gatot, terorisme juga terkait dengan perebutan ladang energi. Dia merujuk pada kasus Irak, Libya dan Suriah. “Hanya permasalahan di dalam negeri, baru dicap teroris, kemudian pasukan koalisi masuk, lalu bagi-bagi. Karena punya energi,” paparnya.

7. Persaingan ekonomi

Gatot merujuk pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, PDB Indonesia yang urutan ke-8 dunia, kepercayaan konsumen yang tinggi, dan dampak dari program amnesti pajak. Dan sebagai kekuatan ekonomi besar, Indonesia berpotensi untuk digoyang.  - berdikarionline

Pemilu Amerika, Perang Antar Penyembah Dajjal

Indonesian Free Press -- Para pengamat teori konspirasi pemula menyangka bahwa Hillary Clinton bakal memenangkan pemilu Amerika kemarin (9 November 2016). Mereka mengetahui pasti bahwa Hillary didukung oleh media-media massa utama dunia, para pejabat pemerintahan Amerika termasuk Presiden Obama, filantropis dan 'bapak aktifis global' George Soros dan para aktifis sosialis seperti Amy Goodman dan Michael Moore.

Dengan kekuatannya itu, selama masa kampanye kemarin, lawan Hillary, Donald Trump, praktis nyaris tidak bisa muncul muncul di ruang publik dengan persepsi yang baik. George Soros bahkan dikabarkan telah menyiapkan mesin penghitung suara yang sudah diprogram untuk memenangkan Hillary.


Para pengamat konspirasi hanya mengetahui bahwa Trump didukung oleh media hitam Wikileaks yang gencar merilis email-email rahasia Hillary, serta para mafia dunia hiburan dan judi. Mereka baru terkejut-kejut ketika kepolisian New York dan kepolisian federal FBI mengumumkan penyidikan email-email rahasia Hillary yang membongkar 'bisnis gelap' Hillary dengan dunia hitam di Amerika, termasuk jaringan pedhopilia dan prostitusi yang melingkupi para pejabat Amerika.

Atas tekanan kubu pendukung Hillary, FBI akhirnya membatalkan penyidikan, namun 'bocornya' dunia gelap Hillary Clinton itu bagaimanapun turut berperan menjerumuskan popularitasnya di kalangan warga Amerika yang sudah bosan dengan retorika 'perang melawan terorisme' yang terbukti dipenuhi kepalsuan dan hanya menjerumuskan ekonomi Amerika ke jurang kehancuran.

Seperti sudah ditulis di blog ini (IFP), Trump sama sekali bukan seorang 'pahlawan pembela kebenaran'. Ia juga seorang kriminal seperti halnya Hillary. Namun, setidaknya sampai saat ini tangannya masih bersih dari pembantaian jutaan ummat muslim di seluruh dunia selama kampanye 'perang melawan terorisme' dimana Hillary turut berperan besar di dalamnya.

Mengenai persaingan antara Hillary dan Trump selama kampanye pilpres Amerika kemarin, Walter Benjamin menulis artikel menarik di blog Dr. Henry Makow tentang persaingan antara faksi 'patriot' melawan faksi 'zionis' dalam organisasi rahasia Freemasons. Trump mewakili faksi 'patriot', sementara Hillary mewakili faksi 'zionis'. Tanpa disebutkan oleh Benjamin, Freemasons adalah organisasi rahasia yang dikendalikan oleh 'penguasa kegelapan' penyembah dajjal (anti-Christ) yang menguasai keuangan dunia dan segala aspek kehidupan yang bisa dipengaruhinya.

"Ada perang saudara yang serius yang tengah terjadi di dalam 'Deep State' (kekusaan di belakang layar) Amerika, namun kecuali Anda menjadi bagian darinya atau sudah memahami masalah ini, semuanya tampak seperti kekacauan dan 'cacophony'," tulis Benjamin.

"Di antara kekuasaan 'Illuminati Freemasonic' itu, elemen-elemen 'Zionist Cabalistic' berperang melawan faksi 'America-First' untuk menguasai Tatanan Dunia Baru (NWO)," tambah Benjamin.

