Friday, July 9, 2010

Saudi Khianati Iran


Belang kerajaan Saudi sebagai pengkhianat umat Islam sekaligus sebagai antek yahudi Israel semakin kentara saja. Setelah diam seribu bahasa melihat rakyat Palestina dibantai oleh Israel, kini negerinya keluarga Saud yang tidak jelas asal-usulnya itu berselingkuh dengan Israel untuk menyerang Iran, negerinya para pecinta nabi Muhammad dan keluarganya.

Sebagaimana diberitakan Times online tgl 12 Juni lalu, kerajaan Arab Saudi telah mengijinkan wilayahnya untuk digunakan sebagai pangkalan bagi militer Israel untuk menyerang Iran.

"Pada minggu dimana PBB mengenakan sanksi baru terhadap Iran, sumber-sumber keamanan di kawasan Teluk Parsi menginformasikan bahwa Arab Saudi telah menyetujui untuk membiarkan pesawat-pesawat Israel menerobos wilayah utara negeri itu dalam misinya mengebom Iran. Untuk memastikan pesawat-pesawat Israel itu terbang tanpa gangguan, pemerintah Saudi telah melakukan ujicoba untuk memastikanpesawat-pesawat tempurnya tidak menghadang dan sistem pertahanan udaranya tidak aktif. Dan setelah pesawat-pesawat Israel itu telah berlalu, sistem pertahanan udara Saudi aktif kembali," tulis Times online.

Seorang pejabat pertahanan Amerika yang menjadi sumber informasi tersebut dikutip mengatakan,"Pemerintah Saudi telah memberikan ijin pesawat-pesawat Israel untuk melawati wilayahnya. Mereka juga telah melakukan ujicoba untuk memastikan pesawat-pesawat Israel tidak ditembak jatuh. Semua ini dibuat atas persetujuan menlu Amerika."

Sementara sumber-sumber di kerajaan Saudi mengatakan bahwa telah menjadi pengetahuan umum di kalangan politisi Saudi bahwa sebuah persetujuan telah disepakati jika Israel memutuskan untuk menyerang Iran. Meski secara resmi Saudi bermusuhan dengan Israel, namun secara diam-diam panguasa Saudi menjalin hubungan rahasia yang akrab dengan para pemimpin Israel. Sama dengan Israel, pemerintah Saudi sering mengekspresikan kekhawatirannya terhadap pengembangan nuklir Iran meski Iran membantah bahwa pengembangan nuklirnya untuk tujuan damai. Sebaliknya Saudi tidak pernah mengekspresikan kekhawatirannya terhadap kepemilikan senjata nuklir Israel yang telah diketahui dunia.

"Kami semua mengetahuinya (kesepakatan rahasia tersebut). Kami akan membiarkan pesawat-pesawat Israel lewat dan berpura-pura tidak mengetahuinya," kata seorang pejabat Saudi yang tidak mau disebutkan namanya.

Para analis memperkirakan terdapat lima titik sasaran utama yang kemungkinan besar diserang Israel, yaitu pusat pengayakan uranium di Natanz dan Qom, proyek pengembangan kilang gas di Isfahan dan reaktor nuklir di Arak serta reaktor Bushehr. Target-target tersebut terbentang sejauh 2.250 km dari Israel, jarak terjauh jangkauan pesawat-pesawat pembom Israel dengan pengisian bahan bakar di udara. Dengan melintasi Saudi jarak tersebut bisa dikurangi secara signifikan. Sebuah serangan udara membutuhkan beberapa kali serangan yang kemungkinan besar melintasi Jordania, Saudi dan Irak. Bahkan serangan ke Bushehr yang terletak di Teluk Parsi mengharuskan Israel melintasi wilayah Kuwait.

Melintasi Irak setidaknya membutuhkan persetujuan Amerika yang menduduki negara itu, dan sejauh ini Amerika belum memberikan persetujuannya. Para analis militer menyebutkan bahwa ambisi Israel menyerang Iran sebagai satu-satunya musuh potensial yang tersisa masih terhambat oleh keengganan Amerika dan negara-negara Arab sekutunya untuk memberikan persetujuan. Namun persetujuan Arab Saudi menjadi lampu kuning terlaksananya ambisi tersebut. Meski demikian para analis militer meragukan keefektifan sebuah serangan udara bisa menghentikan program nuklir Iran yang dijaga dengan ketat dan berada di tempat-tempat yang sulit untuk dihancurkan seperti di bawah tanah dan di pegunungan.