Menurut Benjamin faksi dimana Hillary bergabung, yaitu 'zionist cabalistic', adalah turunan dari komunisme yang didirikan oleh keluarga Rothschild, dimana mereka adalah penyembah dewa Ba'al (atau Moloch atau Magog). Sedangkan 'America-Firsters' dimana Trump bergabung di dalamnya, adalah turunan langsung dari aliran 'divine providence' yang dibentuk oleh para pendiri Amerika George Washington, Thomas Jefferson, Andrew Jackson. Aliran ini awalnya adalah penyembah Tuhan yang Esa seperti ajaran Kristen, namun terinfiltrasi oleh 'zionis cabalistic' sejak tahun 1789, setelah diadakannya Konperensi Wilhelmsbad tahun 1782.

Beberapa tokoh 'patriot' seperti Ron Paul, Philip Giraldi, Ray McGovern, Michael Flynn, Justin Raimondo, dan Daniel McAdams, selain Donald Trump, adalah pengikut aliran kedua ini.

Upaya FBI untuk membongkar kasus Hillary dengan membuka file-file rahasia sekutu dekat Hillary, Anthony Weiner, sejalan dengan upaya walikota New York Michael Bloomberg utuk menggagalkan upaya Weiner untuk merebut posisi Walikota New York.

Weiner, mantan senator Amerika, adalah mantan suami Huma Abedin, sekretaris dan anak angkat Hillary Clinton yang tidak lain adalah putri dari pasangan aktifis Ikhwanul Muslimin. Keluarga Abedin adalah agen zionis di dalam organisasi Ikhwan ini. Weiner sendiri, secara terbuka telah diketahui sebagai pelaku pedhopilia.

Tentang Hillary Clinton, Benjamin menyebutnya sebagai orang yang digadang-gadang akan meletupkan Perang Dunia III demi mewujudkan ambisi kuno para yahudi penyembah dajjal menguasai dunia dengan ibukotanya Jerusalem. Adapun tentang sisi gelap Donald Trump, silakan lihat tulisan ini.(ca)

Tuesday, November 8, 2016

CIIA: Jika Ahok Lolos, Itu Simbol Tirani Minoritas, tak Bisa Dihentikan kecuali dengan Goncangan Dahsyat!


Indonesian Free Press -- Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengkhawatirkan bila pemerintah tidak menepati janjinya dalam dua minggu kasus Ahok tidak ada kejelasan, atau dalam kata lain tidak ditersangkakan. Maka akan memicu kesabaran umat Islam di Indonesia.

"Berpotensi memicu kesabaran umat Islam hingga titik kulminasi," kata dia, Selasa (8/11). Dan bila hal ini terus dibiarkan, lanjutnya ia khawatir Indonesia diambang people power yang jauh lebih besar targetnya.

Karena umat Islam tidak lagi sekedar melihat kasus Ahok sebagai penista agama tapi sebagai wayang dari kepentingan lebih besar, yang ingin melawan umat Islam di Indonesia. Dan perlawanan itu akan ketemu momentumnya, bila hal ini terus dibiarkan.


"Ini jika Ahok lolos itulah simbol dari tirani minoritas, yang tidak bisa dihentikan kecuali dengan goncangan dahsyat dengan segala implikasinya," ujarnya.
Karena itu ia menilai mereka yang ingin melawan gerakan umat Islam ini, harus berpikir matang, dan paham betul dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Karena sebenarnya Ahok potensial melanggar Pasal 156 juncto 156a KUHP, meskipun Ahok sebagai WNI juga punya hak mendapatkan keadilan hukum.

"Saya khawatir jika sebelum 18 November 2016 hasil akhir dari proses yang dijanjikan Polri 'terbuka dan cepat' atas kasus ini, ternyata membuat Ahok lepas dari jeratan hukum, maka bisa melahirkan situasi yang jauh lebih besar bagi negara," terangnya.

Ia mengingatkan kepada Presiden Jokowi sebelum terlambat, ada baiknya menutup semua celah bahaya besar tersebut, demi bangsa dan negara. Jangan sampai sebaliknya memancing kesabaran umat Islam yang terus kecewa dengan kekisruhan kasus Ahok sekarang ini.[rol]


Keterangan: Dicopas dari Posmetro, 8 November 2016

''Oyu'on Pa Dega' In Oya', Opuyu, Pikiran, Bo Batol Naton Komintan?''

TANPA angin dan hujan, Senin, 7 November 2016, tiba-tiba saya dikirimi artikel lengkap bertajuk BER-1 DAN BER-SaTu yang ditulis Pitres Sombowadile. Rupanya artikel itu diunduh dari fb sebab didahului pernyataan, ''Ini tulisan saya yg muncul di halaman 1 Harian Bolmong Fox Selasa tgl 2 Nov 2016.''

Sepintas saya menyimak dan sebenarnya agak tak berminat menuntaskan tulisan itu. Pitres, sekalipun saya kenal baik, bukan penulis yang cakap dan enak dibaca. Dia cuma merasa bisa menulis. Sejauh yang saya tahu, belum pernah ada satupun opini atau analisisnya yang lolos dan dipublikasi media yang jadi tolok ukur nasional semacam Kompas atau Tempo. Mau banting-banting badan atau melolong-lolong, ya, kualitasnya memang sebegitu saja.

Tulisan yang dikirimkan itu kian tak menarik sebab dia mengawali dengan paparan tentang makna angka, numerologi, dengan merujuk jagad pikir, budaya, tradisi, bahkan contoh dari Barat dan Cina. Lalu, dia masuk pada konteks Pilkada Bolmong, tentang angka hasil undian nomor urut pasangan calon, dikaitkan dengan akronim nama mereka yang mendekati persepsi tentang angka.

Penulis yang baik adalah yang mampu membangun argumen kokoh. Numerologi Barat dan Cina digunakan sebagai fondasi membahas angka dalam jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku(lebih khusus lagi politik) Mongondow, tanpa sama sekali menyentuh numerologi orang Mongondow, jelas Ayu Ting Ting. Salah alamat. Orang Mongondow, dengan darah-daging kultur agraris dan pengaruh Islam yang kuat, punya numerologi sendiri yang masih dianut, dipercayai, dan dirujuk hingga kini.

Namun, sudahlah. Saya maklum. Tiap even politik Pitres memang selalu butuh perhatian. Apalagi jika peristiwa politik itu melibatkan sosok-sosok tertentu yang menjadi target perhatiannya. Hatta karena profesinya sebagai ''konsultan politik'', budayawan, atau apalah yang dia anggap keren untuk diaku-aku.

Lalu, saya tiba di alinea, ''Maklum karena pasangan Yasti-Yanni sejak saat pendaftaran di KPU sudah kadung mengasosiasikan dirinya dengan akronim atau simbol Y2 (dibaca 'Ye Dua'). Simbol Y2 memang sepantasnya dipilih oleh tim Yasti-Yanny, karena akronim 'YaYa' akan potensial diplesetkan ucapannya menjadi YaYa' (dari frase 'bure yaya' yang bermakna negatif dalam kosa kata bahasa Mongondow).'' Saya terjengkit membaca keseluruhan kalimat-kalimat ini. Saya yakin Pitres dengan sadar, sombong (dia jenis orang yang pantang mengaku salah sekalipun seluruh bukti sudah ditimpakan di kepala), dan sok tahu menuliskan alinea ini; terutama bagian yaya' dan bure yaya, yang saya tahu secara implisit dan eksplisit melecehkan jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari orang Mongondow; dan bahkan setiap orang Mongondow yang bernama, dipernama, atau mendapat nama Yaya.

Pembaca, penutur bahasa Mongondow atau mereka yang ''menjadi Mongondow'' tahu persis beda yaya dan yaya' (tanpa dan dengan satu tanda petik di akhir kata). Khatam di mana, kapan, bagaimana, dan untuk apa penggunaannya. Paripurna bahwa banyak kata Mongondow yang maknanya sangat tergantung pada tekanan tertentu di salah satu-dua huruf atau di akhir kata. Apalagi yaya umum digunakan sebagai nama atau penamaan. Di tiap kampung di Mongondow mudah menemukan orang yang disapa ''Yaya'' (sebab bernama Soraya atau Sahaya, kemudian dipendekkan menjadi panggilan akrab), ''Ina' i Yaya'' (ibunya Yaya), ''Ama' i Yaya'' (ayahnya Yaya), ''Ba'ai i Yaya'' (neneknya Yaya), ''Aki i Yaya''.