Para pejabat Israel menolak berkomentar tentang berita Times. Namun seorang pejabat Israel, Sharaon Zeevi Farkash, yang merupakan mantan kepala inteligen militer Israhell hingga tahun 2006 memberikan komentarnya. "Saya tahu bahwa Arab Saudi lebih takut terhadap kekuatan nuklir Iran daripada ketakutan Israel kepada Iran."

Pada tahun 2007 Israel Israel menggunakan wilayah udara Turki untuk menyerang fasilitas penelitian nuklir Syria meski kemudian Turki memprotes "pelanggaran" wilayahnya oleh Israel. Namun di tengah hubungan Israel-Turki yang tegang paska penyerangan kapal Mavi Marmara oleh Isael, Turki, yang merupakan sekutu lama Israel, diperkirakan tidak akan mengijinkan Israel menggunakan wilayah udaranya untuk menyerang Iran.

Israel tahun lalu telah mengirimkan sebuah kapal perang berpeluru kendali beserta dua kapal selamnya ke kawasan Laut Merah sebagai peringatan terhadap Iran sekaligus antisipasi kemungkinan terjadinya perang melawan Iran. Tahun lalu media massa Israel juga melaporkan adanya pertemuan rahasia para pejabat keamanan Israel dan Arab Saudi membahas masalah Iran. Dilaporkan saat itu kepala dinas rahasia Irsrael, Meir Dagan, bertemu dengan para pejabat inteligen Arab Saudi untuk mendapatkan jaminan dukungan Arab Saudi terhadap rencana penyerangan atas Iran. Baik pemerintah Saudi maupun Israel tentu saja membantah laporan tersebut.


Konfirmasi Iran

Rumor bahwa Isreal telah mengkhianati Iran dengan membiarkan Israel menggunakan wilayahnya untuk menyerang Iran telah mendapatkan konfirmasi dari Iran. Fars, kantor berita Iran pada tgl 23 Juni lalu mengabarkan bahwa angkatan udara Israel telah membongkar perlengkapan militernya di sebuah lapangan terbang komersial di Tabuk, utara Arab Saudi. Pada saat yang sama Fars juga menginformasikan bahwa pasukan Amerika telah berkumpul di perbatasan Azerbaijan-Iran.

Berita tersebut hanya berselang seminggu setelah munculnya berita yang telah dikonfirmasi pemerintah Amerika bahwa sebuah armada perang Amerika telah bergerak melintasi terusan Suez pada tgl 19 Juni berlayar ke kawasan Teluk Parsi. Amerika mengklaim bahwa manuver tersebut adalah sebuah manuver rutin. Banyak sumber menyebutkan bahwa sebuah kapal perang Israel turut serta dalam manuver tersebut.

Menurut laporan Fars pesawat-pesawat militer Israel telah membongkar perlengkapan di Tabuk setidaknya dua minggu yang lalu. Tabuk adalah sebuah daerah yang dekat dengan perbatasan Iran. Tempat ini dikenal dalam sejarah Islam sebagai sebuah tempat terjadinya peperangan antara tentara Islam melawan Romawi pada jaman nabi Muhammad.

Menurut Fars, selama pembongkaran pesawat militer Israel, lapangan terbang Tabuk ditutup untuk semua penerbangan. Para penumpang yang terlantar karena penutupan bandara mendapat ganti rugi berupa uang dan penginapan di hotel bintang empat. Namun tidak ada penjelasan mengenai penutupan tersebut.


Azerbaijan

Televisi pemerintah Iran, Press TV melaporkan 23 Juni lalu bahwa tentara Iran telah meningkatkan kewaspadaannya di wilayah perbatasan dengan Azerbeijan setelah adanya laporan terjadi penumpukan pasukan Amerika di perbatasan Azerbeijan-Iran dimana pasukan Israel dilaporkan turut dalam manuver tersebut. Laporan yang sama juga dirilis oleh media massa Azerbaijan Trend News. Keberadaan militer Amerika di Azerbeijan terkait dengan isu teroris yang kini melanda negeri tersebut.

Komandan Pengawal Revolusi Iran Brigadier General Mehdi Moini mengatakan, Kamis 24 Juni, bahwa pasukannya telah dimobilisasi mengantisipasi keberadaan pasukan Amerika dan Israel di perbatasan Azerbeijan. Di antara unit militer yang dimobilisasikan ke kawasan perbatasan adalah satu unit pasukan tank dan satu unit penangkal serangan udara.

No comments:

Post a Comment