Lebih kongkritnya, mertua Wawali KK, Jainuddin Damopolii, populer dikenal sebagai ''Ama' i Yaya'' atau ''Papa Yaya'', sebab putri tertuanya, Soraya, memang disapa dengan panggilan kecil Yaya. Adakah yang berani memelesetkan sapaan itu, keluarga paling dekat sekalipun, dengan alasan apapun? Terlebih bila itu sapaan untuk ''Ba'ai i Yaya'', yang akronimnya kebetulan BY, sama dengan kata tabu yang dinukil Pitres. Saya kira, hanya orang gila yang sudah 100% kehilangan akal yang sudi melakukan. Namun taruhannya adalah perkelahian yang melibatkan bukan hanya marga, tetapi klan, dan ada leher yang bakal dipenggal.

Akan halnya yaya' (dengan satu tanda petik di akhir kata), adalah serapah dalam bahasa Mongondow, yang kalaupun digunakan sebagai candaan, hanya untuk kalangan yang benar-benar akrab dan sepantaran; atau yang mengucapkan lebih tua dari yang menerima ucapan. Yaya' juga kata yang berdiri sendiri dan jika disanding menjadi frasa atau kalimat, pengertiannya akan berlipat. Misalnya,''Yaya' sin dongka topolik bo modapot bidong''; ''Yaya'-mu sin pinotaba' yo dia' bi' inaidan.''

Tatkala padankan dengan bure, kata makin lain dalam khasanah bahasa Mongondow, pengertiannya menjadi berlipat-lipat. Dalam jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku keseharian Mongondow, frasa ini digunakan dengan sangat hati-hati karena pengertiannya sebagai makian di atas makian.

Rekam jejak Pitres menunjukkan, sudah lama dia tampak selalu ''gatal'' dengan keterlibatan Yasti Soepredjo Mokoagow dalam dinamika politik di Sulut umumnya dan BMR khususnya. Di setiap kesempatan dia mencari celah mengusik Yasti, terlebih jika ada kepentingan pribadinya yang tak kesampaian. Pembaca, ingat dengan dongeng yang pernah saya tuliskan di blog ini? Orang dalam ''dongeng'' itu adalah Pitres Sombowadile. Dan apa yang telah dituliskan bukan karang-karangan karena saya mendengar langsung dari mulut orang yang terlibat.

Dalam konteks Pilkada Bolmong, sejak mula (dan ini saya tahu persis) pasangan Yasti-Yanny tidak pernah mengakronimkan nama mereka menjadi Y2 atau YaYa. Mereka konsisten menggunakan Yasti-Yanny. Tapi jikapun Cabup-Cawabup ini memilih YaYa, tidak berbeda dengan pilihan ''Ama i Yaya'' memanggil anak tertuanya, Soraya, dengan Yaya sebagai sapaan sayang. Orang Mongondow di Kabupaten Bolmong bukan barbar liar, walau sebagian besar barangkali adalah petani, nelayan, dan pekebun. Tidak akan ada satu orangpun yang melintaskan di kepalanya pelesetan yaya', bure yaya (Pitres menulis 'bure yaya' --makian untuk yaya--, bukan bure yaya'--makiannya makian), apalagi bure yaya' untuk YaYa atau Yaya. Sebab kalau itu dilakukan, oyu'-on bi' in siba-sibaton nami komintan.

Saya menyadari betul bahaya pelecehan yang dilakukan Pitres terhadap jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari orang Mongondow; Cabup-Cawabup Yasti-Yanny; atau siapapun yang bernama, dipernama, atau mendapat penamaan ''Yaya'' di Mongondow. Saya tahu bahwa tulisannya bisa mengipasi kemarahan yang berujung SARA. Dia bukan orang Mongondow, bukan pengguna dan penutur bahasa Mongondow; tidak pula paham adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari Mongondow; lalu dengan enteng dan sesukanya melangkah melewati batas yang dapat ditoleransi.

Karenanya, dengan niat baik saya kemudian menelepon dia, menjelaskan, dan menyarankan untuk menarik tulisan itu; atau setidaknya menghilangkan satu-dua kata yang tak pada tempatnya. Apapun motif yang dikandung pikirannya, sekalipun dengan alasan posisinya netral aktif (sekali lagi, melihat rekam jejak Pitres di Bolmong, alasan itu omong kosong belaka), dia harus sadar ada tabu-tabu yang diharamkan di wilayah yang dia tak ketahui benar karena cuma dimasuki demi kepentingan cari makan. Mongondow, lipu' in Mogoguyang nami, tonga' bi' tampat-mu motayak kon ka'-anon. Yo na'ai-pa kumalakuang.

Dengan alasan sibuk rapat, Pitres menjanjikan akan mengontak saya selepas magrib. Tidak usah heran kalau janjinya adalah dandi in kalow. Hingga saya beristirahat lepas tengah malam, tak ada kabar, apalagi telepon dari dia.

Harian Bolmong Fox sebagai pihak yang pertama menyiarkan tulisan itu justru lebih tanggap. Tanpa sungkan PU-nya, Sugianto Babay, dan Pemred, Toni Damopolii, menelepon dan mendiskusikan bagian mana dari tulisan yang mereka publikasi yang melewati batas tabu-tabu Mongondow. Setelah saya runut dan jelaskan, hari ini (Selasa, 8 November 2016),  harian ini mengumumkan menarik tulisan itu dan meminta maaf pada ketidaknyamanan pembacanya. Saya kira, apa yang mereka lakukan patut diapresiasi. Media boleh silap. Menelisik, mempelajari, dan mengoreksi jika ditemukan ada kekeliruan adalah tindakan yang sangat terhormat dan terpuji.

Sebaliknya, Pitres yang saya kontak lewat SMS untuk mengingatkan bahwa tulisan itu masih tetap dipajang di fb-nya, menjawab: ''Kita so periksa tulisan itu dari perspektif netralitas tidak ada yang perlu dibesar-besarkan.'' O, baiklah! Jadi jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari orang Mongondow bukan urusan besar? Anda boleh mempermainkan dan setelah itu selesai? Ketidaksukaan Anda, bahkan niat jahat, terhadap salah satu pasang Cabup-Cawabup di Pilkada Bolmong 2017 yang dibungkus spekulasi (dalam bahasa yang tabu dalam adab Mongondow) dapat dibenarkan sebab itu cuma permainkan kata dan kalimat?

Sombong dan tidak punya otak. Sebagai orang Mongondow, saya tidak bicara Pilkada, pasangan calon, netralitas orang yang hidupnya tergantung order satu politikus ke politikus lain, atau tetek-bengek politik. Saya bicara tentang tabu yang dilanggar orang luar yang datang mencari makan di Mongondow. Yang melepeh dan meleceh jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari orang Mongondow.

Anda pikir kalimat ''Simbol Y2 memang sepantasnya dipilih oleh tim Yasti-Yanny, karena akronim 'YaYa' akan potensial diplesetkan ucapannya menjadi YaYa' (dari frase 'bure yaya' yang bermakna negatif dalam kosa kata bahasa Mongondow'' bukan perendahan terhadap orang Mongondow? Anda, dengan otak bejad, meletakkan pikiran hanya setinggi perut, bukan orang Mongondow pula, punya izin dari mana menyamakan langit adab kami dengan cara berpikir Anda?

Orang Mongondow adalah bangsa yang santun, lucu, senang bermain-main, suka mengalah, dan guyub, sepanjang sesuatu yang dijunjung tak dipermainkan dan disepelekan. Pelecehan terhadap jagad pikir, adab, budaya, tradisi, dan laku sehari-hari orang Mongondow yang adalah identitas yang tak bisa ditawar, sama dengan mengundang perang. Ingat, Pitres, Anda yang memulai.

Saya tidak bermaksud memprovokasi. Tapi sesiapapun orang Mongondow yang kemudian dengan cermat mempelajari apa yang dituliskan Pitres Sombowadile, membawanya ke alam pikir dan laku Mongondow, dan tidak tersinggung karena merasa direndahkan, dilecehkan, dengan spekulasi, maka: aka bobay in sia, yo dia' bidon ko oya' bo ko opuyu. Aka lolaki, yo dia' dong ko pikiran bo ko batol. Jika demikian, izinkan saya bertanya, ''Intau Mongondow, kita komintan ta kon Mongondow, oyu'on pa dega' in oya', opuyu, pikiran, bo batol naton?''

Terhadap perendah dan peleceh alam pikir dan laku Mongondow, terlebih dia bukan dan tidak punya kaitan dengan buta' in Mogoguyang tana'a, orang Mongondow punya cara sendiri menyelesaikan: duya'an, tokapon, untunon, sibaton, sampai patoi-on. Sekali lagi, ingat, ini tentang harkat dan martabat sebuah bangsa. Kita na'a in dia' bi nopandoi, ta' na'ai-pa intau bi' iba-nea in mamangoi bo monom-pompulong koi naton, sin totok moko oya' ule-a.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

BMR: Bolaang Mongondow Raya; Bolmong:Bolaang Mongondow; Cabup: Calon Bupati; Cawabup: Calon Wakil Bupati; FB: Facebook; KK: Kota Kotamobagu; Pemred:Pemimpin Redaksi; Pilkada: Pemilihan Kepala Daerah; PU: Pemimpin Umum; SARA: Suku Agama Ras dan Antar Golongan; SMS: Short Message; Sulut: Sulawesi Utara; dan Wawali: Wakil Walikota.

Monday, November 7, 2016

MUI: KASUS AHOK AKAN DIREKAYASA AHOK DINYATAKAN "TIDAK BERSALAH"?

Indonesian Free Press -- Berita akhir-akhir ini, merupakan rekayasa kaliber raksasa untuk mencoba membalik-paksa) pendapat masyarakat luas bahwa ahok telah menistakan agama (Islam) menjadi ahok sama sekali tidak menistakan agama (Islam), dengan dua cara, yaitu:

1. mengangkat isu lama tapi seolah baru tentang transkripsi ucapan ahok (lihat: https://news.detik.com/…/buni-yani-akui-salah-transkrip-uca… dll.), seolah-olah karena kesalahan transkripsi itulah lantas menyulut kemarahan umat islam secara salah arah dan seolah-olah hanya Buni Yani saja yang telah mendengarkan langsung ucapan ahok di Kepulau Seribu itu --sebuah pendapat yang keliru atau bodoh;

2. membenturkan pendapat antara pernyataan ahok yang otentik, berbunyi "jangan mau dibohongi *pakai* Al Qur'an Al Maidah 51" dengan pernyataan ahok yang tidak otentik, "jangan mau dibohongi Al Qur'an Al Maidah 51" (tidak ada kata *pakai*), seolah-olah masyarakat luas tidak pernah tahu/mendengar ucapan ahok yang otentik, dan seolah-olah pula ucapan ahok yang otentik (menggunakan kata *pakai*) itu tidak menodai agama (Islam).

Padahal mudah sekali kita cek di youtube (mis. Pernyataan Lengkap Ahok Saat Sebut Surat Al-Maidah Ayat 51, dll.), mereka yang telah menyimak secara langsung ucapan ahok berbunyi, *".....yakan dibohongi pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu..."* , dan dilanjutkan ucapan ahok berbunyi, *"....Jadi babak-ibu perasaan, gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, gak papa...."* , sudah mencapai lebih dari 400.000 orang. Ini belum lagi dijumlahkan dengan mereka yang mendengarkan dari jalur lain, diyakini sudah mencapai jutaan orang.

Ahok menuduh umat islam (untuk tidak memilih dia) dibohongi pakai Al Maidah 51 dan dibodohin (agar) takut masuk neraka, jelas suatu bentuk penistaan/penodaan agama (Islam), baik itu menistakan para penceramah (ulama, ustadz, atau siapapun saja), atau menistakan Al Qur'an seolah-olah Al Qur'an sebenarnya tidaklah melarang umat Islam untuk memilih dirinya (sebagai seorang non muslim) dalam Pilkada DKI --padahal sangat keras melarang.

Untuk itu kami memperingatkan kita semua wahai umat Islam, "dan janganlah kalian menukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang murah, sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui" (Al Qur'an, 16:95).

Jakarta, 6 November 2016.
Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI

*Mohon disebarkan utk menggagalkan rekayasa kasus ahok dan untuk syiar fakta berita sebenarnya.*